All Chapters of Obsesi Cinta Pilot Tampan: Chapter 11 - Chapter 20
35 Chapters
bab - 11. keberanian ameera
Ameera melangkahkan kedua kakinya keluar dari rumah sakit dengan langkah yang tergesa-gesa. Langkahnya semakin cepat kala di kepalanya terngiang tentang kalimat yang dikatakan Vira sebelum ia pergi tadi. Sambil melangkah Ameera merogoh sling bag yang tersampir di pundak. Mencari benda pipih yang akan membawanya untuk membelah hiruk pikuk kota Jakarta. Tit! Tit! Suara alarm kunci mobil yang terbuka semakin membuat Ameera berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Ia tidak menyangka dirinya akan memberikan reaksi seperti sekarang. Pernyataan dari Vira membuat Ameera hampir saja kehilangan akal waras. Apa yang ia dengar sontak membuatnya mengambil keputusan yang mungkin akan melanggar niat awalnya sendiri. Mobil melaju dengan cepat hingga tidak terasa setengah jam kemudian Ameera sudah sampai di sebuah rumah mewah yang kemarin sempat ia singgahi. rumah itu nampak sepi seolah tak ada satu orangpun yang menghuni. Ameera keluar dari mobilnya menatap ke seluruh penjuru rumah besar dan mewah
Read more
bab - 12. niat baik ameera
Pertanyaan Akbar langsung membuat Ameera bungkam seketika. Bukan itu niatnya. Ameera tulus membantu pria itu untuk lepas dari jeratan masa lalu dan kesehatan mental yang harus segera dipulihkan. Mendengar cerita Vira, sudah cukup membuat pikiran Ameera bertanya-tanya. Mengapa pria seperti Akbar masih bisa bertahan dengan masa lalu yang membuat masa depannya suram. “Bukan begitu maksudku, Akbar. Tolong dengarkan dulu,” sanggah Ameera tak enak hati. Ia tidak boleh kalah dengan aura intimidasi yang secara tak langsung berkobar di sekitarnya. Ameera menghela napas pelan, mengurai kegugupan yang sedang berusaha ia tutupi. Sedangkan Akbar, bungkam seribu bahasa. Memberikan waktu bagi Ameera untuk bicara. Ditatapnya dalam dua manik indah di hadapannya. Jantung Ameera berdebar semakin kencang kala sorot dingin nan menusuk itu menjamah setiap rongga netranya. Gelenyar hangat tiba-tiba menyergap relung hati Ameera. Sontak disaat itu juga ia menyadari, ada perasaan aneh yang telah menguasai
Read more
bab - 13. Malam pesta
Ameera sampai di rumahnya dengan langkah terburu-buru keluar dari mobil memasuki rumahnya. Dengan sebelah tangan menjinjing tas kertas berisi kotak pemberian Akbar ia melangkah cepat menuju kabar. Seorang wanita gg bertugas sebagai asisten rumah tangga terperangah melihat tingkah aneh bosnya barusan. “Non Ameera, ada apa? Kenapa teburu-buru begitu?” teriak sang asisten rumah tangga. Wanita itu tetap memanggil Ameera meski tahu pertanyaannya tak akan sempat digubris oleh Ameera.Pintu kamarnya dibuka lebar, Ameera sedikit kesulitan dengan barang bawaan di tangannya. Tepat ketika kotak kado berukuran cukup besar itu ia landaskan di atas kasur, Ameera menghela napas pelan. Sial! Keputusan yang berasal dari ambisinya sudah membuat Ameera buta. Sejujurnya, ia sama sekali tidak penasaran dengan isi kotak itu dan memilih untuk mengabaikannya hingga dering pemberitahuan pesan di ponsel Ameera berbunyi.“Jika kamu tidak memenuhi perintahku tadi, aku tidak akan mau mengenalmu lagi. Jangan be
Read more
bab - 14. pasangan palsu part 1
