Semua Bab Tujuh Tahun Yang Suram: Bab 11 - Bab 20
61 Bab
Bab. 11
POV. Sakha Aku memeluk istri yang kurindui, namun kusakiti hampir tujuh tahun ini. Kulihat air mata di pipinya yang lebih tirus dari sebulan yang lalu. Kupeluk erat. Melepaskan kerinduan dan kumohonkan maaf atas kesakitan yang telah kutorehkan di hatinya. Kukecup seluruh wajahnya, mata, pipi, dan kecupan lama kuberikan di bibirnya yang sedikit pucat. Kuciumi perutnya yang membola. Ada anak kami di dalam sana. Anak yang kami rindukan kehadirannya tujuh tahun ini. Aku memeluknya di dalam rumah kecil yang tak lebih besar dari kamar tidur kami. Kamar tidur yang lebih sering ditiduri olehnya seorang diri. Tak ingin kulepaskan pelukan ini, namun tubuh itu berusaha menggeliat melepaskan diri. Sungguh dia tak pernah melepaskan diri dariku sebelumnya. Aku mendadak takut! “Apa mas sudah mengurus surat cerai?” suaranya, pelan namun bagai petir di telingaku. “Ra..., mas nggak akan mengurus surat cerai.” Tercekat suaraku. “kenapa? kasihan yang sudah lama nunggu mas.” Kulihat wajah wanita
Baca selengkapnya
Bab. 12
Pov. AndiraHatiku bertalu melihatnya, pria itu, suamiku. Masihkah boleh aku menyebutnya sebagai lelakiku?Kulihat gurat kesedihan dan penyesalan di wajahnya.Raganya tampak lebih kurus dan rupanya nampak tak terurus.Raga yang setahun di awal pernikahan selalu memberikan kehangatan dan kenyamanan pada ragaku.Raga yang begitu menawan dengan rupa yang rupawan.Debaran di hatiku selalu beriak bila dia mendekatiku.Namun seketika aku sakit, kecewa bahkan hampir mati rasa saat kuingat raga yang dulu hanya untukku telah dibaginya untuk wanita lain.Menghangatkan ranjang di rumah lain namun membiarkan ranjang kami dingin, nyaris beku.Waktunya lebih banyak dengan perempuan itu dibanding aku.Bukan hanya beberapa hari namun bertahun.Seperti akar pohon yang merusak bangunan, begitu pula hati ini, nyaris hancur berkeping karna luka pengkhianatan yang berakar.“Mas pulang dong”, pesanku suatu malam, namun tak terbaca dan tak terbalas.Puluhan kali gawaiku memanggil nomornya, namun hening tanp
Baca selengkapnya
Bab. 13
Andira berdiri di trotoar yang tak jauh dari puskesmas, dia baru saja memeriksakan kehamilannya yang sudah memasuki usia tujuh bulan.Tadi dokter memberitahukan jenis kelamin calon bayinya saat di USG.Calon bayinya laki – laki. Hamdalah diucap berulang kali oleh Andira saat mengetahuinya.Andira melambaikan tangan pada angkutan umum yang lewat dan naik saat angkot berwarna biru berhenti di depannya.Mirwan melajukan motor matic hitamnya saat melihat angkutan umum tadi sudah melaju membawa Andira pulang.Tanpa disadari Andira, sedari tadi pak guru yang juga ayah dari murid mengajinya itu menungguinya di seberang jalan sana sampai angkot datang.Mirwan memastikan Andira pulang dengan selamat.🍃Sejak mengetahui tempat tinggal Andira, Sakha pun tak pernah absen untuk datang menemuinya.Setiap sore sepulang kerja dia akan pulang ke rumah kecil milik bu Juriah yang di tempati istrinya.Datang dan membujuk Andira untuk kembali tinggal bersamanya namun selalu di tolak Andira.Biasanya Sakh
Baca selengkapnya
Bab. 14
