All Chapters of Love Me, Please ... (INDONESIA): Chapter 1 - Chapter 10
118 Chapters
1. Perjodohan
“Emily, aku akan menikahkanmu dengan putraku,” ucap seorang pria pada salah satu perempuan yang berada di sana.Gadis bernama Emily menegakkan tubuh, menyimak dengan saksama apa yang disampaikan oleh pria yang merupakan ayah angkat sekaligus pemilik perusahaan tempat ia bekerja.Wajah Emily semringah, membayangkan pernikahan yang telah lama ia impikan bersama putra sulung keluarga McKennel.Sesungguhnya mereka belum resmi menjalin hubungan. Hanya saja, lelaki yang Emily sukai itu sudah menunjukkan ketertarikan padanya.Wajar saja jika keduanya terlihat saling memandang dengan ekor mata mereka, menanti putusan pasti dari pria yang memiliki otoritas penuh dalam perusahaan dan keluarga besar McKennel.“Kau akan kunikahkan dengan Jason, putra bungsuku. Dan jabatan sebagai manajer pemasaran juga kuserahkan padamu.”Seperti mendapat vonis mati, mata kedua orang yang semula begitu bersemangat, akhirnya meredup. Ada kesedihan yang tak mampu terucap di sana. Di sisi lain, Jason sang putra kedua
Read more
2. Adegan Tak Senonoh
Makan malam hari ini tak lagi hangat seperti sebelumnya. Pria nomor satu di keluarga McKennel itu menikmati makanannya dalam diam, begitu pula Jason. Tak ada suara berbincang seperti yang biasa mereka lakukan di meja makan. Kali ini, hanya denting alat makan yang terdengar mengisi keheningan ruangan yang berisi lima orang itu.“Untuk pernikahan kalian nanti—“ Ayah Jason tampaknya mulai tak tahan dan ingin memulai obrolan, yang paling ia nantikan sepertinya adalah pernikahan putra kesayangan dengan anak angkatnya yang juga merupakan favoritnya.Sayang sekali, belum selesai sang pemegang otoritas tertinggi itu mengutarakan semua unek-uneknya, Jason sudah memotong pembicaraan.“Ayah, apakah harus sekarang? Tak bisakah kau bicarakan nanti?” tukas Jason, tak suka dengan bahasan yang baru saja dimulai oleh sang ayah.Memangnya apa yang akan mereka lakukan saat pernikahan? Mengapa menjadi topik hangat yang harus dibicarakan di meja makan?Pria paruh baya itu kembali terdiam. Namun, bukan kare
Read more
3. Opsi Lain
Emily tepekur di kamarnya, seperti orang yang kerasukan. Hanya bengong dan tidak melakukan apa pun. Kejadian yang baru saja ia saksikan beberapa jam lalu sungguh membuat jantungnya seperti akan mencelus, tetapi tak bisa.Bayangkan saja, ia terpaksa menyaksikan dua sejoli yang tengah memadu kasih, mulai awal hingga akhir. Itu sungguh hal gila yang tak pernah terbayangkan oleh Emily sama sekali.Dan pria yang melakukannya adalah pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Sekujur tubuhnya bahkan masih gemetaran saat ini.Ia bisa saja lari dari ruangan itu, memang. Namun, ia tak tahu mengapa kedua kakinya justru makin menancap kokoh di sana dan tak mampu digerakkan. Meski ia telah memejamkan mata agar tak perlu melihat secara langsung, tetap saja bayangan pergumulan Jason dan perempuan itu masih terus terbayang.Emily masih mendengar desah dan erangan dua sejoli itu, bahkan meski ia sudah menutup kedua telinganya, seolah kejadian itu tengah terjadi saat ini.Ia tak kuasa bertahan, hing
Read more
4. Sebuah Harapan
