Semua Bab Kerah Baju Bernoda Merah: Bab 21 - Bab 30
60 Bab
21. Tidak Sengaja Bertemu
Lintang gugup melepas tangan Rani sedikit membanting ke bawah. Bapak hanya membatin tidak berani bertanya lebih jauh. Sekali lagi merasa bukan ranahnya."Bukan apa-apa. Ran, aku pamit dulu, ya? Aku bakal kangen banget sama kamu, Ran." Lintang mengecup pipi kanan kiri sahabatnya lalu berlalu begitu saja. "Lintang, gak pamit sama Bapak?" tanya Bapak mengikuti dari belakang."Lihat temanmu itu! Kayak gitu kamu jadikan teman? Heran aku sama kamu." Adi bergidik seraya memasukkan barang ke dalam mobil yang sudah dipesan.Rani cuek dan tidak merespon suami. Melewati sangat acuh mengejar sahabatnya yang sudah mulai menaiki sepeda."Lintang! Tunggu!" "Iya, ada apa?"Bapak ikut bingung menoleh ke belakang. Sementara Adi membuang muka sangat jengkel dan masih belum bisa menerima disindir habis-habisan. "Dasar, perempuan kurang ajar! Pantas saja cerai," batin Adi tidak sadar tangan mengepal."Lin, aku ada bingkisan permen buat anakmu. Tolong kasihkan, ya? Pasti nanti senang sekali." Rani melet
Baca selengkapnya
22. Bingung Sendiri
Menoleh kembali ke belakang. Mengingat kembali sosok perempuan yang tidak sengaja ditabrak. Ingatan terlempar pada bekas noda merah di kemeja suami."Rani! Hay, Rani! Aku tanya sama kamu!" Adi mengibaskan tangan depan wajah istri."Iya, aku lihat. Terus ada apa, Mas?" balik tanya sengaja menampakkan muka judes.Adi menggaruk kepala belakang mulai salah tingkah. Menatap Rani cukup lama. Tampak sekali malu dan gugup."Ya Allah, jangan-jangan perempuan tadi...""Oh, itu tadi ada karyawan ku ngeluh ada perempuan yang menabrak gitu jadi telat masuk ke dalam ruangan rapat."Rani sengaja memasang muka percaya semua ucapan Adi. Dalam hati tentu saja tidak. Seorang istri pasti sangat peka dan menyadari ada yang tidak beres."Ya sudah, kita pulang ke rumah sekarang ya, Pak."Selama perjalanan pikiran Rani tambah terbebani dengan sosok perempuan di toilet kantor. Postur badan lebih tinggi daripada Rani. Parfumnya sangat wangi dan sekilas kulitnya putih. "Kenapa tadi aku gak lihat wajahnya? Sekil
Baca selengkapnya
23. Noda Merah Lagi?
"Mas Adi?"Rani panik menaruh kemeja di keranjang baju. berpura-pura melanjutkan kembali mengambil beberapa baju yang kotor. Sedikit melirik ke arah luar kamar."Kamu ngapain? Ayo, makan! Aku sudah lapar sekali.""I-iya, nanti aku menyusul.""Sekarang! Nanti kamu gak makan. Ayo, cepat!" Adi menarik tangan istrinya.Mereka menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Rani menoleh belakang masih kepikiran kemeja suaminya. "Ini enak sekali. Padahal cuma daging ayam tetapi kamu bisa mengolah ayam ini jadi enak sekali." Adi lahap menyantap ayam bumbu pedas.Sementara istrinya menyantap makanan perlahan. Acuh dan tidak peduli mendengar pujian yang dilontarkan suami."Ya Allah, aku gak bisa berhenti memikirkan kerah baju itu. Ada noda merah atau tidak, ya?" Rani tidak bisa nyaman duduk di dekat suami. Pikiran Rani negatif bercabang ke arah yang tidak jelas.Piring Rani masih penuh makanan. Adi memerhatikan isi piring istrinya. Masih tersisa banyak. Sekali lagi berusaha menepis perasaan tidak
Baca selengkapnya
24. Main Kasar