Langkah kaki Ameera terasa semakin berat saat ia masuk ke area sebuah hotel mewah bergaya klasik. Bangunan hotel pencakar langit itu adalah satu-satunya gedung hotel paling megah di kota ini. Tak ayal siapapun yang datang ke mari adalah orang-orang yang diduga memiliki kapasitas kekuasaan yang sangat besar. Pandangan Ameera mengedar ke segala arah. Bak seekor anak itik yang kehilangan induknya berdiri di tengah kerumunan orang dengan gengsi setinggi langit. Pandangan Ameera mengedar ke seluruh penjuru hotel. Baru pertama kali dalam hidupnya masuk ke dalam lingkaran bergengsi seperti ini. Di samping Ameera, Akbar melangkah gagah dalam balutan jasnya. Ekspresi dingin dan angkuhnya seketika membuat semua pandangan orang-orang di sana beralih pada kehadiran mereka. Jangankan untuk sekedar menebar senyum, bahkan niat untuk menyapa pun tak akan melandas di benak pria itu.“Ikuti langkahku, jangan sekalipun membuat onar sepanjang acara. Ingat, kamu menanggung nama baikku di sini,” ujar A
Read more
bab - 15. pasangan palsu
Pandangan dua orang yang sedang berseteru itu teralihkan saat Ameera berdiri tepat di depan mereka. Raut wajah tegang yang semakin membuat suasana sekeliling mereka menegang adalah pertanda Akbar baru saja berbuat ulah. Ameera memandang Akbar dengan tatapan tak percaya. Bukankah baru kemarin Ameera mendengar Akbar tak ingin lagi berhubungan dengan Valentine. Bukan, bukan karena Ameera cemburu. Melainkan karena..“Sedang apa kamu di sini?” tanya Akbar sinis. Nada bicaranya terdengar tak suka. “A-aku kebetulan lewat dan menemui di sini. Aku rasa tidak ada yang salah,” jawab Ameera gugup. Ingin rasanya memberontak dan membuat sebuah gebrakan atas sikap Akbar padanya. Tetapi, Ameera masih cukup waras untuk memahami situasi yang ia hadapi saat ini. Berulang kali Ameera menghirup napas dalam demi menenangkan diri di tengah aura akbar yang sedang mengintimidasi. “Tenang Ameera, kamu tidak boleh terlihat lemah. Kamu harus bisa membuat Akbar lepas dari masa lalunya,” batin Ameera berkecam
Read more
bab - 16. malam puncak
“Kini kita mencapai puncak acara dimana saya akan mengumumkan pemenang dari nominasi pilot dan co-pilot terbaik tahun ini… .”Pembawa acara menyuarakan susunan acara dengan lantang. Di atas panggung memimpin jalannya pesta yang megah dan mewah ini. Ameera duduk termangu di kursi VIP tempat dimana dia berasal. Di sampingnya Akbar begitu antusias menantikan pengumuman itu, sangat kontras dengan Ameera yang bahkan tak memiliki minat untuk datang ke tempat ini. Pada akhirnya Ameera hanya akan menjadi boneka mainan Akbar saja. Tidak peduli seberapa jauh Ameera berjuang untuk membantunya, Akbar tidak akan pernah melihat ketulusan Ameera. Bergantung pada harapan seringkali membuat Ameera kecewa. Dilihatnya Akbar yang masih setia menunggu nama pemenang yang akan diumumkan. Ameera bisa melihat betapa ia menaruh harapan besar pada pengumuman ini. “Pemenang dari nominasi Co-Pilot terbaik tahun ini dimenangkan oleh Valentine!” Sorak sang pembawa acara diiringi dengan sahutan heboh dari para t
Read more
bab - 17. bujuk rayu
Diam-diam Ameera menelan ludah berat. Tidak menyangka dirinya bisa bersikap tegas seperti itu. Jangankan untuk membentak, berbicara dengan Akbar saja ia masih butuh penyesuaian. “Kamu tahu apa, Ameera,” ucap Akbar tegas lalu melepaskan pegangan tangan Ameera di bisep kekarnya. Pria itu bangkit dari tempatnya, mengabaikan kekhawatiran Ameera lalu melangkah menuju panggung. Jantung Ameera berdegup kencang kala melihat kemungkinan satu hal yang lebih buruk akan terjadi sebentar lagi. Kakinya hendak melangkah mengikuti Akbar namun niatnya tertahan.“Lho, itu Captain Akbar mau apa naik ke atas panggung? Kan bukan dia pemenangnya?” bisik salah satu tamu yang berdiri di belakang Ameera. “Iya, jangan-jangan dia gak terima kalau dia kalah.” Bisikan demi bisikan terus berdengung di telinga Ameera. Begitu memekakkan indera pendengarnya. Andai ia bisa mematahkan segala stigma negatif yang saat ini menempel di diri Akbar, Ameera mungkin akan melakukannya.“Perhatian semuanya…”Lamunan Ameera t
