All Chapters of Bangkitnya sang Menantu Benalu: Chapter 41 - Chapter 50
124 Chapters
Bab 41
Empat anggota tambahan tersebut adalah Ahmad dari Indonesia sebagai database administrator, Gonzalez dari Spanyol sebagai network engineer, Chris dari Inggris sebagai system analyst, dan Feliks dari Rusia sebagai designer. Mereka berempat merupakan orang pilihan Pak Arya dan semuanya berpengalaman dalam pembuatan aplikasi dan sejenisnya.Sembari menjalankan project, Stefan mempelajari dan menjajal sendiri beberapa software yang biasa digunakan oleh para programmer umumnya untuk membuat sebuah aplikasi di sistem operasi android, ios, dan windows, seperti Adobe Flash Builder, Android Studio, Netbeans, Apache Cordova, React Native, dan lainnya.Setelah memahami semuanya, Stefan mengembangkan software sendiri yang bernama AlfaStudio, yang jauh lebih baik dan gampang digunakan. Bahasa pemrograman yang bisa digunakan untuk software ini adalah Java, C++, PHP, dan lainnya.Di AlfaStudio, programmer tidak perlu mencari plugin lainnya, semua tools dan fitur IDE sudah terintegrasi lengkap dalam
Read more
Bab 42
Hembusan uap dingin AC menusuk-nusuk kulit Stefan. Beberapa kali menggosok-gosokkan telapak tangannya ke sekujur leher dan anggota tubuh yang lain untuk menciptakan kehangatan. Sedari tadi lirikannya tak henti mengawasi Theo yang sibuk bermain game online di smartphone sambil tiduran.“Jadi ini kerjaanmu kalau di rumah?” tanya Stefan yang masih sibuk berada di dapan pc.Karena fokus, matanya masih saja melotot tegas di layar pipih yang sedang digenggamnya. Kupingnya menangkap jelas omongan Stefan tapi akalnya sepertinya tak sepenuhnya merespons. Jempolnya sibuk ke sana ke mari menari-nari.“Theo! Apa yang kau kerjakan kalau di rumah?” Stefan menengok dan mengulangi.“Yes! Mampuuss!” ledeknya ke layar. Theo bangkit dan duduk. Masih sibuk, sempat menjawab pertanyaan Stefan, “Bro, jangan kira aku orangnya pemalas, hobinya main game doang. Aku tetap belajar dan kadang mengerjakan sebuah project freelance.”Stefan mengalihkan pandangannya lagi ke layar komputer. “Aku kira program-program d
Read more
Bab 43
“Stefan, suapin dong Stephanienya!” titah Theo kelikikan.“Emang sih nih ketua gak romantis!” ledek Stephanie sambil mencebik.Stefan menatap langit-langit ruangan. Bangs4t si Theo, pikirnya. Habis dia hari ini dikerjai. Mana empat anak baru ini kompak pula menuruti perkataan Theo.Stefan pun menggeremet dan perlahan memotong tipis kue cokelat yang sedari tadi dipegang oleh Theo, lalu menusuknya dengan garpu plastik kecil dan menerbangkannya ke arah mulut Stephanie.Stephanie malah malu-malu dan membekap mulut dengan telapak tangannya. Kue itu berhenti di udara. Setelah Stefan menyuruh Stephanie membuka mulutnya, barulah Stefan mendorong kuenya pelan-pelan ke mulut Stephanie.“Waw! Romantisnya!” lolong Theo berdecak-decak. Matanya belingsatan memindai wajah-wajah orang di dalam ruangan.“Aeemm ...” Stephanie mengunyah lambat-lambat.“Stefan, lihatlah di dekat bibir Stephanie ada bekas cokelat. Bagaimana kau menyuapinya? Cepat bersihkan!” titah Theo sok serius, padahal matanya hampir b
