Share

Love Me, Please ... (INDONESIA)
Love Me, Please ... (INDONESIA)
Author: Kennie Re

1. Perjodohan

“Emily, aku akan menikahkanmu dengan putraku,” ucap seorang pria pada salah satu perempuan yang berada di sana.

Gadis bernama Emily menegakkan tubuh, menyimak dengan saksama apa yang disampaikan oleh pria yang merupakan ayah angkat sekaligus pemilik perusahaan tempat ia bekerja.

Wajah Emily semringah, membayangkan pernikahan yang telah lama ia impikan bersama putra sulung keluarga McKennel.

Sesungguhnya mereka belum resmi menjalin hubungan. Hanya saja, lelaki yang Emily sukai itu sudah menunjukkan ketertarikan padanya.

Wajar saja jika keduanya terlihat saling memandang dengan ekor mata mereka, menanti putusan pasti dari pria yang memiliki otoritas penuh dalam perusahaan dan keluarga besar McKennel.

“Kau akan kunikahkan dengan Jason, putra bungsuku. Dan jabatan sebagai manajer pemasaran juga kuserahkan padamu.”

Seperti mendapat vonis mati, mata kedua orang yang semula begitu bersemangat, akhirnya meredup. Ada kesedihan yang tak mampu terucap di sana. Di sisi lain, Jason sang putra kedua—yang konon katanya merupakan putra kesayangan keluarga McKennel—menyiratkan kemarahan pada air mukanya.

Jason bangkit dari kursinya, hendak menyuarakan protes, tetapi dengan cepat pria paruh baya itu mengangkat satu tangan. Pertanda bahwa ia tak pernah menerima penolakan.

Emily tahu, ia pun tak bisa melakukan apa-apa selain menerima keputusan yang berarti perintah baginya.

Bagaimana pun, pria yang merupakan kepala keluarga McKennel itu merupakan ayah angkat yang baik dan menyayanginya selama ini. Tak akan pernah ada kata tidak terlontar dari mulut Emily jika itu permintaan pria itu dan sang istri, yang merupakan ratu keluarga McKennel.

Semua bangkit dari tempat duduk kala pria paruh baya itu telah memberi instruksi untuk bubar. Sementara Jason masih berada di sana, di tempat duduknya, mengepalkan tangan hingga tak pedulikan kukunya menancap pada telapak tangannya hingga memerah.

Jason tak menyangka ayahnya akan mengambil keputusan yang begitu seenak hati.

“Mengapa kau belum pergi?” tanya pria paruh baya itu pada putra keduanya yang digadang-gadang akan melanjutkan kepemimpinannya di Kennel’z industry.

“Apa yang ayah pikirkan? Mengapa aku?” tanya pria muda itu dengan wajah mengetat penuh kemarahan. Tatapan sengit ia arahkan pada sang ayah, kemudian pada Emily, seolah gadis itu juga punya andil atas keputusan yang baru saja diambil oleh ayahnya.

“Kau bertanya mengapa kau? Bagaimana jika kubalik, mengapa kau yang harus menerima tonggak kepemimpinan perusahaan ini, hm?” Pria itu menjawab dengan pertanyaan diplomatis yang tak bisa dibalas oleh Jason begitu saja.

Jason sadar kalau ia sedang berurusan dengan orang yang salah. Namun, ia tak ingin menyerah begitu saja.

“Segalanya seiring sejalan, Jason. Kau menerima kepemimpinan perusahaan, dengan syarat menikahi Emily. Bukankah itu adil? Lagi pula, ia gadis yang cantik, cerdas, dan telah ayah didik sama seperti kalian. Ia gadis yang berkelas.” Sang ayah mengerling hangat pada gadis yang hanya menjadi pendengar setia atas perselisihan ayah dan anak.

Emily mengulas senyum lesu kala ayah angkatnya itu melemparkan tatapan padanya.

“Kenapa harus Emily? Sekian lama ia menjadi layaknya saudari, dan kini aku harus menikahinya. Ayolah, Ayah ....”

“Bukankah justru bagus? Kalian sudah akrab dan saling mengenal, bukan? Kalian berdua pasti akan menjadi pasangan yang serasi,” ujar pria berumur enam puluhan itu, semringah.

“Aku sudah memiliki kekasih, Yah. Ini sungguh tak adil bagiku dan Tamara.”

Sang pemimpin keluarga McKennel memejamkan mata, berusaha menahan amarah yang nyaris tiba di ubun-ubun setiap kali Jason menyebut nama wanita itu. Berkali sudah ia mengatakan pada anak bandel itu untuk mengakhiri hubungan dengan wanita yang Jason sebut, tetapi tetap saja Jason tak mengindahkan seruannya.

“Wanita itu sudah bersuami, Jason. Apa kau sudah gila!?”

“Ia sedang dalam proses perceraian, Ayah.”

“Jason McKennel!" Suara sang ayah menggelegar. "Jangan membantahku jika kau masih menginginkan posisi di perusahaan ini!” serunya dengan nada meninggi. Dan tentu saja, mendengar sang raja mulai menampakkan taring, Jason perlahan bangkit dari duduknya, tak mengucap apa pun selain melemparkan tatapan penuh kebencian pada Emily dan sang ayah.

