All Chapters of Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya: Chapter 41 - Chapter 50
110 Chapters
32 B
”Silakan minum dulu, Rian!” Ibu membawakan seceret kecil teh manis dan tiga cangkir kosong, lalu mengisinya. Satu untukku, sedangkan Ibu memang kurang suka minum teh manis.“Bentar lagi kita makan, ya. Kebetulan bapaknya Raka lagi keluar. Sebentar lagi juga pulangan kita bisa makan bersama. Ibu masak tumis kangkung, sambel terasi dan juga ikan mas goreng.”“Waduh, mendengarnya saja Rian sudah ngiler, Bu. Padahal tadi udah sempat sararapan.” Lelaki itu terkekeh, melepaskan kaca mata yang sedikit menghalangi ketampanannya. “Ini sedikit oleh-oleh, Bu. Sama jumlahnya dengan yang akan dibawa buat keluargaku. Alasannya seperti yang Ibu aktakan tadi, kita ini adalah keluarga.”Dokter Rian menyodorkan satu kardus indomie yang dilakban dan diikat pakai tali plastik warna hitam, khas warga Indonesia ketika pulang kampung atau merantau. Begitu dibukasama Ibu, aneka makanan sudah berjejal di sana. Saat kami mau pulang hari itu, tak ada yang kepikiran beli oleh-oleh. Mungkin karena niatnya bukan j
Read more
33 A
“Assalamualaikum.”Suara salam Bapak menghentikan obrolan dua sahabat itu. Tak beda jauh dengan Ibu, Bapak pun semringah saat bersitatap dengan Bang Rian. “Ada tamu rupanya. Pantas saja ada sepatu di luar.”“Iya, Pak. Sengaja singgah ke sini agar bisa ketemu Bapak dan keluarga.” Bang Rian berdiri dan menyalami Bapak.“Mana ibumu, Alin? Biar kita makan. Nak Rian pasti sudah lapar.”Aku berdiri dan berjalan keluar untuk memanggil Ibu. Kalau sudah ke rumah cucu laki-lakinya itu, pasti tak bisa cepat. Kadang iri melihat Kak Sri yang bisa punya mertua baik kayak ibuku, sedangkan diri ini malah mendapat yang sebaliknya. Ah, ujian memang datang dalam beragam bentuk. Bukankah kesenangan itu juga ujian yang melenakan?“Memangnya Bu Rahimah kemana, Alin?”“Ya Allah. Kok bikin kaget sih, Bang?” protesku. Bagaimana tidak, Bang Rian tiba-tiba sudah berdiri di sampingku. Jalanku yang lambat denagn mudah ia susul. Pastinya juga dia melangkah hati-hati sehingga tak menimbulkan suara.“Maaf. Gak ada m
Read more
33 B
“Ibu ini suka berandai-andai. Jangan sampai nanti Ibu membayangkan kalau kembali muda dan bertemu dokter Rian. Jangan-jangan Ibu bakal pilih dia daripada Bapak.” Ada yang mulai cemburu.“Kalau bisa waktu diputar kembali dan Rian jadi salah satu pesaing Bapakk, ya pasti pilih dialah. Tapi akan gak mungkin, Pak. Bapak yang terbaik buatku karena pikirannya dewasa dan bertanggung jawab. Kalau gak sama Bapak, tak mungkin Ibu bisa punya Raka dan Alina.”“Makanya kita ini sudah tua, jangan suka berkhayal muda lagi dengan yang lain. Kita bayangkan masa-masa muda kita saja,” kekeh Bapak. Sepertinya pasangan lansia itu mulai lupa kalau ada orang lain di rumah ini. Mereka mulai sikut-sikutan. Kak Sri sejak tadi ikut senyam-senyum dan membantuku berdiri. Kami meninggalakan kakek-nenek itu melanjutkan nostalgia masa muda mereka.Aku dan Kak Sri masuk ke kamarku. Di sana ada Ahmad dan Cici yang sedang bercoleteh, sahut-sahutan seperti sedang bicara serius.“Lucu banget anak-anak kita, Kak? Boleh ga
Read more
34 A pov ibu
