All Chapters of TAK INGIN BERCERAI: Chapter 11 - Chapter 20
120 Chapters
FIRASAT ORANG TUA
Sampai di rumah orang tuaku, Ibu dan Bapak sedang duduk bersantai di teras. Aku gugup bukan main, apa alasan yang akan ku utarakan nanti pada mereka. Ibu terlihat mendongakkan kepala, memastikan siapa yang berada di dalam mobil bersama menantunya. Aku turun dari mobil lebih dulu, sambil mengulas senyum pada kedua orang tuaku. Lalu Kak Nita membuka bagasi mobil, aku segera mengambil barang barangku disana. Ibu bangkit dari duduknya menghampiriku, kedua alisnya nyaris tertaut karna melihatku banyak membawa barang. “Assalamu’alaikum, Pak, Bu.” Sapaku pada orang yang telah membesarkanku. “Wa’alaikumsalam.” Jawab Ibu dan Bapak kompak. “Loh, kamu mau kemana, Nak?” Tanya Ibu heran seraya mengerutkan kening. Sebelum menjawab pertanyaan Ibu, aku terlebih dulu menyalami dan memeluk mereka bergantian. Entah kenapa seolah sudah lama sekali tidak pulang kesini, padahal sering, setiap pulang sekolah terkadang aku singgah dulu ke rumah orang tuaku. “Ada apa ini?” Tanya Bapak penasaran. “Oh
Read more
ADA APA DENGAN BAPAK?
“Assalamu’alaikum..” ucap Kak Rian dan Kak Nita.“Wa’alaikumsalam, tumben kesini barengan, kamu udah pulang kerja?” Tanya Ibu saat Kak Rian mencium tangannya.“Tadi abis nganterin Alea sama Alan langsung kesini, Bu.” Jawab Kakak Iparku.Kak Rian langsung menatapku dengan tatapan tajam, sementara Kak Nita tersenyum nyengir sambil melirikku.“Rian mau bicara sama Murti, Bu.” Ucap pria tampan dengan hidung mancung, tinggi sekitar seratus delapan puluhan, berkulit putih dan berbadan kekar, dialah Abangku, yang biasa ku panggil Kak Rian.“Oh, ya udah yuk masuk!” Ajak Ibu.Kami duduk melingkar di sofa ruang tamu.“Oh, kamu udah datang?” Tanya Bapak yang tiba tiba muncul lalu duduk di kursi single.“Bapak yang nyuruh Kak Rian kesini?” Tanyaku basa basi.“Bukan, aku kesini karna Nita tadi bilang abis jemput kamu dari rumahnya Galih, terus nganterin ke rumah Ibu.” Ketus Kak Rian.Aku tertunduk lesu, pasti Kak Nita sudah menceritakan semuanya pada Kak Rian. Dia pasti marah besar. Eh, tapi kata
Read more
MAS GALIH SAKIT
Keesokan hari. Kak Sumi tidak masuk hari ini karena anaknya sedang sakit, jadinya aku membatalkan niatku untuk bertanya apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menggugat cerai sekaligus memintanya untuk menemaniku ke pengadilan agama. Setelah selesai bekerja, aku pulang berjalan kaki ke rumah Ibuku karena jaraknya memang dekat. “Mur, mau saya antar?” Seorang pria menurunkan kaca mobilnya, berhenti di sampingku, membuatku yang sedang melamun tersadar. “Ah, gak usah, lima langkah lagi juga nyampe, Pak Dod.” Tolakku pada Pak Dodi yang juga akan pulang. “Oh, iya. Ya Udah, hati hati, Mur!” ucap Pak Dodi, kemudian berlalu pergi. aku menengar sayup sayup bisikan tetangga yang berkomentar tentang aku dan Pak Dodi. “Bisa jadi dia diusir sama suaminya karena menggatal sama laki lain.” “Iya, aku kemarin liat dia bawa koper banyak, kayaknya mereka udah pisah.” “Dia kan emang perempuan gak bener, dulu suka sekali gonta ganti pacar.” “Kasian ih, suaminya itu. Padahal, udah ganteng, kaya, a
Read more
Lisa, Sekretaris Suamiku