Read more
bab - 18. malam pesta
Suasana pesta berubah semakin seru. Orang-orang berdansa di tengah ballroom diiringi dengan music jazz yang terdengar syahdu. Ameera berdiri di pinggir lantai dansa. Dengan sebelah tangan ia menggenggam sebuah gelas berisi mocktail.“Sepertinya kamu benar-benar menikmati pesta ini.” Sebuah suara yang tiba-tiba muncul dari arah belakang mengagetkan Ameera. Ia menoleh dan mendapati Akbar sudah berdiri di sampingnya dengan raut wajah curiga. Entah apa yang mengisi pikiran pria itu Ameera tak ingin menebak-nebak.Peperangan batin dalam diri Ameera tak bisa lagi dibendung. Antara dirinya yang sedang menahan diri untuk tak terjerumus dalam pesona Akbar. Semakin intens dirinya berinteraksi dengan pria itu, semakin sering juga batinnya disiksa oleh perasaan tak terjamah oleh nalar Ameera. “Bukankah kamu memintaku untuk bersikap seperti kekasih sungguhanmu?” balas Ameera datar. Pandangannya tak sedikitpun bergeser pada sosok di sampingnya. Sebaliknya, Akbar justru menatap lekat Ameera dari u
Read more
bab - 19. Akbar berulah
Selamat pagi, bu Ameera.” “Selamat pagi, sus.” Sapaan demi sapaan dibalas oleh Ameera dengan ramah. Pagi ini, rasanya lebih menyenangkan dari pada hari-hari sebelumnya. Semalam, Ameera memutuskan untuk melepas penat dengan berendam. Baru saja Ameera hendak membuka pintu ruang praktiknya, ia dikejutkan dengan sebuah tangan yang kini berpangku pada punggung tangannya yang memegang kenop pintu. Pandangan Ameera beralih. Bak adegan lambat ia menolehkan kepalanya ke samping. “Senang pagi ini aku melihatmu begitu bahagia. Apakah aku bisa menjadi bagian dari kebahagiaanmu, Ibu Ameera?” Akbar menarik sudut bibirnya ke atas. Senyum licik ia tampilkan sebagai pengawal hari Ameera pagi ini. “Apa maumu?” ucap Ameera tegas dan lantang. Suaranya rendah namun penuh penekanan. “Jangan panik, sayangku. Bukankah kita masih berstatus sebagai pasangan kekasih?” balas Akbar. Aroma musk yang menguar dari tubuhnya mengingatkan Ameera pada momen dimana semalam ia menggandeng tangan kekar milik akbar
Read more
bab - 20. obsesi Akbar yang tak berhenti
Ameera asyik menatap gelagat Akbar yang dikuasai oleh amarahnya sendiri. Pria itu mengacak-acak rambutnya geram. Wajah Akbar memerah bak kepiting rebus. Sadar dirinya sedang menjadi objek pengamatan, Akbar menatap Ameera tajam. “Apa yang kamu lihat? Senang kamu melihat aku dicampakkan oleh Valentine?” Akbar memaki. Jaraknya hanya beberapa meter dari Ameera namun pria itu tak segan untuk berteriak. Ameera hanya diam. Menatap lurus ke arah Akbar tanpa suara. Tak peduli betapa Akbar mencoba mengintimidasi Ameera dengan segala kekesalannya. Bisik tamu resto terdengar di telinga. Namun sepertinya hal itu tak membuat amarah Akbar surut seketika. Entah apakah pria ini sudah tidak lagi memiliki rasa malu atau memang ia tidak menganggap perilakunya sebagai sebuah kesalahan. Tanpa bicara sepatah katapun, Ameera membuka purse yang ia bawa lalu mengeluarkan sejumlah uang dan meletakkannya di atas meja.Ia bangkit, dan meraih tangan Akbar menyeret pria itu keluar dari kerumunan orang-orang ya
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status