All Chapters of Rahasia sang Pewaris Kembar: Chapter 41 - Chapter 50
122 Chapters
Apakah itu Nama Kekasih Anda?
Pikirannya lanjut berkelana liar dengan pembahasan yang mulai acak tanpa tercegah. Nafasnya kembali memburu bersama bola mata yang bergerak gelisah. Dan oleh debat dalam benaknya sendiri, ia terhenyak.Lantas, apakah Joanne sungguh kekasihku? Atau jangan-jangan aku memiliki kekasih lain –wanita yang selalu muncul di setiap mimpi liarku itu? Ia menepuk wajah seolah hendak menyudahi pengelanaan sang pikiran. Serta menyudahinya dengan membuat kesimpulan untuk kesekian kali.Sial! Dengan ingatan yang tak kunjung pulih begini aku sungguh tak menemukan petunjuk apapun! Bisa jadi itu sebabnya aku salah mengenali sosok tersebut dan menyebutkan nama kakakku sebagai nama kekasihku. Kalau begitu, mengapa tidak memastikannya saja? Pasti ada sejenis foto keluarga atau rekaman jejak kehidupanku tersimpan di suatu tempat di sini.Dengan langkah tergesit yang ia mampu dibawanya diri kembali ke ruang tidur. Segera diperiksanya setiap laci yang ditemuinya dalam ruangan. Tak menemukan satu pun benda
Read more
Aku Baik-baik Saja
Kepenatan membuatnya enggan untuk segera kembali ke ruang kerja setelah meninggalkan kamar kecil. Saat ini ia lebih membutuhkan angin segar bagi paru-parunya untuk bernafas dan otaknya untuk beristirahat. Aroma kopi yang menyeruak dari dalam kafetaria bagai memanggilnya. Dan tanpa sadar, ia telah berdiri di depan meja layan kafetaria. “Selamat sore. Pesanan Anda?”Ketika hendak membuka mulut mengutarakan keinginan, seketika ingatannya memutar kembali pada kejadian saat Joanne mencegahnya meneguk minuman pesanannya kemarin. Aku juga dicegat Eddy saat hendak meneguk segelas alkohol beberapa hari yang lalu, namun tepat tadi malam aku bahkan meneguk beberapa gelas alkohol dan hingga kini aku merasa baik-baik saja. Tidak ada keluhan. Hanya tidur yang nyenyak dan sedikit pengar saat bangun. Aku selalu bertanya-tanya apa yang akan terjadi denganku jika melanggar diet? Apakah aku akan sekarat? Nyatanya, sepertinya tidak ....“Tuan? Jika Anda tidak ingin memesan ....” Terdengar petugas kaf
Read more
Pertemuan Keluarga
Ia terbangun di depan meja ruang tengah bersama hamparan berkas yang tadi tengah dipelajarinya. Bahkan dirinya sendiri tak menyadari kapan tepatnya ia jatuh lelap. Baik tubuh maupun pikirannya terasa letih luar biasa. Namun ia harus bergegas mengejar ketertinggalannya. Dan untuk itu, ia harus terus terjaga malam ini juga esok. Dikayuhnya langkah menuju lemari pendingin di dapur mencari minuman penyegar, namun tak menemukan apapun yang memenuhi ekspektasinya tersebut. Tak ingin kembali ke ruang tengah dengan tangan kosong, ia memutuskan untuk menuangkan beberapa bongkah es batu ke dalam sebotol air putih sebagai teman perjalanan menempuh malam panjangnya. “Mari kita mulai lagi!” ujarnya memberi semangat pada diri sendiri ditenggarai helaan nafas yang terdengar bagai dengusan. Disempatkannya meneguk minuman penyegar buatan sendiri sebelum kembali berkutat dengan tumpukan ‘pelajaran’ yang menanti. Dinyalakannya laptop untuk mencari tautan internet dari beberapa data pada berkas. Bers
Read more
Gejolak Emosional tak Terjelaskan
Dirinya mematung. Susah payah ia mengulum nafasnya yang tercekat resah. Yang mana pihak keluarga Anderson? Ia bahkan tak memiliki gambaran sama sekali rupa kedua orang tuanya. Seorang pria tua tampak beranjak dari salah satu sisi meja dan menghampirinya. "Kamu sudah datang," sambut sosok berumur berambut abu-abu dengan garis uban berwarna perak itu sambil menepuk pelan pundaknya. Tak ayal, benaknya tak juga menghasilkan untaian kata untuk menanggapi. Diputuskannya untuk menyunggingkan senyuman yang tampak kikuk sebagai gantinya. Di sudut matanya, ia melihat Eddy akhirnya menyusul memasuki ruangan. Dan, hal itu seakan memberinya angin segar penghiburan dari rasa canggung yang menyesakkan dada. Ia baru saja menolehkan pandangan kepada sekretarisnya itu hendak meminta panduan ketika pria tua tersebut menggiringnya ke arah meja, ke sejumlah tamu yang telah menanti semenjak tadi. “Ini Tuan dan Nyonya Watson. Dan Naomi, putri sulung mereka,” ucap pria itu setengah berbisik di dekat t
Read more
Apakah Anda Memutuskan untuk Kalah?