Emily yang sejatinya orang lain dalam keluarga McKennel, hanya pasrah dan tak memberi perlawanan. Ia sejak dulu memang tidak terlalu dekat dengan Jason, berarti dirinya tidak akan baik-baik saja jika keputusannya macam ini.

Emily bangkit, lalu memutar tubuh, setelah sebelumnya memberi salam pada sang ayah angkat, tanda bahwa ia sudah menyimak segalanya, dan ingin segera pulang.

Kata siapa Emily suka dengan keputusan itu? Ia juga terluka karena yang diharapkannya adalah putra sulung keluarga McKennel, bukan Jason. Ayah angkatnya dan semua tahu itu. Namun, mengapa ...?

Sebuah tangan mencengkeram lengan Emily yang telah berjalan jauh dari ruang rapat, menariknya hingga terpojok di sebuah sudut. Mata pria itu menatap nyalang pada Emily, seolah akan menelannya hidup-hidup.

“Mengapa kau tidak katakan pada ayah, hm? Bukankah kau tahu kalau aku—“

“Apa yang bisa kulakukan, Jason? Kau lihat sendiri, bukan? Kau yang anaknya saja ia tak dengarkan apalagi aku?” jawab Emily, yang sesungguhnya juga kalut.

Jason kemudian memutar tubuh dan menyugar rambutnya dengan frustasi.

“Apa yang harus kukatakan pada Tamara?” keluhnya, lirih. Emily juga tak peduli. Karena tak ada yang peduli perasaannya, tak ada yang mau tahu apa yang ia rasakan. Jadi untuk apa ia memedulikan perasaan Jason atau siapa pun?

Lihat saja, ia pun tengah dirundung duka saat ini.

“Kau harus memaksa ayah untuk membatalkan semua keputusannya. Jika tidak, aku akan membuat hidupmu menderita!” ancam Jason.

Emily mendengkus. Sejak dulu Jason memang terkenal kasar dan berandal. Ia tak pernah pulang ke rumah tanpa kasus. Entah telah menghajar siapa lagi, atau sudah mengisengi gadis yang mana lagi, selalu seperti itu.

Namun, entah mengapa ayah Jason seolah sangat menyayangi anak bandel itu.

“Aku tidak mau,” jawab Emily.

“Kau—“ Jason mengangkat tangan ke udara, siap mendarat di pipi mulus Emily. Namun, gadis itu tak gentar sedikit pun. Emily justru semakin menantang Jason dengan menyodorkan wajahnya.

“Pukul saja! Siapa pun tak akan mentolerir kekerasan, Jase. Kau tak akan pernah mendapatkan jabatan itu jika sampai berani melakukan tindakan kriminal. Kau tahu itu, kan!?” ucap Emily, tegas.

Ia kemudian berusaha membebaskan diri dari kungkungan Jason. Namun, pria itu lagi-lagi menghalanginya.

“Apa mau ayah sebenarnya? Apa tujuannya hingga berniat menikahkan kita? Jangan katakan kau tidak tahu apa-apa, Em! Kau selalu tahu lebih dulu, karena ayah menyayangimu hingga seolah rela membocorkan rahasia perusahaan padamu.” Jason menjeda kalimatnya.

“Katakan padaku, apa yang ayah inginkan? Mengapa ia tidak menjodohkanmu dengan kakakku? Bukankah dia yang kau cinta, hah?”

Emily masih belum menjawab pertanyaan Jason, yang ia rasa terlalu berlebihan.

Memang benar, ayah Jason sangat menyayangi Emily. Namun, tidak berarti pria itu akan mengatakan segala hal pada Emily. Dan meski Emily tahu apa yang diinginkan sang ayah angkat, ia tahu itu mustahil. Bagaimana mungkin ia dan Jason akan bisa memenuhi itu semua?

Sungguh, pasti bagi Jason, ini ide tergila yang pernah dipikirkan oleh sang ayah dan dikatakan pada Emily.

Jason meremas rambutnya dengan frustasi, tubuhnya melorot ke lantai, dan napasnya masih terengah. Andai ia anak-anak, mungkin akan menangis kelojotan saat itu juga. Namun, itu tak mungkin ia lakukan.

Ia adalah seorang calon direktur di Kennel’z industry.

“Aku ... aku tak ingin mengatakannya karena ide itu tak masuk akal, Jase. Kita tak akan pernah bisa memenuhi itu semua.” Emily mulai berubah pikiran dan hendak mengatakan apa yang ia ketahui.

“Katakan saja. Mungkin kita bisa cari jalan keluarnya.”

Emily menggeleng. “Terserah kalau begitu.”

Gadis itu kemudian mendekat pada Jason, berjongkok agar lebih sejajar dengan posisi pria itu di lantai. Emily menatap manik kelabu milik pria itu dalam-dalam.

“Tuan McKennel ingin keturunan darimu dan aku. Ia hanya ingin dari kita berdua. Jadi ... kau yakin bisa mencari solusi untuk itu, huh?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status