Lahat ng Kabanata ng MISTERI LIONTIN VAMPIR: Kabanata 111 - Kabanata 120
125 Kabanata
BAB 111-JANJI SANG KEKASIH
Situasinya semakin rumit dengan keberadaan Elizabeth Celeste dan misteri di sekitar Mata Celeste. Lucius harus hati-hati memilih jalannya di tengah-tengah konflik dan janji-janji yang dibuat.Setelah peristiwa pertemuan dengan Elizabeth Celeste, Lucius pulang ke tempatnya untuk merenungkan semua yang telah terjadi. Di malam yang sunyi, bayangan tentang Liontin Mata Celeste dan kematian David Doe terus menghantuinya. Meskipun Elizabeth menuntut janji, Lucius tetap merasa perlu mencari tahu lebih banyak informasi.Dengan hati-hati, Lucius mencoba menyelidiki lebih dalam tentang sejarah Liontin Mata Celeste dan kemungkinan keterlibatannya dalam konflik yang melibatkan Elizabeth. Namun, setiap langkahnya dihadang oleh ketidakpastian dan ancaman yang mengintai dari kegelapan.Sementara itu, Elizabeth terjebak dalam pertarungan batin antara keinginan untuk melindungi Lucius dan keinginan untuk mendapatkan kembali Liontin Mata Celeste yang dicurigai telah jatuh ke tangan yang salah. Dalam keg
Magbasa pa
BAB 112-MIMPI PREKOGNISI (2)
Kisah ini berlanjut dengan suasana yang penuh ketegangan dan dilema moral yang mendalam. Di tengah konflik dan misteri yang melingkupi Liontin Mata Celeste, Lucius dan Elizabeth terus berjuang dengan ketidakpastian dan ancaman yang mengintai. Lucius, dalam kebingungannya, memilih untuk merenungkan kejadian terakhir di rumahnya. Hantu masa lalu, termasuk kematian David Doe dan pertemuannya dengan Elizabeth, terus menghantui pikirannya. Keputusan untuk menyelidiki sejarah Liontin Mata Celeste merupakan langkah yang diperlukan, meski penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Setiap petunjuk yang ia temukan tampak membawa lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, dan bahaya terus mengintai di setiap sudut. Elizabeth, di sisi lain, terjebak dalam pertarungan batin yang sama rumitnya. Keinginannya untuk melindungi Lucius bertentangan dengan hasratnya untuk mendapatkan kembali Liontin Mata Celeste. Liontin ini dicurigai telah jatuh ke tangan yang salah, dan kekuatan misterius yang terkandung
Magbasa pa
BAB 113-MARI KITA PERBAIKI INI,LUCIUS!
Alena merasa cemas dan gelisah setelah perselisihan terakhir dengan Lucius. Ia merasakan kekosongan dalam hatinya, yang semakin hari semakin terasa menyakitkan. Di tengah kesibukannya, pikirannya terus berputar tentang hubungan mereka yang kini terasa renggang.Saat sedang melamun, ponsel Alena berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Dengan hati-hati, ia membuka pesan tersebut dan mendapati pesan dari Lucius. Isi pesan itu penuh dengan ketulusan dan niat baik untuk memperbaiki hubungan mereka. Lucius menuliskan tentang rasa bersalahnya dan keinginannya untuk berkomunikasi lebih baik di masa depan.Membaca pesan tersebut, Alena merasa campur aduk. Ia merasakan kelegaan karena Lucius menyadari kesalahannya dan ingin berubah, tetapi juga masih merasakan luka dari perdebatan mereka sebelumnya. Alena merenung sejenak, mencoba memutuskan bagaimana ia harus merespon.Selama beberapa hari berikutnya, Alena merenungkan hubungan mereka. Ia menyadari bahwa kesalahpahaman dan kurangnya komunikasi t
Magbasa pa
BAB 114-ARTEFAK YANG HILANG