Semenjak pulang ke kampung, fisik Alina perlahan membaik. Walaupun sempat ada orang yang mau mencelakainya, tapi aku dan Sri dibantu anak-anak kecil bisa menyelamatkan putriku di waktu yang tepat.Aku sudah sempat memarahi anak-anak itu gara-gara mereka lancang menyebut putriku kayak tengkorak. Tapi anak-anak yang masih bersih hatinya itu telah menampar hatiku. Mereka hadir bagai pahlawan, mengatakan kalau melihat perempuan kurus yang mereka tertawakan sedang dalam bahaya. Kadang pertolongan datang ari arah yang tak disangka-sangka.Aku sangat mendukung rencana Alina untuk memberikan sembako pada warga kampung dan melebihkan dua karung beras bagi keluarga lima anak itu. Aku kenal semuanya mereka dan siapa orang tuanya.“Alhamdulillah. Kami merasa sangat terbantu dan berterimakasih denagn bantuan ini, Bu. Semoga rejeki keluarganya berkah dan Alina cepat sembuih seperti sedia kala.”“Aaamiin.”Aku selalu mengaminkan setiap doa dari warga desa yang mendapatkan sedikit bantuan dari putrik
Read more
34 B
“Yang tahu nomor Alina pastinya hanya kounter pulsa. Ini memang salahku, ngisi pulsa tidak lewat m bangking saja. Raka akan pastikan dulu apakah memang dia pelakunnya. Pamit dulu, Bu.”“Iya hati-hati, Nak. habis itu kamu ke bengkel saja, Alina biar Ibu yang tenangkan. Kasihan pelangganmu lagi rame,” ujarku. Bengkel itu tak pernah tutup meskipun kami ke kota dulu. Ada anggotanya yang menjaga. Namun, tetap saja pelanggan lebih ramai dan puas kalau Raka ada di sana. Dia lebih profesional dibanding teman-temannya.“Oke, Bu.” Raka tak lupa mencium dua balita yang tak lain adalah cucuku, lalu pergi lagi.Sri membawakan segelas air buat adik iparnya. Kubujuk putriku agar mau minum. Perlahan dia mau mengurai pelukan dan meneguk minumannya dengan pelan-pelan.“Ibu tak akan membiarkanku dikurung lagi, kan?” cecarnya. “Enggak, Alin. Kamu akan baik-baik saja, Nak.” Semenjak pulang kampung, Alina masih tidur denganku. Dia takut sendirian di kamar. Untung saja bapaknya pengertian dan tidak memperm
Read more
35 A pov Delon
pov Delon.“Hancur, hancur semua harapan gara-gara anak tak berguna itu. Pantas saja ada ada pasangan yang tak punya anak, tapi mereka bisa bahagia. Sedangkan kita punya anak lelaki malah selalu bikin masalah. Rumah tak ada ketenangan.”Papa menjambak rambutnya, lalu mengusap wajah dengan kasar. Aku duduk di samping Mama yang masih pusing gara-gara tak sengaja kutonjok. Ya namanya juga tak sengaja, pastinya Mama gak marah padaku setelah sadar dari pingsannya. Tapi Papa, sejak tadi terus mengomel melebihi emak-emak di komplek saat belanja sayur.Aku menyilangkan kaki, mengutak-ngatik layar ponselku yang menampilkan wajah para gadis cantik. Merekalah pelampiasan hasratku. Andai saja Sri yang menikah denganku, maka tak mungkin aku begini. Aku akn menjaga tubuh dan hati ini hanya untuknya seorang.“Delon, kamu memang gak ada sopannya kalau diajak bicara. Kamu dengar gak sih Papa bicara?”Lelaki tua itu membentakku. Aku berdecak kesal tanpa menoleh padanya. “Dengarlah. Lalu aku harus jawab
Read more
35 B
“Ayo ke rumah sakit, Nak. jangan-jangan kamu luka dalam.” Mama membantuku duduk.“Gak usah, Ma. Aku tak perlu ke rumah sakit.” Aku tersenyum meskipun perutku sedikit nyeri.“Beneran kamu gak apa-apa?”“Iya, aku butuh uang saja, Ma,” bisikku. Rumah ini tak nyaman lagi, mending aku pergi hura-hura lagi. Mama mengangguk dan masuk ke kamarnya, lalu kembali dengan ATM yang kuyakini jumlah saldonya pasti banyak. Aku sudah hapal PIN-nya sehingga bisa bebas menggunakannya sesuka hatiku.“Makasih, Ma. Mama adalah wanita tercantik di dunia ini.” Kukecup pipi Mama sekilas.“Delon, mau kemana kamu?” seru Papa begitu melihatku berdiri. Kusambar kunci mobil Mama yang tergeletak di atas meja dan secepat kilat berlari keluar. Masuk ke dalam mobil dan melajukan kenderaan roda empat itu sebelum Papa berhasil mengejarku. Pasti dia mengumpatiku lagi.Aku memutar lagu dengan kencang, membelah jalanan diiringi musik yang membuat badan tak bisa diam. Tak lama, aku sudah sampai di apartemen yang baru kubeli
