All Chapters of SUAMIKU SUAMIMU: Chapter 11 - Chapter 20
189 Chapters
BAB 11
"Meminta penjelasan katamu, Mas? Kamu mengaku menikahi Rini dan mempertanyakan apakah aku akan meminta penjelasan? Aku tak butuh penjelasan dan pembelaan atas nafsu kalian. Kamu gila Mas. Kamuuu ...." Aku kembali kehilangan kata-kata. "Dan kamu Rin ... kamu sudah kuanggap adikku bahkan kuanggap sahabatku, kenapa kamu tega berbuat seperti ini padaku? Apa sebenarnya yang ada di pikiran kalian berdua." Aku menatap tajam pada Rini kemudian pada Mas Andri. Mas Andri bergeser berpindah duduk ke sampingku, tangannya terulur hendak meraih pundakku. Segera kutepis tangannya menjauh."Jangan seperti ini, Sayang, Mas benar-benar minta maaf jika ini menyakitimu.""Jika ini menyakitiku? Kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan, Mas? Kamu menikahi Rini, kalian mengkhianatiku!!!" Aku berteriak dengan lantang.Mas Andri kembali ingin menggapai pundakku dan kembali kutepis tangannya, kali ini dengan hentakan kasar aku menepisnya. Mas Andri menatapku, matanya terlihat sayu.Aku menoleh ke arah Rini, kul
Read more
BAB 12
"Dik, masuklah ke mobil Mas. Jangan menyetir dalam kondisi seperti ini, sangat membahayakan keselamatanmu," ajaknya."Sudahlah, Mas. Jangan pedulikan aku lagi. Uruslah istri mudamu yang lagi menangis itu, dia pasti membutuhkan belaianmu," ucapku sinis.Mas Andri menggeleng, kemudian tangan kanan memegang keningnya dan tangan kirinya di pinggang, lalu memejamkan matanya sesaat. Gaya khas mas Andri jika lagi ada masalah, lagi berpikir keras atau lagi pusing. Hahhhh ... pusing ... dia pusing karena kelakuannya sendiri, karena nafsunya. Aku berlalu dari hadapannya. Kumasukkan kunci mobil dan menyalakan mesin. Kuremas kuat-kuat setir mobilku berusaha mengumpulkan kekuatan. Aku beristighfar berkali-kali mengharapkan kekuatan dari Tuhanku. Aku harus fokus, jarak dari sini ke rumahku memerlukan waktu sekitar 20 menit. Kujalankan mobilku perlahan setelah membaca Bismillah. Saat mencapai jalan besar setelah keluar dari kompleks perumahan Rini aku melihat dari spion ada mobil Mas Andri mengiku
Read more
BAB 13
“Abang .…” Kulihat ekspresi terkejut Mas Andri tepat di depan pintu kamarku.Tanpa harus melihat keluar aku yakin di balik pintu itu ada putraku Aldy. Kututup pintu kamar pelan, aku belum siap berhadapan dengan Aldy dalam situasi dan kondisi kacau seperti ini. Kujatuhkan tubuhku hingga terduduk di karpet kamar, lalu menyandarkan punggungku pada tempat tidur.Tiba-tiba terlintas di benakku cerita Kak Rizal tempo hari sewaktu mengunjunginya di Lapas. Aku merasa de javu dengan kondisi ini. Dulu, ayah dan ibuku pun terlibat hubungan rumit seperti ini. Hubungan yang kemudian menghancurkan masa depan kedua kakakku. Waktu itu ibunya Kak Amir dan Kak Rizal begitu membenci ayah dan ibuku. Kebencian yang kemudian ditularkannya kepada anak-anaknya yang akhirnya dikemudian hari membawa kak Amir dan kak Rizal salah langkah.Selama 30 menit aku duduk terpekur di atas karpet kamar. Berkali-kali kutarik napas panjang. Aku harus bisa mengendalikan emosiku. Aku harus bisa menahan egoku. Bukan untuk mem
Read more
BAB 14