Read more
Bab 44
Sore harinya ketika sedang berada di koridor kantor dalam perjalanan ingin pulang, Stephanie melangkah lebih cepat lalu menjajari Stefan dan Theo. Rambut wanita itu berjingkat-jingkat mengiringi langkah kakinya yang anggun.“Stefan, terima kasih untuk hari ini,” lirihnya tak jauh dari telinga Stefan.Stefan menoleh sedikit dan melirik sedikit ke kiri. “Terima kasih kembali. Jangan cuma berterima kasih padaku. Pesta kecil dari pagi sampai siang tadi juga lantaran anak-anak yang lain. Terutama Theo.” Stefan memutar cepat hitam matanya ke kanan dan melirik penuh ke kanan.Theo berdeham-deham. Supaya Stephanie tidak larut dalam perasaannya terhadap Stefan, makanya dia jadi agak jujur dan tetap menjaga perasaan Stephanie. “Betul. Stefan juga tidak akan mau kalau tidak ada aku. Sebenarnya aku sih yang berperang paling penting.”Stephanie menyugar sebagian rambutnya ke belakang. Matanya masih saja berbinar-binar. Direngkuhnya kado-kado dari teman-temannya dengan kuat. Sebetulnya wanita ini m
Read more
Bab 45
Erick sedang menggenggam setir dan matanya fokus ke jalan di depan sana. Sesekali dia melirik adik laki-lakinya yang berada di kursi sebelahnya. “Kau punya pengalaman lima tahun kerja di tambang batu bara, Gerry. Sulit dapat posisi di sana. Mentok di supervisor. Malu-maluin Keluarga Sanjaya saja. Parah nian.” Erick menggeleng tak percaya karir adiknya tidak pernah berkembang di salah satu perusahaan batu bara swasta. Kesal, akhirnya dia segera mengambil tindakan.“Seharusnya dari dulu aku keluar dari sana. Terus masuk ke Sanjaya Group,” keluh Gerry yang sebentar lagi ingin melangsungkan acara pernikahan.“Bukannya apa, adikku. Kakek Sanjaya memang baik hati, tapi beliau dulu tidak sembarangan juga memberi posisi untuk orang di perusahaannya. Kalau waktu itu kau masuk di Sanjaya Group dan mengecewakan, aku yang kena getahnya.”“Ya aku tahu Kakak menunggu waktu yang pas. Aku mengerti, Kak.”“Sekarang, ketika aku sudah menjadi menantu Bobby Sanjaya, semua akan mudah. Nanti bilang sama a
Read more
Bab 46
Drrtt...Panggilan masuk dari Grace. Stefan meraih smartphone-nya dan mengusap warna hijau.“Halo?” Suara Grace bergetar di salah satu lubang speaker. Terdengar merdu walaupun samar.“Ada apa, Grace?” tanya Stefan. Tangan kanannya masih mengutak-atik mouse. Matanya jelalatan mengawasi empat layar di hadapannya.Suasana di kamar tidur Stefan temaram. Lampu utama dimatikannya malam ini. Menyisakan lampur led strip warna hijau yang menjalar mengitari ruangannya. Dan beberapa lampu strip berbentuk sebuah logo. Begitu aestetik dan elegan.“Kau masih sibuk bekerja? Di sana sudah jam dua belas malam kan?”“Hm. Betul. Masih ada yang ingin aku kerjakan.” Stefan masih fokus mengamati kode-kode bahasa pemrograman di layar. Karena hingga saat ini dia masih belum menemukan cara efektif dalam mengerjakan project.“Aku hanya ingin menanyakan kabarmu. Sudah lama kita tidak mengobrol. Dengar-dengar kau ada hubungan dekat dengan seorang programmer yang namanya hampir sama denganmu,” lirih Grace lemah.