"Apa? Syarat apa? Lewat pintu ini harus pakai syarat?" Rani mengangkat dua alis ke atas merasa heran dengan tingkah suami.Adi belum juga menurunkan tangan ke bawah. Bibir tersenyum diiringi satu kedipan mata sengaja menggoda istrinya. Sebaliknya, Rani justru merasa sedikit ketakutan dan geli."Tidak berat kok. Oh, iya ngomong-ngomong kita ini udah suami istri 'kan?" tanya Adi sengaja memancing perkara."Iya, terus kenapa?" balik tanya tanpa menatap suami.Adi memegang kedua pundak Rani dengan mata terpejam. Sudah tidak sabar bercinta dengan istri sendiri. Menantikan sejak lama karena Rani sangat jual mahal. Dari dulu sama sekali tidak tertarik dengan paras Adi. "Kalau gitu ayo dong, Sayang." Adi memeluk Rani dari depan. Semakin lama tambah kencang hingga Rani susah bernapas."Lepas! Aku bilang lepas, Mas! Minggir!" Teriak Rani mendorong suami hingga hampir terjatuh.Tidak sengaja punggung membentur pintu. Rani menutup mulut dengan netra melebar. Berlari menghindari Adi sejauh yang i
Baca selengkapnya
25. Tamu Tak Diundang
"Seperti suaranya Mas Adi." Rani mengernyitkan alis berusaha mendengar lagi."Rani! Rani!"Rani beranjak berdiri mendekati sumber suara. Tangan memegang pegangan pintu lalu berhenti sejenak. "Pasti Mas Adi cuma pura-pura. Nanti aku ke sana malah dikasari lagi. Astagfirullah," ucap Rani kembali memilih duduk di ranjang."Rani! Rani! Cepat ke sini! Tolong aku, Ran." Adi kembali berteriak. Kini suara teriakan berubah menjadi ketakutan."Aku ke sana atau tidak, ya? Tapi, kalau Mas Adi nekat lagi, gimana?" Rani sangat bimbang seraya menggigit bibir bawah."Rani! Aku takut!" Teriakan Adi lebih kencang."Astagfirullah, Mas Adi!"Rani bergegas turun ke lantai bawah. Mencari sumber suara sampai ketemu. Berlari ke ruang tamu tidak ada sosok suami. Lalu pergi ke dapur sangat panik."Mas Adi!" "Astagfirullah, kamu kenapa?" Rani panik mendekati suami. Segera mendekap tangan yang terluka hingga darah berhenti menetes."Sakit sekali, Ran! Aduh!" Keringat dingin membasahi wajah.Rani mengambil lap
Baca selengkapnya
26. Mobil Mewah
"Aduh, gawat! Gimana ini?" Citra terus bergeser ke samping. Sudah pasrah dan siap apapun yang akan terjadi."Aku sudah pasrah. Mungkin ini hari terakhir pernikahanku" Adi membatin juga penuh tatapan pasrah.Rani terus mengayunkan kaki mendekati samping rumah yang sekilas terlihat tatanan rumput yang sangat rapi.Adi rasanya ingin sekali menarik tangan Rani. Namun, sama sekali tidak kuasa dan tidak mampu. Rani bukan wanita bodoh. Adi sangat paham sekali soal itu.Citra melirik tas yang melingkar di tangan kirinya. Terus memutar otak agar posisi nya tetap aman dan Adi juga aman menjalin hubungan gelap dengannya."Aku yakin pasti ada cara," batin Citra mengelap keringat dingin di wajah."Ya Allah, semoga aku tidak menemukan siapa-siapa di sana," batin Rani memegang dada dengan kuat."Aku pasrah dan buntu detik ini. Entah apa yang terjadi," batin Adi netra terpejam sangat rapat.Serapat dia melakukan perselingkuhan dengan perempuan lain di belakang istrinya. Tanpa peduli perasaan dan kond
Baca selengkapnya
27. Cemburu Buta
Suasana hiruk pikuk di luar seakan tidak mampu mereka dengar. Semua terasa sunyi dan hening seketika. Saling bertatapan tanpa mengedipkan mata sedikitpun.Citra mengangguk pelan lalu menghadap depan. Kembali menoleh ke pria di sampingnya. Adi masih betah menatap sepasang mata yang mulai berkaca-kaca. Ingin sekali menarik kembali semua ucapan. Namun, sia-sia karena terlanjur terucap dengan lantang tanpa peduli perasaan."Aku mau turun sekarang juga!" Citra membuang muka dan menunjuk bawah."Citra, dengarkan aku dulu! Citra!" Adi menarik lengan selingkuhannya agar tidak pergi."Lepas! Aku bisa naik taksi, Mas!" Citra keluar dari mobil menepis tangan Adi sangat kasar.Citra meraih tas kecil di kursi belakang lalu melotot ke arah Adi. Pintu tertutup sangat kencang. Berjalan masuk ke dalam gang tidak jauh dari mobil Adi.Sengaja agar tidak bisa dikejar. Tanpa diduga, Adi keluar dari mobil berlari mengejar Citra."Ngapain sih ngikuti aku? Hah!" Citra menoleh ke belakang kesal."Citra, tun