"Aldy benar kan, Ma? Papa sudah jahat pada Mama," serunya."Jangan berkata seperti itu, Nak. Papa dan Mama sangat menyayangi kalian. Masalah apapun yang terjadi tidak akan mengurangi rasa sayang Papa dan Mama pada Nanda dan Aldy. Hilangkan prasangka buruk pada Papamu, Nak. Untuk masalah ini biarlah Mama dan Papa yang mencari jalan keluarnya, Aldy dan Nanda cukup mendoakan. Insya Allah akan ada hikmah dari semua kejadian ini. Jangan lupa baca Robbighfirlii Waliwaalidayya Warhamhuma Kamaa Robbayaanii Shogiiroo dalam doamu, Nak. Yakinlah bahwa dengan doa yang menembus langit akan mampu mematahkan masalah seberat apapun. Aku memeluk pundaknya lembut.Aldy pun tersenyum padaku. "Iya, Ma. Aldy sayang Papa dan Mama""Mama juga minta maaf jika tadi Aldy sempat melihat kekacauan komunikasi antara Mama dan Papa. Kami berdua tidak ada niat saling menyakiti, tapi Aldy tau kan setan selalu mencari celah untuk membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Oiya, siapkan beberapa pakaianmu ,ya, Nak. Besok so
Read more
BAB 15
"Ko, enak ya kamu sekarang punya 2 boss di kantor.” Aku sengaja memancingnya, dia orang kepercayaan Mas Andri. Kurasa dia pasti mengetahui banyak perihal hubungan Mas Andri dan Rini. Eko meliatku sebentar melalui spion. Nanda sudah terlelap di pangkuanku, ikat rambut bonekanya bahkan sudah terlepas dari rambut tipisnya.“Iya, Bu. Kerjaan saya jadi sedikit lebih ringan. Bu Rini sangat cerdas, Bu. Dia bisa menghandle semua divisi dengan baik, bukan cuma divisi marketing. Bahkan beberapa kali mewakili Pak Andri mempresentasikan proyek-proyek baru perusahaan dan hasilnya sangat memuaskan,” ucap Eko.Aku melirik Aldy sekilas, dia hanya menatap lurus kedepan, kurasa dia tidak mendengar percakapanku dengan Eko sebab headset nya masih terpasang di kedua telinganya. Aku ingin memancing informasi lebih jauh pada Eko, namun aku khawatir Aldy mendengarnya.“Kita mampir rest area enggak, Bu?” tanya Eko.Aku menepuk bahu Aldy, dia melepas headphone-nya. “Mau mampir ke toilet, Nak? Di depan ada res
Read more
BAB 16
Eko menarik napas panjang. "Baik, Bu, saya cuma akan menjawab satu pertanyaan Ibu, Pak Andri mengucapkan ijab qobul pada Bu Rini pada pertengahan bulan April lalu Bu, saya lupa tanggal persisnya. Hanya ini yang bisa saya sampaikan, Bu. Maaf, saya pamit pulang dulu. Jika Ibu perlu dijemput silahkan hubungi saya kembali, Insya Allah saya selalu siap." "Oke, terima kasih Ko. Berpamitanlah pada ibu dan hati-hati di jalan. Jika merasa capek istirahatlah dulu di rest area. Ini sedikit ucapan terima kasihku, belikanlah ole-ole buat anak dan istrimu dan sampaikan salamku pada mereka." Aku menyodorkan amplop pada Eko."Tidak usah, Bu. Pak Andri tadi pagi sudah memberi bonus padaku, sewaktu mewanti-wanti aku hati-hati mengendarai mobil karena penumpangnya adalah orang-orang yang dicintainya. Amplopnya bahkan masih utuh," sahutnya sambil merogoh kantongnya. Aku terdiam, selain menyuruh Eko memakai mobilnya agar kami merasa nyaman, rupanya Mas Andri juga tetap dengan kebiasaannya mewanti-wanti
Read more
BAB 17
"Kok melamun aja, Nak? Ibu panggil-panggil dari tadi enggak nyahut. Apa ada yang sedang mengganggu fikiranmu, Nak?" Ibu tiba-tiba muncul saat aku sedang duduk di teras. Aldy dan Nanda sedang berkeliling kampung bersama Om Candra, adik bungsu ibu."Astaghfirullah maaf, Bu. Nuri enggak dengar.""Lagi mikirin apa to, Nak. Sepertinya Nuri lagi ada masalah. Jika berkenan Nuri boleh cerita pada ibu, jangan dipendam sendiri tidak baik untuk jiwamu, Nak."Aku menarik napas panjang beberapa kali kemudian menoleh pada ibu. Sepertinya aku harus menceritakan semua pada ibu, aku khawatir ibu akan lebih kaget jika mendengar berita Mas Andri menikahi Rini dari orang lain. Bagaimanapun juga ibunya Rini adalah tetangga dekat ibu, aku yakin suatu saat berita ini akan menyebar di kampung ini."Nahh kan melamun lagi. Yuk ke dalam, Nak,. Tidak enak dilihat orang lalu lalang di sini." Sekali lagi ibu membuyarkan lamunanku."Bu, ada yang Nuri mau ceritakan pada Ibu. Kita bicara di kamar Nuri ya, Bu.""Ayo,
