All Chapters of Kaya Setelah Diusir Mertua: Chapter 41 - Chapter 50
220 Chapters
Bab 41
Suasana malam semakin romantis. Mas Yuda mendekatkan tubuhnya padaku. Wangi maskulinnya tercium saat dia berada tepat disampingku. Jantungku berdegup kencang. Baru kali ini kami duduk sangat berdekatan di saat Raihan tertidur. Suasana terasa canggung karena gugup. Mungkin hanya aku yang gugup. Perlahan Mas Yuda meraih jemariku. Hangat kurasakan ketika jemari ini diremasnya. Kemudian laki-laki itu mencium kedua tanganku. Sukses membuat jantungku nyaris berhenti.Lalu kami saling menatap lama. Entah apa sedang dia pikirkan tentangku. "Salma, Apa benar tidak ada keluargamu satupun yang bisa hadir saat pernikahan kita nanti?" "S-sebenarnya ada ... tapi aku yakin dia juga tidak akan mau datang, Mas." "Kenapa?" "Tanteku. Dia satu-satunya keluargaku yang aku punya. Tapi sedikitpun dia tak pernah peduli padaku. Sejak remaja aku hidup sendiri." "Tetap kita harus undang beliau. Karena aku akan dianggap lancang jika tak mengabarkan mereka. Di mana rumahnya?" "Masih di kota ini juga. Aku
Read more
Bab 42
Aku terperanjat melihat Mak isah menangis meraung-raung sambil menyebut-nyebut nama Raihan. Ya Allah, ada apa dengan anakku? "Raihaaan .... Ya Allah Raihaan ...tolong ...!" teriak Mak Isah dengan berlinang air mata. "Maaak! Raihan kenapa? Raihan manaaa?" jeritku seraya memutar badan mencari keberadaan anakku. Mata Mas Yuda juga menyisir ke segala arah. Wajahnya nampak sangat panik. "Maaak, jawab! Mana anakku?" Aku berteriak gemas pada Mak Isah yang tak kunjung menjawab. Wanita itu malah nampak ketakutan. Mas Yuda mengusap punggungku, berusaha menenangkan. Kemudian berjongkok mensejajarkan dirinya pada Mak Isah yang sudah terduduk di pinggir jalan. "Mak yang tenang! Tolong jawab saya! Raihan kenapa?" Mas Wahyu berusaha bertanya dengan pelan. "Mak nggak tau. Tadi Raihan tidur. Emak tinggal ke kamar mandi. Tau ... tau udah nggak adaa ..." "Ya Allah ... Raihaaaaan. Maaaas, cari Raihan maaaas ...!" Aku tak kuasa menahan tubuh ini. Seolah tungkaiku tak kuat menopang. Hingga luruh
Read more
Bab 43
"Baaang, Bang Adam!" Kak Lina tergopoh-gopoh menghampiri. "Kemana aja, Bang? Sejak Ibu kritis, Abang nggak pulang," tegur Kak Lina."Apaaa? Ibu kritiis? Sekarang Ibu dimana?" tanyanya. "Ibu dirawat di rumah sakit sentosa, Bang," sahut Kak Lina. "Apaa? Itu rumah sakit mahal. Kenapa kalian bawa ibu ke sana? Nanti aku juga yang bayar. Menyusahkan saja!" hardiknya. Astaga Bang Adam! "Bu ... bukan itu ...." Kak Lina tampak gemetar karena terkejut. Baru kali ini Bang Adam membentaknya. "Halaah! Sudah, sudah ...!" Masih dengan emosi, kakak iparku itu pergi meninggalkan kami. "Salma .., bagaimana Raihan? Kami ikut prihatin." Kak Lina menghampiri dan memelukku. Ah, rasanya rindu saat-saat seperti dulu. Saat Bang Irsan masih hidup, hubunganku dengan Kak Lina cukup baik. "Raihan sepertinya ada yg culik, Kak. Mohon doanya ya, Kak. Agar anakku cepat ketemu." Aku kembali terisak. 'Aku akan bantu share foto-foto Raihan. Media sosial sangat membantu," ujar Kak Lina lagi. "Makasih Kak Lin
Read more
Bab 44