Dihelanya nafas panjang berkali-kali berharap kepala beserta isinya segera mereda dan kembali nyaman. Ditatap lurusnya pintu bilik yang terbuat dari kaca ukir di hadapannya. Seolah ada jiwa lain mengambil alih pikirannya tadi, ia tak dapat menemukan alasan atas munculnya badai emosional dalam dirinya barusan. Dihampirinya wastafel di luar bilik serta mulai membasuh wajah. Ia bahkan ingin mencelupkan seluruh kepalanya ke dalam air agar kesejukannya segera melarutkan kegundahan dan menyegarkan benaknya. Ditatapnya pantulan wajah pada cermin di depannya itu. Berulang kali ia memberi penegasan pada diri sendiri. Apapun itu, sekarang bukan saatnya bagiku untuk mencoba mengingat! Aku nyaris mengacaukan dalih sempurna yang telah disiapkan keluarga Anderson untukku. Jika tadi bersikeras berada di ruangan itu lebih lama lagi mungkin aku hanya akan mempermalukan diri sendiri. Akan terlihat menyedihkan jika aku ketahuan menderita amnesia di depan keluarga Watson dan orang-orang. Kesekian k
Read more
Kita adalah Semutnya
"Aku tahu sekali, Nona," ucapnya dengan suara berdesir letih. Dicondongkannya tubuh kepada lawan bicara di sampingnya itu hingga ia mampu menghirup aroma parfum wanita tersebut dengan jelas. "Tetapi, apakah seekor semut dapat menghadapi seekor gajah hanya dengan menubruknya secara membabi buta?" Untaian kata-kata kiasan itu kemudian terlontar begitu saja dari bibirnya. Menyiratkan permintaan untuk memperjelas ucapannya barusan, kedua bola mata coklat itu membalas tatapannya dengan tertegun membelalak. "Maksudmu... kita adalah semutnya?" gumam wanita itu pelan. Ditariknya diri menjauh dari Naomi, membuang tatapan ke arah langit malam, serta kembali hening dengan benak yang masih terus berpikir. “Tidakkah Anda memiliki cinta pilihan sendiri? Apa sebabnya Anda mendadak bersedia menjalani rencana tidak masuk akal ini? Ini semua hanya pernikahan politik untuk keuntungan bisnis semata!" sergah wanita itu mulai menumpahkan kekesalan padanya. Alih-alih segera menanggapi, ia hanya me
Read more
Jawaban Profesional sang Sekretaris
Kepala yang terasa penat dan tubuh yang terasa letih mendorongnya untuk memejamkan mata. Ia tak memiliki daya yang tersisa menangani rasa gentar dan gundah yang mengerayangi batin setiap kali ia menghadapi arus lalu lintas. Disandarkannya diri ke belakang jok mobil yang tengah dikemudikan sekretarisnya itu. Tak ayal, sayup-sayup keingintahuannya yang belum terjawab kembali datang menggelitik. Diraihnya ponsel dari dalam saku kemeja dan mulai menelusuri dunia maya lewat ‘benda pintar’ tersebut. Namun ia masih belum dapat menemukan apa yang dicarinya. Diliriknya sosok yang duduk di depan kemudi itu. Dan, seketika menyadari satu hal. Eddy adalah sekretaris pribadinya yang mengikuti setiap aktivitas kesehariannya bagai satelit mengelilingi bumi. Bukankah pria itu seharusnya menjadi yang paling mengetahui nyaris segala rinci kejadian akan dirinya? Mengapa selama ini tak terpikirkan olehnya? Disimpannya kembali ponsel ke balik saku kemeja. Akan lebih baik jika ia bertanya pada narasumb
Read more
Yang Kubutuhkan Adalah Waktu