Read more
BAB 18
POV Nuri. "Apakah kamu sudah mendengar penjelasan dari suamimu, Nak?" "Tidak, Bu. Hati Nuri terlalu sakit dengan pengakuan Mas Andri," isakku. "Jelaskanlah padaku apa yang terjadi, Bu." "Suamimu sudah berjanji pada Ibu akan menceritakan semua detailnya padamu di waktu yang tepat, Nak. Luangkanlah waktumu dan lapangkanlah dadamu mendengarkan ceritanya. Setelah itu Nuri boleh memutuskan langkah apa yang akan Nuri ambil setelah itu. Berilah kesempatan pada suamimu untuk mejelaskannya, Nak. Apapun yang terjadi dia masih suamimu, jalanmu menuju surga-Nya." "Sekarang Mas Andri bukan cuma suamiku, Bu. Dia juga suami dari wanita lain," ucapku lirih menahan perih. Ibu menatapku penuh iba. "Nak, Ibu pernah mengalami hal seperti ini di masa lalu. Ibu harap Nuri jangan salah melangkah. Ada Aldy dan Nanda yang harus kalian prioritaskan." Aku tau arah pembicaraan ibu. "Nuri tau, Bu. Nuri bahkan sudah bertemu dengan Kakak Rizal, kakak kandung Nuri, anak-anak Ayah," ucapku pada ibu. Ibu t
Read more
BAB 19
“Anak-anak masih pada di kamar mas. Masuklah dulu, mas terlihat kelelahan.” Aku beranjak dari tempatku berdiri. Kulihat sekilas dia tersenyum, entah tersenyum untuk apa.“Papaaaa!!!” lengkingan suara Nanda memenuhi rumah ibu membuat Aldy, Ibu dan Lina berdatangan ke ruang tamu. Mas Andri segera menggendong dan mencium Nanda, Nanda terkekeh geli saat papanya menggelitik pinggangnya.“Loh ada Nak Andri, kapan tiba nya, Nak? Lina, tolong buatkan teh hangat, ya." Ibu bertanya sekaligus menyuruh Lina menyiapkan suguhan.“Biar aku aja, Bu," sahutku sambil berjalan menuju dapur. Memang untuk urusan membuat teh untuk Mas Andri selama ini selalu aku yang membuatnya. Hanya sesekali aku menyuruh Bi Ina jika memang terpaksa, hanya aku yang tau takaran pemanis dan kekentalan teh yang disukai Mas Andri.Mas Andri masih berbincang dengan ibu sambil sesekali menggelitik Nanda ketika aku mengantarkan minuman untuknya. Ia menatapku saat aku meletakkan gelas berisi teh di hadapannya, sekilas kulihat bin
Read more
BAB 20
Suasana perjalanan pulang kembali ke kota kami berjalan seperti biasa, Mas Andri menyetir sambil mengajak Nanda bernyanyi seperti yang biasa mereka lakukan di perjalanan. Aldy dan Nanda duduk di belakang sementara aku duduk di depan.Tak terhitung sudah berapa lagu yang dinyanyikan Nanda berduet dengan papanya, dari lagu “Naik Delman” ketika di jalan kami berpapasan dengan delman, lagu “Pelangi-Pelangi” ketika di jalan melihat ada pelangi hingga lagu “Kereta Api” ketika mobil kami berhenti di pintu perlintasan kereta. Aku hanya sesekali tersenyum sambil menoleh ke kursi belakang. Aldy terlihat sesekali menggoda adiknya jika lagunya salah, kemudian sesekali melepas pasang headphonenya.Di pertengahan perjalanan kulihat Aldy dan Nanda sudah terlelap di kursi belakang. Keheningan pun menyeruak di antara kami. Hanya terdengar deru mesin mobil serta suara kendaraan lain yang melaju di jalan tol ini. Mas Andri begitu tenang, kantung matanya sudah tidak nampak mencolok seperti tadi ketika di
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status