:Apa mungkin ada teman bisnismu yang tidak suka dengan kedekatan kita?"Mas Yuda terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu."Astaga ...! Jangan-jangan dia ...""Apa maksudmu, Mas? Dia siapa?" tanyaku penasaran."Entahlah! Aku seperti mencurigai seseorang. Tapi belum terbukti.""Apa seseorang itu tidak menyukai kedekatan kita? Apakah orang itu adalah wanita yang pernah bertemu dengan kita di mall? Mas Yuda menarik napas panjang. Kemudian mengangguk."Tapi ini baru dugaanku. Sudahlah, sekarang kamu aku antar pulang. Istirahatlah dulu. Akan ada beberapa anak buahku yang berjaga di sekiitar rumahmu."Selama perjalanan Kami banyak diam, larut dalam pikiran masing-masing.Tak terasa kami sudah sampai kembali di depan gangku. "Ayo Aku antar!" Mas Yuda hendak membuka pintu mobilnya. "Tidak usah diantar, Mas langsung pulang saja!" pintaku seraya ingin keluar dari mobil lebih dulu. Namun laki-laki itu menarik lenganku hingga aku berbalik badan dan kembali kami saling berhadapan. "Salma, Aku
Read more
Bab 45
"Silakan duduk!" ujar wanita itu. Nada bicaranya terkesan tegas. Jelas sekali dia berasal dari kalangan atas. Gayanya yang elegan dengan aksesoris serta perhiasan mahal menempel di tubuhnya. Aku duduk dengan tubuh masih gemetar. Jantungku terus berpacu kencang. "Siapa Anda sebenarnya? Mana anakku?" Aku tak tahan lagi hingga langsung menanyakan keberadaan Raihan. "Pelankan suaramu!" ketusnya pelan.. "Jelaskan apa maumu!" desisku seraya berusaha menatap mata dari balik kacamata hitam itu. "Bagus jika kamu tau diri. Ikuti perintahku ini, anakmu akan selamat! " "Cepat katakan!" Aku berdiri dan mulai gusar. "Tinggalkan Yuda! Pergi jauh dari kehidupannya. Anakmu akan aku kembalikan!" Kembali aku terduduk lemas. Mataku memanas. Dugaan kami benar. Banyak yang tidak suka kedekatanku dengan Yuda. Setelah lama terdiam, Aku menghela napas dalam. "Baiklah. Aku ikuti keinginanmu. Cepat kembalikan anakku!" "Tidak semudah itu. Aku ingin kalian membatalkan pernikahan dan kamu segera perg
Read more
Bab 46
Tiba-tiba pintu ruangan ini terbuka. Mataku membelalak melihat dua orang yang aku kenal masuk dalam keadaan tangan terikat.Kenapa laki-laki itu ada di sini? Sedangkan wanita itu ... Lalu di mana Raihan? Tak lama kemudian masuklah seorang wanita muda berpakaian babysister menggendong seorang anak. Lantas aku berdiri. Apakah itu Raihan? Perlahan aku melangkah mendekati anak yang sedang tertidur itu. Sementara beberapa anak buah Rein berjaga di dalam ruangan ini dan di depan pintu. Aku terlonjak bahagia ketika mendapatkan Raihan yang tiba-tiba terjaga ketika aku sentuh. Sontak aku meraihnya dan memeluknya erat. Wajah chuby itu aku cium berkali-kali. Pandanganku kembali jatuh pada dua orang tadi. "Kenapa Abang begitu tega pada Raihan? Bukankah Abang juga punya anak?" "M-maafin Abang Salma. Abang terpaksa melakukan ini. Kami butuh rumah untuk tempat tinggal." Banga Marwan, suami Kak Lina itu menangis. Apa maksudnya dengan terpaksa? Apa ada yang menyuruhnya? "Siapa yang menyuruh
Read more
Bab 47
Setelah mendapat beberapa pengarahan dari dokter Sari, kami pun pamit. Raihan berada dalam gendongan Mas Yuda. Mereka seperti tak ingin terpisahkan. Bocah itu sangat manja pada calon Ayahnya. Sesekali Raihan mencium Mas Yuda. Saat makan Roti pun, dia minta disuapi oleh Mas Yuda. Sungguh aku terharu melihat kedekatan mereka. Setelah istirahat sejenak di cafetaria, aku minta mampir dulu di minimarket rumah sakit membeli beberapa perlengkapan untuk Raihan. Karena aku tidak membawa satupun keperluannya. Rumah sakit yang tergolong elite ini memang sangat lengkap. Mulai dari Cafetaria, minimarket, Restorant, Toko Roti, Toko bunga, Toko Buah, semua ada. Kami berjalan melewati lorong panjang yang cukup sepi. Aku terperanjat saat melihat para iparku berjalan dari arah yang berlawanan. Aku baru teringat bahwa ibu mertuaku di rawat di sini. Aku semakin geram ketika mereka mendekat. Ada Bang Adam juga. Perlahan kugenggam lengan Mas Yuda. Aku sangat paham bahwa dia pun sedang menahan emosi.