“Jadi kapan saya dan ibu saya bisa datang melamar Nasria bu,” Rasyid berbicara serius dengan bu Juriah di ruang tamu. Sementara Nasria yang di dapur bisa mendengar pembicaraan mereka, merasa panas dingin sendiri.“Dari, nak Rasyid saja dan keluarga, ibu sama Nas siap nunggu saja nak, tapi apa nak Rasyid sudah yakin dengan memilih Nasria? masalahnya keadaan kami seperti ini nak. Mungkin sangat jauh dibawah kehidupan nak Rasyid.” Bu Juriah memastikan lagi perasaan cakon menantunya ini.“Insya Allah siap bu, saya dan ibu juga bukan keluarga yang kaya raya bu, saya pun sudah yatim bu.” Jawab Rasyid tenang.“Apa nak Rasyid bisa berjanji menjaga perasaan putri ibu, dan tidak melakukan hal tak terpuji seperti suami nak Andira?”“InsyaAllah bu, saya akan menjaga Nasria dan mencintainya bu.”ucap Rasyid mantap.“api Nasria ini bawel dan suka ngorok nak,” bu Juriah membuka aib anaknya di depan Rasyid.Nasria yang mendengar menepuk jidatnya kuat – kuat.‘Ngapain sih ibu sebutin yang itu’ gerutu
Baca selengkapnya
Bab. 15
Andira tidur dengan lelapnya, bersamaan turunnya hujan yang semakin deras membasahi padi yang mulai menguning siap dipanen.Di belakangnya Sakha mengusap punggung istrinya itu.Benar, tadi Sakha datang selepas isya, membawa roti kering, beberapa macam cemilan dan empat porsi sate ayam kesukaan istrinya.Sate yang dibawa pun di bagi untuk bu Juriah dan Nasria.Betapa bahagia tadi dirinya saat diizinkan datang menginap oleh bu Juriah.Meskipun Nasria memandang tak suka padanya.“Ibu tak berhak melarang nak, dan Andira masih istrimu. Ibu berharap yang terbaik untuk keluarga kalian, namun nak Sakha jangan memaksa nak Andira bila sekiranya maaf berat diberi. Ibu minta maaf namun kesalahan, nak Sakha tak main – main mengguris hati,nak Andira.” ucap bu Juriah tadi sebelum dirinya pulang.“Kenapa harus nginap sih, biasanya kan memang Andira dibiarin sendiri di rumah kalian,” kata – kata Nasria menohoknya tadi. Namun bu Juriah segera menegur putrinya itu.Namun Sakha tak marah, dia siap dan p
Baca selengkapnya
Bab 16
“Sayang, anak yang tadi itu kayanya dekat banget sama sayang.” Sakha tak tahan dengan rasa penasarannya. Didekatinya Andira yang sedang mencuci beberapa piring kotor bekas makan mereka berdua tadi. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Acara pengajian tujuh bulanan Andira sudah selesai dari tadi siang. Semua tamu dan kerabat sudah pulang. Bahkan ibu Marwiah tadi ikut pulang dengan Rasyid. Hanya Sakha yang belum mau pulang bahkan tak ingin pulang rasanya. “Ia namanya Irina.” Jawab Andira singkat. Tangannya masih sibuk membilas piring yang sudah disabuni. “Koq yang datang ayahnya?, mas nggak liat dia sama ibunya tadi.” “Ibunya sudah meninggal.” jawab Indira pelan. Sakha tertegun sesaat, rasa was-was menghampiri benaknya Andira yang melihatnya, merasa hera., namun tak memperdulikan. “Kamu kenapa nggak pulang mas?” Andira bertanya sambil mengeringkan tangannya pada lap bersih yang di gantung Andira dekat tempat cucian piring. Sakha mendekati Andira, memeluk sebentar. “Ma
Baca selengkapnya
Bab. 17
Sakha dan bu Marwiah masuk ke ruang perawatan setelah mengucap salam. Bu Marwiah langsung memeluk menantunya itu dan mengucap maaf sambil mencium pipi kiri kanan Andira. “Maafkan ibu nak, Sakha terlambat menjemput ibu.” Lalu diciuminya pipi menantunya itu. “Tak apa, bu.” jawab Andira, lemah Bu Marwiah berbinar bahagia melihat rupa cucunya. Cucu pertama yang dinanti – nanti beliau selama tujuh tahun pernikahan putranya. “Mukanya papa banget ini waktu kecil.” Ucap bu Marwiah sambil menggendong cucunya yang terpejam. Diciumi pipi mungil itu. Bu Marwiah lalu berbincang dengan bu juriah dan bu Norma. Beliau mengucap terima kasih banyak atas bantuan kedua ibu ini yang sudah membantu menantunya, sigap membawa Andira tadi ke puskesmas. “Terima kasih banyak, bu. Sudah membantu menantu saya.” Ucap bu Marwiah tulus. “Sudah tugas kami bu, lagian nak Andira sudah kami anggap anak sendiri.” Ucap bu Juriah juga penuh tulus. Lalu bu Juriah dan bu Norma pamit keluar. Mereka memberikan kesemp