Read more
Bab 47
Gosip orang terkenal biasanya cepat menyebar. Seperti itulah apa yang sedang menimpa Stefan saat ini. Meski awalnya cuma bercanda, gosip itu bisa berkembang menjadi cerita menarik bagi sebagian orang.Alan mengerutkan kening dan berkata tak menyangka di hadapan Stefan, “Kami tahu duda muda di mana pun pasti akan mencari calon istri barunya. Tapi, bagaimana bisa anak baru kemarin sore ini bisa mengambil hati Stephanie?”Liam berkacak pinggang seperti bebek dan berkata sinis. Wajahnya ke arah Alan, tapi sekelebat lirikannya ke arah Stefan. “Setelah dapat jabatan ketua, dia dapat wanita yang diidam-diamkan banyak pria di kantor ini.”Alan menggeleng sambil berdecak takjub. “Sudah kita sangka sebelumnya.” Alan berhadapan dengan Liam. “Dia akan dapat segalanya di sini. Kita lihat dalam beberapa tahun ke depan. Apa mungkin targetnya menjadi CEO di AlfaTech?”Liam tersenyum pahit, lalu menjawab, “Alan, apa kau kenal dengan Grace, anaknya Pak Arya? Bukankah dia ini berhasil memanfaatkan Grace
Read more
Bab 48
Stefan mengirimkan beberapa foto dan video ke Pak Arya saat ini juga. Setelah itu, Pak Arya kaget luar biasa, matanya membulat sempurna.Pak Arya menggeleng dan berkata tak menyangka, “Mereka berdua ini memang akrab selama sekitar satu tahun belakangan. Saya tidak menyangka kalau ternyata mereka berdua punya hubungan khusus seperti ini.”Stefan membuang pandangannya ke arah jendela, lalu berkata, “Maaf. Saya tidak memfitnah karena berita ini adalah fakta. Dan saya tidak bermaksud menyebarkan kebencian karena itu jelas urusan pribadi mereka berdua, tapi lihatlah, mereka satu posisi di kantor ini. Jelas pasti akan ada pengaruhnya dengan pekerjaan.”Selaku pimpinan tertinggi perusahaan, jelas Pak Arya sepakat dengan argumen Stefan. Dua orang itu adalah penyakit yang harus segera disingkirkan dari perusahaan, karena jika tidak sekarang, penyakit ini malah bikin sial.Jika Stefan berkata blak-blakan soal dirinya pribadi yang sering mendapat intimidasi dari Alan dan Liam, meskipun kasus ter
Read more
Bab 49
Semenjak menjadi CEO Sanjaya Group, Bobby menetap di Jakarta, bertempat tinggal dan mengurus bisnis besar peninggalan ayahnya di sana. Telah terjadi perombakan struktur organisasi perusahaan besar-besaran yang dilakukan oleh Bobby.Dalam sebuah rapat besar keluarga, Bobby telah menunjuk beberapa orang yang akan ditempatkan di sebuah posisi tertentu meskipun jika dinilai berdasarkan pengalaman, jelas orang ini belum punya kesempatan besar.Robert mengernyitkan kening dan berkata heran, “Ayah, aku baru saja tamat kuliah, bagaimana mungkin langsung dijadikan manager.” Ada sebuah dengusan samar keluar dari hidungnya.Mendengar kalimat seperti sebuah penolakan itu, Bobby tersentak dan berkata keras, “Banyak orang di luar sana yang bahkan hanya ingin menjadi penjaga keamanan, sedangkan kau ingin menolak jabatan manager?!” sentaknya dengan tatapan menghunjam.Chyntia menoleh ke arah Robert dan berkata, “Kau harus menuruti apa kata ayahmu, Robert. Jika tidak sekarang, kapan lagi kau akan bel
Read more
Bab 50
Masih di kediaman Bobby di Jakarta.Robert yang makin dewasa kian congkak. “Mau ke mana? Duduk dulu! Rapat keluarga belum selesai. Kau bahkan belum memberi saran soal aku akan jadi manager di kantor pusat Sanjaya Group di Jakarta. Kakak macam apa kau ini?!”Lionny membalik badannya dan menghunjamkan tatapan tajam pas ke manik mata robert, lalu berkata, “Kau sudah tidak punya rasa sopan sama kakak sendiri, Robert.”Chyntia menengahi. “Kalian berdua harus akur! Jika di antara kalian memang merasa baik, mulai sekarang, buktikan kepada ayah dan ibu bahwa kalian merupakan penerus terbaik Keluarga Sanjaya.”Luchy mencebik dan berkata dingin. “Ya, kami akan berusaha, asalkan keadilan tetap ditegakkan. Jangan cuma mengurusi satu cucu kesayangan itu saja!”Merasa disinggung, Lionny naik pitam. “Kau juga Luchy! Sekarang makin berani sama kakakmu sendiri. Urus saja kuliahmu. Jika sudah berada dalam masa seperti aku, kau akan merasakan seperti apa sulitnya.”Luchy melengos sambil melontarkan kata
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status