Emily tak ingin meladeni perkataan Jared yang bisa saja menimbulkan masalah baru baginya. Ia hanya menggeleng, sebagai bukti tegas bahwa ia tak menerima ide konyol yang diajukan Jared sebagai solusi. Itu bukan solusi, melainkan jalan pintas, dan ia tak mau menempuh jalan semacam itu. Alasannya masih sama, karena rasa hormat dan terima kasih yang besar terhadap keluarga McKennel. Selain dari perkataan dua orang tua angkatnya, Emily akan berusaha untuk abaikan. Sekalipun jika itu mengenai kebahagiaannya. Dan hari ini merupakan hari yang sakral bagi Emily dan Jason—andaikan keduanya merupakan sepasang kekasih. sayangnya, tidak seperti itu. Senyum yang ditampakkan oleh Emily sejak awal mula acara hingga selesai bukanlah senyum yang berasal dari hatinya. Emily bahagia, tentu saja, kala melihat ibu angkatnya menitikkan air mata kebahagiaan, juga sang ayah angkat yang kini telah menjadi ayah mertua yang berulang kali mengecupi pucuk kepalanya saat mengucapkan selamat. Namun, dalam batin
Read more
5. Rencana Bulan Madu
Emily sudah mengemasi barang-barang yang ia butuhkan untuk dibawanya ke Maldives untuk berbulan madu. Ayah mertuanya yang mengatur segala rencana bulan madu ini untuk mereka. Kegiatan ini sungguh ia takutkan, karena pernikahannya saja merupakan sebuah kepalsuan, entah apa yang akan terjadi dengan bulan madunya nanti.Terlebih Jason sejak awal sangat menolak ide bulan madu yang diutarakan oleh kedua orang tuanya. Lalu ketika baru saja mengungkapkan persetujuannya, ia sudah bergegas menghubungi kekasihnya.Bayangkan saja menjadi Emily yang kini harus dengan terpaksa mendengarkan kehebohan dua sejoli yang saling mengungkapkan kasih sayang melalui sambungan telepon, seolah dunia hanya milik mereka berdua.Memangnya apa yang diharapkan oleh Emily? Ia dan Jason berada di satu kamar pun tidak tidur satu ranjang.Jason kadang memilih tidur di sofa, atau di lantai.“Iya, sayang. Aku sudah siapkan tiket untukmu. Aku berharap kita akan bertemu di sana nanti. Atau bagaimana kalau di hotel saja? A
Read more
6. Tamu Tak Diundang
Ini sungguh bulan madu terkonyol yang pernah dijalani oleh Emily. Saat Jason berada di vila milik Tamara yang entah berada di mana, Emily justru menikmati kesendirian di Maldives hanya karena ia tak ingin mengecewakan ayah mertuanya.Charles dan Emma hanya tahu kalau Emily berdua bersama Jason telah tiba di Maldives, karena begitulah yang dikatakan oleh kolega bisnis Charles.Padahal kenyataannya tidak demikian.“Apa? Itu gila, Em! Dan kau tidak mengatakan apa pun pada Jason?” tanya sahabat Emily dari sambungan seberang. Emily menggeleng yang kemudian sadar kalau sahabatnya tak akan bisa melihat apa pun yang ia lakukan saat ini.Ingin, tentu saja ia ingin mengatakan sesuatu. Berada di pulau lain hanya seorang diri di hari bulan madu bukanlah hal yang keren. Emily bahkan ingin sekali menangis saat ini juga, tetapi ia tak bisa. Air matanya seolah telah mengering.“Entahlah, Shila. Aku mungkin sudah gila karena setuju dengan ide ini. Namun, apakah aku salah jika berharap Jason tetap bers
Read more
7. Intimidasi
Emily tak tahu apa yang terjadi pada hidupnya yang berubah seketika, sejak Charles memutuskan untuk menjodohkannya dengan Jason. Padahal semula segalanya baik-baik saja.Meski ia tidak dekat dengan Jason, tetapi tak pernah juga terlibat masalah dengan pria itu, karena Emily selalu menghindari apa pun yang akan membawanya pada pertikaian. Bahkan meski ia memiliki ketertarikan terhadap Jared, ia tak berani mengatakan dan berterus terang. Ia sadar diri posisinya di keluarga McKennel.Dan kini, semua seolah runtuh dan jatuh tepat mengenai kepalanya.“Jared, kau tidak seharusnya melakukan ini terhadapku. Kau tahu, aku tak pernah membuat masalah denganmu,” ujar Emily yang sudah berada dalam keputus asaan hidup.Apa yang bisa ia perbuat sekarang?Menjadi istri Jason sudah seperti sebuah kesalahan dan kini sikap Jared membuatnya makin terpojok. Seolah ini semua merupakan kesalahannya.“Apa yang kulakukan, Em? Aku hanya ingin bisa terus bersamamu, apakah itu salah?” Pertanyaan itu tidak terden
