All Chapters of Ternyata Suami Mendua Ketika Kami Tak Bersama: Chapter 21 - Chapter 30
116 Chapters
Bab 19. Insiden penculikan
Part 19“Hai Sayang, kamu mau tau kenapa kau ada di sini? Kau adalah mainanku sekarang, Cantiiik.”Risna menepis tangan lelaki asing yang berusaha menyentuh pipinya. Perasaannya takut setengah mati. Apalagi berada bersama lelaki yang begitu kurang ajar. Ia ada dimana dan dengan siapa, sama sekali tak tahu. Bagaimana caranya dia kabur dari cengkeraman lelaki yang berbahaya ini?Risna masih berpikir dengan keras, tapi tak ada titik terang. Ia baru sadar kalau kedua kakinya di borgol hingga ia tak leluasa bergerak.“Si-apa kau?” tanya Risna masih gemetar. Ia menggeser tubuhnya menjauh dari lelaki itu. Badannya terasa lemas, kepalanya pun terasa begitu pusing. Tapi ia harus menjaga kesadarannya.Lelaki itu tersenyum menyeringai. “Kau sudah tak sabar sepertinya. Kenalkan sayang, aku Gibran. Namamu Risna Prameswari, bukan?” tanyanya.Mata Risna membelalak, ia terkejut bahwa lelaki itu mengenalnya. Sebenarnya siapa dia? Mendadak pria itu merangkul pundak Risna hingga kepala mereka berdekatan
Read more
Bab 20A
Part 20A"Ris-na be-lum pu-lang ju-ga?" tanya wanita tua yang tengah berbaring di bed pasien. Perasaannya harap-harap cemas memikirkan sang menantu yang tak kunjung pulang dan jarang memberinya kabar.Dewangga menggeleng sejenak. "I-bu kha-wa-tir, Nak. A-pa a-da se-su-a-tu yang ter-ja-di de-ngan-nya? A-pa-la-gi Ram-dan ti-dak per-nah mem-be-ri ka-bar.""Jangan harapkan anak itu, Bu. Dia sibuk dengan kerjaannya sendiri." Dewangga menghela nafas panjang. "Ibu mau aku menyusul Risna pulang?" tanya pria itu lagi. Rasanya tak tega melihat sang ibunda bersedih karena kehilangan menantu tercintanya.Sang ibunda mengangguk lemah. "Ibu yakin tidak apa-apa kalau ditinggal?" tanya Dewangga lagi memastikan."I-bu i-ngin Ris-na pu-lang, i-bu kha-wa-tir," jawabnya dengan nada bergetar.Deqangga menatap ibunya dengan pandangan sayu. "Baiklah kalau begitu, aku akan siap-siap berangkat ke kota. Doakan supaya ketemu dengan Risna ya, Bu."Ibu mengangguk lagi."Ibu tidak perlu khawatir, aku akan suru
Read more
Bab 20 B
Part 20 B"Oh atau kau memilih kuhangatkan saja?" tanya Gibran dengan pandangan mengintimidasi.Risna menggeleng perlahan. Kristal bening yang sedari tadi tergenang, kini luruh juga. Ya Allah, tolong hambaMu ini."Mas, tolong jangan hina aku seperti ini. Sebenarnya, apa yang kamu inginkan, Mas? Apa kamu butuh uang? Hingga mau melakukan pekerjaan kotor seperti ini?" tanyq Risna memberanikan diri.Gibran menaikkan sebelah alisnya. "Kamu menghinaku ya wanita?!"Braaakk ...! Gibran menggebrak meja di sampingnya, cukup membuat Riena berjingkut kaget. Lelaki itu makin mengintimidasinya, ia makin mendekat, membuat Risna makin bergidik ngeri."Layani aku malam ini, maka kamu akan kulepaskan!" teriak Gibran, membuat Risna makin ketakutan."Tidak akan pernah! Sampai mati pun aku tidak akan pernah menyerahkan kehormatanku pada orang lain!" tukas Risna membela diri."Oh, kau berani rupanya. Menarik! Baru kali ini ada wanita yang menolakku!"***Pukul 21.35 WIB, mereka sampai di lokasi tujuan. Se
Read more
Bab 21