“Mur, ada apa?” Tanya Kak Yuni yang bingung dengan sikap ketusku pada sekretaris Mas Galih. “Nanti aku ceritain.” Bisikku pada Kak Yuni. “Terserah kamu!” ucapku sinis pada wanita yang bernama Lisa itu. Dia kemudian duduk kembali di samping suamiku seperti saat aku datang tadi. Aku mengerutkan dahi, rasanya tak wajar seorang sekretaris secemas itu pada lelaki yang bahkan istrinya berada di depannya. “Kamu ngapain duduk disitu lagi?” Aku mendekatinya lalu menolak bahunya agar dia berdiri. “Saya hanya menjaga Pak Galih sesuai perintah Bu Retno.” Ucapnya. Sepertinya kesabaranku sudah habis, gadis ini sangat ngeyel. Sama sekali tak ada rasa segannya padaku. Apa dia mau terang terangan mengakui bahwa berselingkuh juga dengan suamiku? “Saya ini istrinya, kamu hanya sekretarisnya! Awas!” bentakku lagi. Dia pun berdiri lalu berpindah ke sofa dengan wajah kesal, menatapku dengan tatapan tajam. Seketika hilang wajah kalemnya yang tadi ia suguhkan padaku, kini berubah seperti wajah elang
Read more
Ayat Jodoh
Aku dan Kak Yuni keluar dari rumah sakit dengan perasaan campur aduk. “Mur, gak abis pikir Kakak. Si Galih maen perempuan gak cuma satu!” ucapnya frustasi sambil memijat dahi.“Kenapa gak cerai aja sih, Mur!” Ucapnya lagi.“Aku juga lagi usahain Kak,” jawabku.“Gak bisa didiemin ini, Mur! Harus diomongin sama keluarga. Kecuali kamu memang mau terus menjalani rumah tanggamu yang hancur ini.”“Tapi Kak…”Belum siap aku menjelaskan Kak Yuni kembali nyerocos.“Jangan pikirkan pandangan publik sama kamu, hanya karena kalian dipandang sebagai pasangan yang harmonis lalu berat untuk mengambil tindakan. Ingat, artis aja banyak yang cerai tiba-tiba padahal kita liatnya mereka anteng ayem aja rumah tangganya. Keadaan sebenarnya gak ada yang tau, Mur! Bisa jadi perlahan-lahan bakalan terungkap semua kelakuan suamimu itu.”“Bapak sama Ibu udah pada tau, Kak,” ucapku lirih.“Bagus lah,” Kak Yuni mendesah lega.“Kebusukan yang disembunyikan gimana pun bakalan tercium juga baunya,” sambungnya.Kami
Read more
Penasaran dengan Pak Dodi
“Siluman Kunti?” ucapku dengan suara pelan.“Siapa kamu bilang?” Kak Yuni tampak mengerutkan dahi mendengar ucapanku.“Sssttt.. diam Kak, jangan terlalu mencolok, jangan sampe dia ngeliat kita disini!”“Dia ngapain disini?” Aku hanya mengedikkan bahu, sebagai jawaban dari pertanyaan Kak Yuni.“Eh, dia cuman beli minuman abis itu pergi,” ujar Kak Yuni terus memperhatikan wanita tua yang menjadi simpanan suamiku itu.“Mobil siapa itu, kayaknya gak asing,” selidikku.Jiwa kepo kami pun meronta saat melihat Winda memasuki sebuah mobil mewah. Di saat Mas Galih terbaring sakit, dia malah pergi dengan orang lain.“Gimana kalo kita ikutin?” ajak Kak Yuni.“Ah gak usah lah, bukan urusan kita, Kak,” ucapku malas.“Oh, ya udah. Kalo gitu kita pulang.” Kak Yuni berdiri hendak membayar pesanan kami ke kasir.Aku lebih dulu menunggunya di parkiran dan duduk diatas motor.“Mobilnya mirip punya Pak Dodi, tapi gak mungkinlah Pak Dodi pergi sama dia, lagian mobil kayak gitu banyak yang punya,” ucapku m
Read more
PAPA MOHON JANGAN BERCERAI
“Tadi malem kayaknya saya liat mobil Bapak di restoran Ayam Gemulai.”“Oh, ah.. masa?” Pak Dodi terlihat gugup dan berkali-kali membenarkan posisi duduknya.“Mungkin saya salah lihat.” Aku tak meneruskan rasa penasaranku karena tak ingin membuatnya merasa tak nyaman.Aku turun dari mobilnya setelah mengucapkan terima kasih. Setelah mobil Pak Dodi melaju, aku berjalan kaki pulang ke rumah Ibu.“Untuk apa aku ingin tau soal itu, bukan urusanku juga!” aku memperingati diriku untuk tidak kepo.“Mur, mampir sini! Kok sering pulang ke rumah Ibu, emang Galih kemana?” Bu Ratna, tetangga julid yang kemarin mencibirku berlagak sok ramah.“Mas Galih lagi dinas ke luar kota, Bu.” Aku menjawab seadanya.“Ooh.. denger-denger kamu bawa barang banyak kayak orang mau pindahan, emang Galih berapa lama dinas ke luar kotanya?” seakan ingin mengorek informasi tentangku, Bu Ratna tak segan melontarkan pertanyaannya kembali.“Maaf, Bu. Saya permisi dulu, nanti ditungguin Ibu.” Aku berkilah, karena jika aku
