All Chapters of Lima Tahun Sebelum Tragedi Pernikahanku: Chapter 51 - Chapter 60
200 Chapters
Desiran yang Aneh
“Kamu ingin aku cemburu, Sayang?” Saka malah balik bertanya bahkan kini dengan gelak tawa renyahnya.Sontak Kinan melengos, mengalihkan pandangannya jauh dari Saka. Padahal dia sudah deg degan setengah mati saat Saka bertanya tentang buket bunga itu. Namun, nyatanya suami gantengnya ini malah menanggapi dengan santai.“Akh ... aku tahu. Sebenarnya kamu mengharapkan aku cemburu, bukan? Dengan begitu kamu semakin besar kepala karena merasa kalau aku yang hanya jatuh cinta padamu.”Saka berseloroh dan kini sambil mengerling nakal ke arah Kinan. Kinan memelotot, membuat mata bulatnya penuh seakan hendak keluar dari tempatnya.“Kamu jangan ngaco, deh. Mana mungkin aku berharap seperti itu. Aku hanya tidak mau kamu salah paham saja,” elak Kinan. Saka terkekeh dan menatap Kinan dengan gemas.“Maafkan aku, Sayang. Aku itu bukan pria pencemburu untuk hal sepele seperti ini. Karena buket bunga ini tidak sebanding den
Read more
Pengagum Rahasia
Pelan Saka mengurai kecupannya lebih dulu dan berbarengan dengan Kinan menoleh ke arah suara tersebut. Kinan langsung menunduk dan tersipu malu saat tahu yang sedang berdiri mengamati mereka adalah kerabat dekatnya.“Eh ... silakan masuk Bude, Pakde,” ucap Kinan dengan malu-malu.Beberapa orang itu tersenyum, menganggukkan kepala kemudian sudah masuk ke dalam rumah. Rupanya ibu Kinan sengaja mengundang beberapa kerabat untuk merayakan tasyakuran wisuda Kinan kali ini. Saka yang berdiri di samping Kinan hanya mengulum senyum sambil menggandeng dengan erat tangan istrinya. Dia sangat senang hari ini karena Kinan sudah membuka sedikit hatinya.Mereka berjalan beriringan masuk ke bagian dalam rumah dan melihat sudah banyak orang yang berkumpul di sana.“Saka! Kinan! Sini!” panggil Hana. Kinan dan Saka menurut berjalan mendekat kemudian duduk di tempat yang sudah disiapkan.Hana kemudian mengenalkan Saka kepada beberapa kerabat y
Read more
Buatkan Mereka Cucu!
“Hoam ... .” Kinan menguap lebar sambil merentangakan tangannya ke atas. Saka yang duduk di sebelahnya hanya terkekeh saat melihat ulah istrinya. Kinan menoleh dengan wajah cemberut ke arah Saka. Dia memang sangat lelah seharian ini dan tentu hal yang wajar jika menguap sambil merenggangkan tubuh untuk menghalau rasa lelahnya.“Memang ada yang lucu saat aku menguap?” protes Kinan. Saka menggeleng sambil melipat tangannya di depan dada.“Terus kenapa tertawa?” lanjut Kinan.Saka mengulum senyum dan menggeser tubuhnya mendekat. Mereka masih berada di dalam mobil perjalanan pulang menuju rumahnya.“Makanya jangan bertingkah konyol seperti itu biar aku tidak tertawa,” jawab Saka. Sontak Kinan mengernyitkan alis sambil membolakan matanya melihat ke arah Saka. Saka malah terkekeh melihat reaksi Kinan.“Sudah hentikan! Seharian ini perutku sakit gara-gara terus tertawa.” Kinan terdiam sambil meng
Read more
Batal Terbang