Part 21"Risna!!"Dewangga menangkap tubuh Risna agar tak jatuh ke lantai. Ia memeriksa suhu badannya, terasa panas. "Astaghfirullah, aku sampai gak peka kalau kamu sakit," lirih Dewangga. Ia langsung membopong tubuh adik iparnya yang tiba-tiba tak sadarkan diri."Bertahanlah, Risna. Aku akan membawamu ke klinik terdekat."Dengan perasaan khawatir Dewangga membawa Risna masuk ke dalam mobil, untung saja ada petugas polisi yang berbaik hati, bersedia mengantar mereka ke pusat layanan kesehatan.Kendaraan roda empat itu bergerak membelah jalanan dengan kencang. Sepanjang jalan, ia hanya harap-harap cemas serta mengutuk perbuatan adiknya yang bahkan tidak peduli istrinya berada dalam bahaya. Untung saja ia masih bisa menemukan Risna, mungkin bila terlambat sedikit saja, entah apa yang terjadi padanya. Saat ini saja, dia merasakan trauma.Dewangga tergopoh-gopoh, sembari menggendong adik iparnya masuk ke dalam klinik. Beberapa orang suster datang sembari mendorong brankar. Mereka membaw
Read more
Bab 22
Part 22Aku merasa sangat bersyukur, Mas Dewangga datang di waktu yang tepat. Entah aku justru merasa kakak iparku jauh lebih peduli dari pada suamiku sendiri. "Lalu ibu?" tanyaku dengan getir. Sesekali kuedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Menatap langit-langit ruang perawatan yang putih bersih. Ada kekosongan dan hampa di sudut hati ini. "Kamu tenang saja, Risna. Aku akan bantu jelaskan juga pada ibu mengenai sikap Ramdan. Dan juga mengenai keputusanmu.""Apa ibu tidak apa-apa mendengar itu semua?""Semoga saja, insayaallah, ini yang terbaik buat kamu dan buat semuanya. Ibu pasti akan mengerti. Jadi janganlah ragu untuk ikut pulang denganku," sahut Mas Dewangga. Aku mengangguk pelan, lalu terdiam, hanyut dalam pikiranku sendiri. Rasanya terlalu lelah bila mengikuti dendam."Makanlah Risna, jangan sampai perutmu kosong lagi, kau terlihat lemah sekali. Ibu akan sedih melihatmu seperti ini."Mas Dewangga menyodorkan makanan yang tadi diantar oleh petugas. "Mau kusuapin?" tanyan
Read more
Bab 23. Ditangkap?
Part 23" ... Lima orang terduga pelaku tindak pidana perdagangan manusia atau Human Trafickking ini berhasil diamankan oleh polisi di tempat persembunyiannya. Kelima orang tersebut merekrut sejumlah perempuan muda untuk dipekerjakan sebagai pelayan wanita di tempat hiburan. Saat diringkus, mereka menyandera seorang wanita di sebuah kamar. Sementara salah satu pelaku berinisial GR yang berusaha kabur dilumpuhkan petugas di bagian kaki, kini dirawat di Rumah Sakit. Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini lebih lanjut untuk mengetahui apakah masih ada pihak yang terlibat ..."Alya tercekat saat mendengar berita itu. Apalagi ia saat melihat di layar televisi, wajah Gibran tengah disorot kamera. Sementara empat teman lainnya digelandang ke kantor polisi. "Jadi Gibran termasuk pelaku perdagangan manusia? Terus Risna? Dia berhasil bebas dong?! Ah, kenapa nasib baik selalu berpihak padanya!"Dadanya berdetak dengan kencang, seolah jantung itu hampir terlepas dari tempatnya. Ia berjalan
Read more
Bab 24
Part 24"Kalian salah, aku tidak melakukan kejahatan!"Ramdan masih terpaku menatap istrinya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan semua itu. Alya? Apakah benar? Ini tidak mungkin!"Mas Ramdan, tolong aku, Mas! Aku gak salah!!"Dan setelah itu Alya masuk ke mobil polisi. Kendaraan roda empat itu melaju dan berbelok ke arah jalan raya. Ramdan baru sadar, beberapa warga kini tengah memperhatikannya. Mungkin juga sama banyak pertanyaan mengenai Alya yang tiba-tiba saja dibawa polisi."Ayah, mama dibawa kemana? Kenapa sama polisi?" Pertanyaan bocah kecil itu cukup mengagetkannya. Lelaki itu menoleh ke arah anak sambungnya."Ayah, mama pasti pulang lagi kan?" tanyanya lagi dengan pandangan penuh harap.Ramdan segera menggendong bocah itu dan berusaha menenangkannya. "Hendra tenang aja ya, Sayang. Mama pasti akan kembali pulang. Mama hanya ada urusan sebentar di kantor polisi."Hendra langsung memeluk ayah sambungnya itu. "Aku kasihan sama mama.""Iya, ayah juga kasihan sama mama. Nanti k