Frank Flanders semakin cemas saat mengetahui bahwa beberapa artefak menghilang. Ia pun segera menemui Ketua Mafia yang juga menginginkan Liontin Vampir. Frank Flanders berjalan dengan cepat menuju Diagon Alley, jalanan sempit yang dipenuhi toko-toko sihir dan penuh keramaian. Pikirannya dipenuhi oleh kekhawatiran tentang artefak yang hilang. Sesampainya di depan sebuah kedai remang-remang dengan lampu gantung kristal yang memancarkan cahaya redup, ia menarik napas dalam-dalam dan mendorong pintu masuk. Di dalam, suasana terasa tegang dan misterius, dengan bisikan-bisikan lirih dan tatapan penuh kecurigaan dari penghuni lainnya.Frank melihat Ketua Mafia, seorang pria bertubuh tegap dengan tatapan dingin dan senyum setengah mengejek, duduk di sudut ruangan dengan beberapa anak buahnya yang mengelilingi meja. Frank menegakkan bahunya dan berjalan mendekat."Selamat sore, Ketua," sapa Frank, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.Ketua Mafia menatapnya dengan pandangan tajam sebel
Magbasa pa
BAB 115-DEMAM YANG TELAH REDA
"Lucius... Damien..." sebuah suara menghentakkan kesadaran Lucius yang kala itu sedang mengalami mimpi prekognisi kembali. "Hhhh...." desahnya sambil bergumam, "Syukurlah, ini hanya mimpi." Lucius memegangi dahinya yang terasa sakit dan panas.(Demamku sudah reda rupanya.)Ia mengambil kain persegi empat dan merendamnya dalam air hangat. Lalu, ia mengompreskan kain itu pada area dahinya. Termometer yang berada di mulutnya menunjukkan bahwa ia berhasil melewati demam malam itu.Lucius merasakan rasa lega yang luar biasa. Bayangan mimpi yang barusan dialaminya perlahan memudar, menyisakan kelegaan dalam dirinya. Ia bersandar di kepala tempat tidurnya, memejamkan mata sejenak untuk meresapi momen ketenangan yang jarang dirasakannya akhir-akhir ini.Mimpi-mimpi prekognisi itu selalu datang tiba-tiba, membawa serta potongan-potongan masa depan yang tak selalu bisa ia pahami. Namun, kali ini, suara yang memanggil namanya terasa lebih nyata dan mendesak, seolah ada sesuatu yang penting yang
Magbasa pa
BAB 116-LIONTIN VAMPIR HILANG DICARI
Frank Flanders melangkah lebih dekat ke meja wanita tua itu, merasa tekanan waktu yang kian mendesak. "Aku mencari seseorang yang baru-baru ini tertarik pada Liontin Vampir," katanya, menekankan pentingnya informasi yang diinginkannya.Wanita tua itu mengamati Frank sejenak, lalu mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan berwarna ungu dari bawah meja. "Bicara tentang Liontin Vampir di sini berbahaya, Nak. Tapi mungkin ini bisa membantu," katanya sambil mendorong botol itu ke arah Frank.Frank menatap botol itu dengan ragu. "Apa ini?""Cairan Pengungkap," jawab wanita tua itu. "Gunakan di tempat yang kamu curigai menyimpan jejak si pencuri. Jika dia ada di sana, jejaknya akan terlihat."Frank mengambil botol itu dengan hati-hati dan memasukkannya ke dalam saku. "Terima kasih. Ini sangat berharga."Wanita itu mengangguk, lalu mengisyaratkan padanya untuk pergi. "Berhati-hatilah, Nak. Orang yang kau cari tidak akan senang jika tahu kau mengejarnya."Frank mengangguk dan keluar dari t
Magbasa pa
BAB 117-PENCARIAN LIONTIN BERBAHAYA
Lucius melangkah keluar dari kamar tidurnya, meninggalkan kehangatan selimut untuk menghadapi hawa dingin malam. Ia menuju ruang kerjanya yang penuh dengan buku-buku tua dan artefak berdebu, peninggalan dari berbagai penelitian yang pernah ia lakukan. Di sudut ruangan, sebuah sakel rusak yang disebutkan dalam mimpinya tergeletak di atas meja, setengah terkubur di bawah tumpukan dokumen.Dengan hati-hati, Lucius membersihkan permukaan sakel, memperhatikan ukiran-ukiran halus yang menghiasi permukaannya. Ia mencoba mengingat setiap detail dari mimpi tadi, berharap menemukan petunjuk yang bisa membantunya membuka sakel ini dalam dunia nyata.(Tidak mungkin ini hanya kebetulan,) pikirnya. (Mimpi itu pasti ada artinya.)Lucius kemudian mengingatkan dirinya pada satu nama: Profesor Aldric, seorang ahli sejarah yang pernah ia temui dalam salah satu konferensi. Profesor Aldric dikenal sebagai seorang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang artefak kuno. Dengan cepat, Lucius memutuskan untu