Read more
MENASEHATI LISA
“Murti… Murti…” suara lirih Mas Galih ku dengar saat akan memasuki pintu ruangannya.Pria tampan yang masih berstatus suamiku itu terus memanggilku sambil memejamkan matanya. Rasa iba tiba-tiba menyeruak dalam hatiku. Sungguh aku tak tega melihat keadaannya yang lemah, wajahnya yang pucat, dan tubuhnya yang sedikit kurus setelah beberapa hari saja sakit.“Ya, Mas.. aku disini,” aku menghampiri Mas Galih dan langsung menggenggam tangannya.“Murti…. Jangan pergi! Jangan tinggalin aku!” Mas Galih membuka mata lalu menangis sejadinya sambil menenggelamkan wajahnya ke tubuhku.“Iya, Mas. Aku gak akan pergi, kamu cepat sembuh ya,” ucapku.Kalimat itu lolos begitu saja, seketika semua pengkhianatannya musnah dari otakku. Rasa benciku padanya pun entah bersembunyi dimana.Sementara itu, gadis cantik yang mengaku sebagai sekretaris Mas Galih itu, tengah duduk memelas menyaksikan adegan haru kami.“Kamu pulang saja, sudah ada saya disini!” titahku padanya.Aku pun kasihan, karena dia terus seti
Read more
MENCURIGAKAN
“Mas, kamu di rumah sakit,” sahutku.“Kenapa aku disini? Aku mau pulang!”Dia memberontak, hendak melepas jarum infus yang terpasang ditangannya.“Mas, jangan! Biar aku panggil suster.” Aku beranjak mencegahnya.Suamiku seperti orang yang kehilangan ingatan sesaat. Apa dia juga lupa kalau tadi malam meringkih memanggil namaku?“Kenapa aku bisa disini?” lirihnya.“Kamu sakit, Mas.” Jawabku.“Aku sudah baik-baik saja, aku mau pulang sekarang!”“Iya..iya. tunggu suster datang untuk melepaskan infusmu,” ujarku.Beberapa menit kemudian, dua orang suster datang.“Suster, tolong lepaskan infus suami saya, dia ingin pulang,” ucapku.“Kami tidak berani, karena hanya dokter yang bisa memutuskan pasien boleh pulang atau tidak,” cicitnya.“Panggil dokter sekarang!” pinta Mas Galih.Sejurus kemudian, kedua suster itu keluar untuk memanggil dokter. Saat dokter masuk, dia dengan terpaksa menuruti permintaan Mas Galih meskipun sudah dijelaskan bahwa dirinya harus beberapa hari agi dirawat mengingat s
Read more
PERMAINAN
Aku terus memperhatikannya, Pak Dodi yang ku kenal ramah dan ceria ternyata sangat mencurigakan. Siapa sebenarnya dia? Apa tadi dia sengaja mengajakku mengobrol agar Winda dan Mas Galih bisa kabur. Tapi buat apa? Otakku terasa ingin pecah, masalah apa lagi ini, kenapa semakin rumit kurasa. Tak ingin ambil pusing lagi masalah Mas Galih, aku pun memutuskan untuk pulang saja ke rumah Ibu. Tapi sebelum itu, aku mampir dulu ke rumah Mas Galih, siapa tahu dia pulang kesana. Aku masih saja mengkhawatirkannya karena kondisinya yang masih belum pulih total. Sampai di rumah Mas Galih, suasana tampak sepi dan hening. “Mas… Assalamu’alaikum… kamu di dalem Mas?” panggilku sambil kucoba membuka pintu yang ternyata dikunci. Beberapa menit aku bertahan disana karena berpikir mungkin Mas Galih sedang perjalanan pulang, sampai akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja ke rumah Ibu karena tak ada tanda-tanda suamiku akan datang. Hari sudah mulai senja, aku memutuskan untuk naik ojek saja agar cepat
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status