Read more
Bab 25
Part 25"Pak, ini data-data yang bapak inginkan." Pak Kamal menyodorkan sebuah map berwarna biru itu kepada bosnya.Reyhan yang tengah duduk bersandar di kursi kerjanya, langsung mengganti posisi duduk. Ia meraih map dari Pak Kamal.Membuka lembaran kertas yang berisi data diri Risna Prameswari. Ia membacanya dengan seksama. Risna Prameswari, saat ini sudah berumur 30 tahun, sama seperti adiknya yang hilang. Ya, bila masih hidup, umurnya seperti Risna sekarang.Status sudah menikah dengan Ramdan Adiwinata. Tapi selama pernikahannya tidak dikaruniai seorang anak. Di data itu juga disebutkan tentang dimana dia tinggal serta sekolah dulu.Lalu ia membaca data yang lain mengenai orang tuanya. Ternyata Bapak Winarno dan sang istri hanyalah orang tua angkat. Dia juga punya dua orang kakak angkat bernama Baron dan Susi. Jantungnya berdebar makin kencang. Apakah ini kebetulan? Ataukah ini sebagai pertanda kalau Risna memang adiknya yang hilang?'Aku harus menanyakan langsung padanya bila pe
Read more
Bab 26
Part 26Alya menangis sesenggukkan. "Mas, kalau uangnya memang kurang. Minta bantuan ayah, Mas. Aku yakin, ayah akan membantu," ucap Alya."Iya, Sayang, kau tenang ya. Semuanya akan aku usahakan. Kau jangan khawatir.""Tolong ya, Mas, bebaskan aku," rengeknya lagiRamdan menganggu. "Kamu jangan stress Alya, kasihan bayimu."Hingga selesai jam kunjungannya, Alya habiskan dengan menangis. Mata perempuan itu tampak sembab dan juga merah. Tapi sekarang, perasaannya jauh lebih tenang karena sang suami pasti akan mengeluarkannya dari tempat terkutuk itu.Ramdan dan Hendra pun kembali pulang. "Ayah, kenapa mama tidak ikut pulang?" tanya bocah laki-laki mungil itu dengan polosnya."Tidak, Nak. Mama masih ada urusan di sana.""Aku kasihan sama mama kenapa nangis terus, Yah.""Iya, Sayang. Banyak nyamuk, badan mama digigiti nyamuk," sahut Ramdan sekenanya.Mereka sudah sampai di rumah, dan Ramdan langsung persiapan untuk pulang ke rumah orang tua Alya, terpaksa ia lakukan karena ia juga perlu
Read more
Bab 27
Part 27Lelaki itu tampak bingung. "Apa ini?" Keningnya lagi-lagi berkerut karena tak mengerti lembaran kertas yang dibacanya. "Tanda tangani saja surat yang sudah kubuat.""Surat macam apa ini, Risna? sungguh-sungguh tidak masuk akal!" keluh Ramdan lagi.Surat Tagihan Merawat Ibu MertuaLalu dibawahnya tertera rincian biaya dengan nominal yang cukup membuat shock Ramdan, 500 juta, nominal yang begitu kecil bila dibandingkan dengan pengorbanan Risna selama 10 tahun ini.Bukan hanya tagihan merawat ibu mertuanya, tapi juga biaya ganti rugi sudah menjadi istrinya.*Untuk harta dan semua aset, rumah, mobil dan aset lainnya yang telah dimiliki selama berumah tangga akan jatuh pada pihak yang tersakiti / dikhianati*Surat ini bersifat tetap dan tak bisa diganggu gugat. Bila salah satu pihak terbukti melanggar, maka siap dituntut hukuman penjara.Sudah disiapkan pula materai 10.000 di atas kertas itu."Apa maksudnya ini, Risna?! Kamu sudah gila ya!" pekik Ramdan. Kali ini wajahnya menegan
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status