Read more
36 A
“Pa, jika memang harus dipenjara, apa tidak bisa Delon ditahan di tempat yang nyaman? Jangan di sinilah, Pa. Kasihan dia,” pinta Mama. “Tidak bisa. Kalau anak ini difasilitasi, apa bedanya dengan di rumah? Papa memenjarakannya dengan sebuah kasus agar anak ini mengerti, Ma, bukan hanya sekedar takut dengan ancaman Raka. Delon harus belajar jadi dewasa,” tegas Papa. Sulit meluluhkannya kali ini. “Brengsek memang si Raka itu. Dia sudah memeras kita dengan uang 10 milyar, meminta kita mengurus perceraian tanpa dia harus repot-repot, ditambah lagi harus memenjarakan Delon hanya gara-gara menyiksa Alina. Padahal anak itu tak sampai mati kok,” cetus Mama. Aku ternganga mendengar angka fantastis yang digelontorkan keluargaku untuk bisa dinikmati Raka dan keluarganya. Pasti mereka sedang tertawa sekarang, merasakan bagaimana rasanya jadi milyader dengan cara yang cepat dan licik. “Raka memang orang jahat yang serakah. Pantas saja dia juga tega merebut cintanya Delon. Yang sabar ya, Sayang
Read more
36 B
“Ayo kita pulang, Delon. Kamu harus makan banyak, minum susu dan vitamin. Kamu juga harus ngegym biar badanmu bagus lagi,” cerocos Mama, menggandengku sampai masuk ke dalam mobil Papa.“Boleh aku ke rumahku sendiri, Ma?” pintaku. Lebih bebas di sana. Mau makan, bisa pesan online. Di rumah Papa, pastinya gak boleh mabuk-mabukan lagi. Gak bebas.“Maaf, Delon. Rumah dan mobilmu sudah dijual untuk membayar uang yang diminta oleh keluarga mantan istrimu itu. Itupun masih kurang sehingga Papa menjual aset yang lain,” balas Mama. Papa melirik dari spion tengah denagn ekspresi datar.“Tidak usah diungkit lagi. Itu juga buat pengobatan Alina dan biaya hidup bersama anaknya. Anak itu adalah cucu kita juga, Ma.”Aku mengepalkan tangan mendengar Papa terus membela perempuan yang sudah kuceraikan itu. Raka memang keterlaluan. Papa juga tak berperasaan. Kenapa rumah dan mobil yang diberikannya dulu padaku harus dijual? Kenapa gak rumahnya saja? Serumah dengan Papa, pasti dia akan mengekang kebebasa
Read more
37 A
“Mas, kenapa menatapku seperti itu? Kamu tak rindu padaku?” cecarnya. Kulihat wajah itu memendam kekecewaan. Namun, aku lebih kecewa. Bertahun-tahun hidupku yang berharga telah rusak dan sia-sia. Yang kuharapakan dan kuperjuangkan tak seindah bayangan lagi.“Kamu beneran Sri Mentari?”Dia mengangguk tegas. “Mas gak kenal samaku? Aku saja langsung kenal padamu begitu membuka mata.”Suaranya tetap merdu dan sekarang terdengar manja. Dulu dia tak mau memanggilku pakai sebutan mas karena aku adik tingkatnya di kampus. Padahal dia kelihatan lebih muda dibanding usianya. Sekarang, Sri tak ubahnya seperti ibu-ibu kampung pada umumnya yang sering ditimpa sinar matahari dan kesehariannya berkubang dalam lumpur. Apalagi suaminya hanya anak seorang petani, pasti dia harus ikut banting tulang.Aku bergidik, melangkah menjauh darinya yang lebih agresif. Kelihatan sekali kalau dia tak bahagia dengan pernikahannya dan ingin kembali padaku yang pernah dia sia-siakan. Tapi aku tak yakin apakah dia mas
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status