“HEH!!”Kinan memelotot lalu buru-buru mendorong tubuh Saka menjauh. Tentu saja ulah Kinan itu membuat Saka terkejut. Bukankah istrinya sudah menyetujui perjalanan honeymoon ini. Kenapa dia menarik ulur dirinya lagi bahkan menghindar kembali dari sentuhannya?Saka terdiam sambil menatap Kinan dengan bingung. Kinan juga terdiam hanya mata bulatnya yang menatap tajam ke arah Saka.“Jangan sekarang! Aku belum mandi, belum sikat gigi dan belum wangi. Aku ... malu,” cicit Kinan. Ia terpaksa memberi alasan yang sangat tidak masuk akal ke Saka.Saka mengernyitkan alis sambil melihat ke arah Kinan, kemudian tak lama dia sudah terkekeh dengan wajah yang merah padam. Kinan masih bergeming di tempatnya hanya membisu melihat reaksi Saka.“Astaga, Sayang. Aku juga belum mandi, belum sikat gigi dan belum wangi. Itu gak masalah atau kamu mau mandi bareng?”Kinan menarik napas panjang sambil menggelengkan kepala dengan ce
Read more
Bukan Takdir yang Diinginkan
“Saka!! Katakan apa yang terjadi pada Ayah dan Ibu?” tanya Kinan kembali. Saka yang asyik menelepon dengan Tuan Arya jadi bingung saat melihat Kinan panik.“Sebentar, Sayang. Aku belum selesai bicara dengan Papa. Kamu duduk dulu!” Saka meminta Kinan duduk di sampingnya.Kinan menurut dan membiarkan Saka meneruskan panggilannya dengan Tuan Arya.“Pa, tadi Papa mau bilang apa? Ayah dan Ibu kenapa? Apa mereka sakit?”Saka tampak terdiam kemudian usai mendengar jawaban dari Tuan Arya. Berulang ia melirik ke arah Kinan yang duduk dengan gelisah di sampingnya. Tak keluar satu patah pun dari mulut Saka usai mendengar penjelasan Tuan Arya di telepon. Hanya jawaban ‘iya’ dan ‘iya, Pa’ yang tercetus dari mulut pria tampan itu. Tentu saja ulah Saka itu semakin membuat Kinan penasaran. Tak berapa lama Saka sudah mengakhiri panggilannya dan Kinan buru-buru menginterogasinya.“Katakan! Katakan apa
Read more
Penjelasan Kinan
“A-aapa maksudmu, Kinan?” tanya Saka. Telinganya mungkin salah dengar karena mendengar ucapan Kinan yang terlontar di sela isak tangisnya. Untuk itu Saka mencoba menanyakan ke Kinan lagi arti ucapannya tadi.Kinan terdiam, menatap wajah pria tampan di depannya ini. Kemudian dengan lirih Kinan kembali berkata, “Aku ... aku sudah merubah takdir, Saka. Aku tanpa sengaja melakukannya dan berharap kedua orangtuaku tidak meninggal secepat ini.”Saka terdiam, membisu menatap Kinan dengan tajam. Mata pekat pria tampan itu tanpa sedih dan trenyuh melihat ke arah Kinan. Tuan Arya dan Nyonya Septa yang berdiri tak jauh dari mereka juga tampak bingung dengan ucapan Kinan.“Tapi ternyata semua yang aku lakukan sia-sia. Tuhan gak adil padaku, dia malah mengambil mereka padahal aku sudah melakukan pengorbanan untuk membatalkan itu semua,” seru Kinan.Saka terkejut mendengarnya begitu juga Tuan Arya dan Nyonya Septa. Ketiga orang itu b
Read more
Menguak Masa Kelam
“Aku mengulang kehidupanku lima tahun sebelum aku menikah,” lanjut Kinan.Saka terdiam, mengerjapkan mata berulang sambil menatap Kinan dengan tajam. Pria tampan berdagu belah itu seakan berusaha untuk mempercayai apa yang sedang diucapkan istrinya saat ini.“Aku tahu kamu pasti tidak percaya, tapi memang inilah yang terjadi. Aku mengulang kehidupanku.” Kinan mendesah sambil menarik napas panjang seraya membalas tatapan netra pekat Saka yang masih terkunci ke arahnya.Perlahan Saka mengerjapkan mata dan menganggukkan kepala kemudian dia tampak sibuk mengatur asupan udara yang keluar masuk ke tubuhnya.“Memangnya apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya hingga kamu kembali ke masa ini dan mengulang semuanya, Kinan?” tanya Saka setelah lama terdiam.Kinan terdiam lagi dan kini melihat ke arah Saka dengan tatapan tajam. “Aku harap kamu percaya semua ceritaku, Saka. Apa kamu janji tidak akan mengejekku nantinya