Baca selengkapnya
Bab. 18
“Maafin mas, kalau sayang merasa tak nyaman tadi atas kedatangan mereka.” Sakha mendekat ke Andira yang sudah siap berbaring. “Siapa mas, pak Derry atau kekasihmu? kalau kekasihmu jangan khawatir, aku nggak menyentuhnya sedikit pun. Bahkan aku yang mengalah kan?” “Ra, mas khawatirin kamu, bukan dia!” “Baru sekarang, mas khawatirin aku, dulu – dulu tak memikirkan perasaanku sedikit pun.” Kata – kata Andira sungguh menohok perasaan Sakha. “Ra, maafin mas!” Sakha berusaha meraih Andira kedalam pelukannya. Namun wanita ini menolak. “Simpan maafmu mas, aku ngantuk!” Lalu Andira berbaring memberi punggung pada sang suami. Sakha hanya bisa menghela nafas. Mungkin butuh waktu tujuh tahun juga agar Andira bisa memafkan dirinya. -- Andira melempar isi kado kedua yang di buka! kado berukuran kecil yang dibawa tamu – tamunya tadi. Kado yang diletakkan wanita itu tadi di sofa dengan senyum di bibir. Kado pertama berisi baju dan perlengkapan bayi. Namun kado yang kedua ini, mampu membakar
Baca selengkapnya
Bab.19
Irina tampak bersemanga tadi memasukkan cemilan kentang ke dalam keranjang minimarket berwarna biru, dengan semangat dan penuh antusias. Sementara Zafian yang mengekorinya, tampak malu-malu bila tanya, ingin cemilan apa oleh Irina maupun pak Mirwan. Sementara di lorong sebelah, Andira yang telah selesai mengambil barang – barang yang dia butuhkan, kembali meletakkan keranjang dekat kasir. Tadi dirinya kaget juga saat melihat Zafian datang bersama Irina dan ayahnya di minimarket itu. Andira sudah tahu kalau pak Mirwan dan Irina sering membawa Zafian ke minimarket ini dan membelikan bermacam jajajanan, namun baru kali ini melihat sendiri saat mereka berserempak tadi. Ada yang lain di hatinya, pun sama dengan Zafian. Si kecil Zafian seolah ingin rasakan jalan bersama mama dan papanya seperti tadi, namun bukan dengan pak Mirwan. “Bayar dengan punya bunda Andira, sekalian!” ucap Mirwan saat mereka sudah di kasir tadi. “Eh, tidak usah, pak, biar saya bayar sendiri.” Andira berusaha menola
Baca selengkapnya
Bab. 20
Pov RistiaMalam itu di sebuah minimarket, kulihat lagi dirinya. Pria yang rupa dan namanya masih bertahta di hatiku dengan kokoh. Bertemu lagi setelah tiga tahun lamanya, tanpa kabar dan berita. Namun debaran yang kurasa masih tetap sama.Sakha Abimanyu. Pria pertama yang membuatku jatuh cinta, sejak di bangku kuliah. Namun keadaan ekonomi orang tuaku yang tak stabil, membuatku harus rela di jodohkan dengan seorang duda, yang usianya hampir sepantaran dengan Bapak.Meski telah menikah dengan pria lain, namun hatiku tak mampu menggeser rasa cinta yang ada untuk mas Sakha. Aku sangat mencintainya sejak dulu hingga kini. Dia pria pertama yang bertahta di hatiku. Aku pun dulu menjadi wanita pertama di hatinya. Namun kisah cinta kami begitu rumit.Bahkan pertemuan cinta kedua kami bukanlah hal yang patut ditiru. Aku bahkan merendahkan harga diriku, menjadi perempuan binal di hadapanny. Sebisa mungkin kubuat dirinya lelah di ranjang hotel tempat kami memadu kasih. Bahkan setelah Fardi, adi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status