Read more
8. Impas
Jason tidak dalam keadaan mabuk saat melakukannya. Ia sadar dengan kesadaran penuh, tetapi juga tidak dengan perasaan cinta terhadap Emily. Ia kesal dan marah saat melihat Emily berdansa dengan pria lain, jelas bukan karena dirinya cemburu yang dikarenakan adanya rasa cinta, melainkan ego. Bagaimana pun, meski dirinya tidak mencintai Emily, tetap menyakitkan saat melihat gadis itu ada di antara pria yang berusaha mendekati apalagi ingin memilikinya. Itu sebabnya, ia lakukan hal bodoh beberapa jam lalu. Kini Emily dan Jason berada di dalam kamar mereka, tak bicara sepatah kata pun. Emily enggan memulai, karena sejak awal ia kesal pada pria itu dan masih marah. Sementara itu, Jason juga tak mampu bicara karena ia merasa tidak membutuhkan interaksi dengan gadis yang baru beberapa hari menjadi istrinya itu. “Aku akan ambilkan es batu untuk mengompres lukamu,” ucap Emily, bangkit dan pergi, lalu tak lama kemudian kembali dengan membawa kantung es di tangannya. Perlahan ia mengompres ba
Read more
9. Sebuah Pesan Singkat
Mata Jason tak juga bisa terpejam. Ia masih terngiang perkataan Tamara yang memutuskan untuk rujuk dengan suaminya karena Jason pun telah menikah. Menurutnya itu adil, tetapi tidak bagi pria yang telah menjalin hubungan dengan wanita bersuami itu selama dua tahun ini. Jason tak pernah menganggap pernikahan ini. Ia tak pernah menginginkannya, bahkan berharap sesuatu terjadi agar ia bisa memutuskan ikatan karena paksaan ini. Jason keluar dari kamar, masih pukul dua pagi dan ia merasa kelaparan. Ia menuju ke dapur dan tak menemukan apa pun di sana, kecuali bahan mentah. Ia mengambil sebuah wortel dan mulai memakannya. “Apa yang kau lakukan di sini, Jase?” tanya Emily. Wortel di tangannya nyaris terjatuh dari tangannya, bahkan hampir ia lemparkan pada Emily, saat tiba-tiba gadis itu sudah ada di belakang Jason. “Fuck! Emily, bisakah kau tidak muncul tiba-tiba seperti itu!?” keluh Jason sembari mengelus dadanya. Ia menyembunyikan benda yang sejak tadi berusaha ia makan. “A–apa yang k
Read more
10. Hadiah Pernikahan
Emily dan Jason memutuskan untuk kembali ke Eastonville. Lebih cepat dua hari dari perkiraan. Lagi pula untuk apa berlama-lama, toh mereka tak akan menikmati bulan madu seperti pengantin pada umumnya. Tak akan ada sesi jalan-jalan, berfoto untuk mengabadikan momen, apalagi menikmati malam romantis dan panas sebagaimana seharusnya sepasang suami istri. Itu jelas hanya ada dalam angan Emily. Meski Emily mengakui kalau dirinya belum mencintai Jason, tetapi harapan untuk bisa menikmati manis pernikahan tentu sudah terbayang dalam angannya. Meski yang terjadi justru sebaliknya. “Kau sudah mengabarkan ayah dan ibu?” tanya jason, saat mereka masih berada di pesawat. “Atau aku yang harus menghubungi mereka?” “Tidak perlu. Aku sudah mengatakan pada mereka beberapa hari lalu. Dan kurasa nanti kita menggunakan taksi saja. Mereka tidak mungkin akan menjemput kita, dan Tuan McKennel bilang kalau dia masih ada rapat, jadi tak mungkin Andrew akan menjemput kita.” Jason mengangguk, mengerti. Ia
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status