Alih-alih menekan tombol lift menuju suite-nya, ia justru bermaksud menuju lobi. Tingkahnya tersebut serta merta mengundang reaksi sang sekretaris yang sedari tadi mengawalnya semenjak dari parkiran mobil bawah tanah. “Anda hendak kemana, Pak?”“Ke kantor polisi. Ada yang hendak kupastikan. Dan aku yakin mereka pasti memiliki catatan kejadian yang kubutuhkan.”“Anda tinggal mengatakan kebutuhan Anda. Biar saya yang mengurusnya,” sahut Eddy lekas.“Ada hal yang harus aku sendiri yang memastikannya ....”Pria itu mengernyit gusar ke arahnya. “Apakah Anda meragukan kinerja saya, Pak?”Ia tergelak miris. Ia sedang tak ingin berdebat dengan pria di sampingnya tersebut.“Ini tidak ada hubungannya dengan kinerja,” kilahnya.Pintu lift membuka. Tanpa ragu ia segera bergegas melesat ke arah lobi. Gumaman gusar Eddy tak digubrisnya sama sekali. Hingga pria itu berhasil mencegat langkahnya dengan menahan pundaknya erat.“Pak. Saya sarankan Anda sebaiknya fokus pada apa yang ada di depan mata.
Read more
Aku Tidak Mempunyai Rencana!
Ia merasa perutnya tengah teraduk-aduk menghadapi hiruk pikuk lalu lintas yang membentang bagai lautan di hadapannya. Seolah tali nafasnya tengah terjepit, nafasnya tersengal-sengal. Alih-alih melanjutkan langkah, ia merasa kedua kakinya lemas tak berdaya. Buru-buru ia berpegangan pada tiang pendek pembatas pelataran depan gedung. Sebuah mobil yang melesat di dekatnya sontak membuatnya meringkukkan kepala. Rasa gamang dan gentar seketika mengerubungi batinnya. Pikirannya kian kalut. Mengapa aku yakin sekali semua kendaraan itu hendak menubrukku? Bagaimana ini? Apakah sebaiknya aku kembali ke dalam gedung saja? Dengan wajah yang masih merunduk, ia memberanikan diri untuk melirik ke arah jalan yang pikuk. Debaran jantungnya sungguh tak terkendali, menghadirkan peluh di sekujur wajah dan telapak tangannya. Ia tak akan mampu menyeberangi jalanan di hadapannya itu sekalipun lampu lalu lintas telah mengizinkan. Bunyi klakson yang memekik riuh dari arah belakang membuatnya kian resah. I
Read more
Pemain yang Berhenti Bermain
Nihilnya reaksi dari dirinya serta merta membuat lawan bicaranya frustasi. Tampaknya Naomi tidak mampu membendung lebih lama lagi rasa yang terus menerus mendesak dalam benak hingga membuat wanita itu memuntahkan semuanya ke permukaan dalam satu waktu.“Aku tidak tahu dengan Anda. Tetapi tahukah Anda masalah perjodohan ini sungguh membuatku putus asa, Tuan? Aku dan Robert saling mencintai. Kami bermaksud untuk menjalani masa depan bersama untuk waktu yang sangat lama. Pernikahan politik ini hanya akan mengungkungku dan menghancurkan masa depanku. Tidakkah kamu dengar sendiri mereka telah menetapkan tanggal pernikahan kita? Kumohon. Jika Anda memiliki rencana untuk mengakhirinya, beritahu aku agar aku bisa bekerja sama dengan Anda ....”Ia tercenung menyaksikan betapa emosionalnya sosok di hadapannya itu. Naomi yang dilihatnya saat ini sungguh dipenuhi dengan luapan rasa oleh keputusasaan. Diam-diam penyesalan dan rasa bersalahnya pun turut kian bertambah. Ia merasa bagai tengah terpu
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status