Read more
Janji Saka
“AKU?” tanya Saka sambil menunjuk hidungnya dengan telunjuk.Kinan tidak menjawab hanya menganggukkan kepala. Saka menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan gegabah.“Memang apa yang aku lakukan di kehidupanmu yang lalu hingga kamu membenciku?”Kinan terdiam lagi dan menundukkan kepalanya semakin dalam. Saka yang melihat reaksi Kinan hanya terdiam. Dia merasa sedikit bersalah karena sudah mengusik sesuatu yang ingin Kinan lupakan.“Fajar menggadaikan aku di malam pernikahan kami,” tiba-tiba Kinan bersuara, “dia menjadikan aku sebagai alat pembayar atas semua hutangnya. Aku harus melayani pria yang tidak aku cintai dan tidak aku kenal di malam pernikahanku saat itu.”“APA?? KURANG AJAR BANGET SI FAJAR. Sekarang aku jadi tahu mengapa kamu sangat membencinya, Kinan.”Kinan menganggukkan kepala sambil mengatupkan bibirnya seakan sedang menahan air mata yang siap terjun bebas memb
Read more
Bukan Hidup yang Sama
“Kita pulang? Atau kamu ingin tinggal di sini beberapa hari?” tanya Saka usai mengurai kecupannya.“Kita pulang saja. Aku semakin teringat dengan semua kejadian yang menimpaku di kehidupan sebelumnya jika terus menetap di sini,” jawab Kinan.Saka mengangguk kemudian sudah memapah Kinan untuk berdiri. Mereka sudah berjalan beriringan keluar kamar bersiap meninggalkan rumah saat tiba-tiba Fajar datang.“Maaf ... aku tidak sempat datang di pemakaman tadi. Aku sedang di luar kota. Aku turut berduka cita, Kinan,” ucap Fajar kemudian.Saka dan Kinan menghentikan langkahnya kemudian keduanya sudah membalas uluran tangan Fajar.“Iya, terima kasih, Fajar,” jawab Kinan pelan. Saka hanya terdiam dan terus memperhatikan ekspresi istrinya saat bertemu Fajar. Sayangnya Kinan terus menunduk seakan malas menunjukkan wajahnya ke Fajar.“Apa kalian sudah mau pulang? Tidak menetap di sini beberapa hari?&rdq
Read more
Info Terbaru
“Jadi maksud Anda ada yang sengaja menyabotase mobil Ayah dan Ibu?” ucap Saka bertanya.Sudah berselang dua minggu lebih sejak peristiwa kecelakaan yang menewaskan mertua Saka. Pagi ini Saka sangat terkejut saat seorang opsir polisi datang memberi kabar tentang penyebab kecelakaan tersebut.“Iya, tepat sekali, Tuan. Berdasar bukti yang kami temukan di TKP, ada yang sengaja menyabotase rem mobilnya sehingga blong,” ulang opsir polisi tersebut.Saka terdiam, seketika benaknya melayang saat dia juga pernah mendapati mobilnya yang disabotase ketika menginap di rumah Fajar kapan hari. Saka menarik napas panjang berusaha menghalau rasa curiganya yang tanpa bukti, kemudian sudah menatap ke arah opsir polisi di depannya.“Apa Anda tahu siapa yang melakukannya, Pak?”“Kami masih melanjutkan penyelidikan, Tuan. Secepatnya kami akan memberi tahu hasilnya.” Saka hanya menganggukkan kepala mendengar penjelasan pri
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status