Baca selengkapnya
28. Cinta Aku?
"Ada apa lagi, ya? Sebentar ya, Pak?" Rani kembali melepas helm.Adi membuka dompet lalu mengambil beberapa lembar uang merah. Dalam sekejap sudah berpindah tangan ke Bapak sepeda motor online.Rani hanya bisa bengong dan tidak paham maksud yang dilakukan suami. Sama halnya dengan Bapak yang masih bingung memegang lembaran uang merah di tangan."Pak, i-ini uang apa? Banyak sekali! Buat saya, Pak?" tanya Bapak terbata-bata masih belum percaya."Lho, iya. Ini uang buat Bapak." Adi memasukkan dompet ke dalam tas pinggang miliknya.Sekilas Rani melirik ada lima lembar uang merah. Masih dipegang Bapak sepeda motor online dengan gemetar. Sepertinya memang tidak percaya atau merasa sangat bersyukur."Ini uang apa, Pak? Ibu, juga gak sampai sebanyak ini kok, Pak. Cuma dekat juga jaraknya." "Pak, ini rezeki buat Bapak hari ini." Adi tersenyum seraya memegang bahunya."Alhamdulillah, Pak. Ini uang dari suami saya buat Bapak. Iya, 'kan, Mas?" Rani memastikan lagi."Iya, Ran."Bapak mengucap syu
Baca selengkapnya
29. Batin Tersiksa
Dalam sekejap Rani membeku dingin seperti es. Tidak bisa berkata dan bergerak sedikitpun. Sebenarnya wajar apa yang ditanyakan oleh Adi. Yang tidak wajar respon Rani seperti pasangan yang belum sah."Rani, kenapa cuma diam? Harusnya aku tidak bertanya seperti itu. Jujur, dari dulu aku ingin bertanya soal ini." Batin Adi seraya meremas celana pendek selutut.Rani masih diam dan mengerutkan kedua alisnya yang tebal. Ikut meremas gamis yang ia kenakan. Lalu meraih kentang goreng di piring kecil.Adi membuang napas perlahan turut mengambil kentang goreng di tengah meja. Tidak sengaja menyentuh jari Rani. Kebetulan kompak tanpa janjian mengambil di piring yang sama.Suasana menjadi kikuk seketika. Rani menarik tangan lalu diikuti Adi. Mungkin sekilas jika ada yang melihat akan mengira kalau mereka berpacaran dan pertama kali kencan."Rani, maaf kalau kamu merasa tidak nyaman dengan pertanyaanku tadi," ucap Adi seraya menatap istrinya."Ya Allah, maafkan aku. Tidak seharusnya suamiku sendir
Baca selengkapnya
30. Tidak Tenang
"Astagfirullah, apa yang barusan aku katakan? K-kenapa tiba-tiba tangannya dilepas?" Rani meremas tangannya sendiri."Aku tidak paham maksud Rani? Menetap di sini dan tidak pernah pulang atau gimana? Kalau iya, Citra pasti akan marah sekali. Biasanya dia juga ke sini," batin Adi sulit mengerti Rani.Netra Adi melirik kanan kiri. Bergerak tidak teratur. Terbayang wajah Citra lalu berganti Rani. Kembali lagi terbayang Citra lalu cepat berganti Rani.Rani berani menatap suaminya yang nampak sekali bingung. Beranjak berdiri masuk ke dalam kamar mandi.Tanpa disangka suami mengejarnya dari belakang. Spontan saja kaget dan bergegas menutup pintu kamar mandi.Adi dengan gesit menaruh kaki di antara pintu kamar mandi. Rani pasrah mundur selangkah ke belakang.Kejadian yang sebenarnya tidak diharapkan oleh keduanya. Harusnya tidak terjadi demikian. Pernikahan mereka semakin terasa hambar."Rani, kamu..."Adi tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Istrinya masih sabar menunggu sampai selesai bica
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status