Magbasa pa
BAB 118-PELARIAN YANG GAGAL(1/1)
"Oliver yang malang, mengapa kau tidak memunculkan batang hidungmu di depanku?" dengus pria parlente itu.Frank Flanders duduk sendiri di ruang gelap, merenungi kegagalannya. Walaupun penuh dengan keyakinan awalnya, dia akhirnya tersadar bahwa dia sendirian dalam pencarian Oliver. Dalam kesendirian dan keputusasaan, dia terus mencari dengan tekad yang semakin melemah. Namun, hasilnya tetap nihil. Kegagalan itu menghancurkan semangatnya, meninggalkan dia dalam kesedihan dan penyesalan yang mendalam.Mendengar Oliver Brown tertangkap oleh Kepolisian Diagon Alley, pria gempal itu kemudian bersiap-siap untuk mengambil jalur Britania Raya untuk melarikan diri dari masalah yang diperbuat oleh Oliver Brown. Namun tak disangka, seluruh satuan Kepolisian Diagon Alley telah mencium keberadaannya."CH, sial!" geramnya, menggertakkan giginya dengan frustrasi. Ia tahu bahwa pelarian kali ini akan lebih sulit dari yang pernah dibayangkannya. Dengan setiap langkah yang diambil, bayang-bayang kegelapa
Magbasa pa
BAB 119-PELARIAN YANG GAGAL(1/2)
Bandara Diagon Alley kini dalam kondisi siaga satu. Petugas keamanan dikerahkan ke setiap sudut, memastikan tidak ada celah bagi pelarian. Kabar tentang hilangnya liontin vampir dari museum membuat situasi semakin tegang. Setiap penumpang yang hendak berangkat maupun baru tiba diperiksa dengan ketat, tidak ada yang luput dari pengawasan.Di tengah keramaian yang penuh dengan ketegangan, terdengar bunyi langkah berat dari sepatu-sepatu bot militer yang menggetarkan lantai bandara. Kepolisian Diagon Alley, yang kini menjalankan operasi militer, menyusuri setiap sudut dengan senjata terhunus. Kapten Marcus, pemimpin operasi, memberikan instruksi tegas kepada timnya melalui radio:"Semua unit, pastikan setiap titik keluar dijaga ketat. Tidak ada yang masuk atau keluar tanpa izin saya. Siapkan pemeriksaan intensif di semua pintu gerbang dan terminal."Frank Flanders, yang baru saja mendengar instruksi melalui radio seluler yang diselundupkan, merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Dia meny
Magbasa pa
BAB 120-OBROLAN PAGI ITU
[Marcus:]"Hai Lucius, ada waktu untuk ngobrol sebentar?"[Lucius:]"Halo Marcus, tentu. Ada apa?"[Marcus:]"Aku turut berduka cita atas kematian atasan kita,Tuan Grissham Bell. Bisa ketemu sebentar di tempat biasa?"[Lucius:]"Bisa. Ada masalah apa?"[Marcus:]"Aku ingin mendiskusikan proyek baru. Ada beberapa hal yang perlu dipecahkan."[Lucius:]"Baiklah, aku akan ke sana dalam 15 menit."[Marcus:]"Terima kasih, Lucius. Sampai nanti."[Lucius:]"Sampai nanti, Marcus."Lucius kemudian bangkit dari peraduannya lalu pergi membersihkan dirinya. Dia sadar bobot tubuhnya sudah menurun sedikit namun perut abs-nya tetap terbentuk sempurna. Setelah berpakaian rapi, Lucius keluar dari rumahnya dan menuju tempat pertemuan yang biasa mereka gunakan, sebuah kafe kecil di sudut kota yang tenang.[Kafe Kecil di Sudut Kota]Marcus sudah duduk di meja sudut, menatap ke luar jendela dengan secangkir kopi di tangannya. Ketika melihat Lucius masuk, dia melambaikan tangan dan tersenyum tipis."Lucius,
Magbasa pa
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status