Read more
Bab 48
Ayah Surya menyambut kami dengan senang hati. Yuda berpesan agar tidak menceritakan kejadian kemarin padanya. Aku setuju. Khawatir akan membebani pikiran beliau nanti. "Salma, kamu tidur di kamar atas saja. Tepatnya di sebelah kamarku. Jika ada apa-apa kamu bisa langsung menemuiku." "Baiklah!" "Sebentar lagi ada babysitter baru untuk Raihan. Aku sudah cek, aman." Aku mengangguk. Tak kusangka Mas Yuda sudah mempersiapkan semuanya. "Selamat siang Tuan Yuda!" Tiba-tiba seorang wanita cantik berpakaian kantoran masuk ke ruang tengah ini. Sepertinya wanita ini sudah terbiasa di sini. "Oh, ya. Salma, kenalkan ini Silvi, sekretarisku!" "Saya Silvi, Bu." Aku menerima uluran tangan wanita bernama Silvi itu. Aku agak terganggu dengan roknya yang sangat pendek serta kancing atasnya yang sengaja terbuka. Apa seperti ini pakaiannya jika dikantor? "Saya Salma." "Silvi yang akan mempersiapkan acara untuk pernikahan kita lusa. Kamu tinggal bilang sama dia maunya seperti apa. Nanti Silvi y
Read more
Bab 49
"Saya tinggal, Non. Bu Ratri bisa langsung bantu Non Salma ya!" Babysitter itu mengangguk. "Terima kasih Mariam," ucapku. Mariam beranjak meninggalkan kami. Sementara Bu Ratri masuk dan mulai mendekati Raihan. Nampak sekali beliau sangat berpengalaman mengasuh anak. Setelah membersihkan diri, aku turun. Sementara Raihan yang sudah tidur aku titipkan dengan Bu Ratri. Mas Yuda sepertinya belum naik ke kamarnya sejak tadi. Apa pekerjaannya masih banyak di ruang kerja? Perlahan aku mendekati ruang kerjanya yang terbuka. Sepertinya sekretaris itu masih ada. Mereka masih berbincang-bincang untuk acara lusa. Sesekali mereka tertawa. "Mas ..." Aku lega melihat mereka duduk berjauhan. Astaga! Apa yang aku pikirkan? "Hei ..., Sayang kemarilah! Coba kamu lihat konsep untuk acara kita nanti. Bagaimana menurutmu?" Aku mendekat, kemudian membaca konsep yang sudah ada pada laptop. "Bagus, Mas. Aku nurut aja." "Baiklah. Karena sudah selesai, saya permisi pulang, Pak, Bu," ujar Selvi seraya
Read more
Bab 50
"Hey, tukang nasi miskin! Ngapain kamu ada di rumahku?" Astaga! Kenapa wanita ini ada di sini? Bukankah ini wanita yang mengusirku dari proyek Mas Yuda waktu itu? Apa hubungannya dia dengan Tante Dian? "Hey! Malah bengong!. Nggak pernah lihat cewek cantik, ya? Apa kaget liat rumah gue yang bagus ini ?" bentaknya seraya melotot padaku. "Tania ..., siapa yang datang?" Terdengar suara seseorang dari dalam Suara itu seperti tidak asing di telingaku. Walau cukup lama kami tak bertemu, aku masih sangat hapal dengan suara Tante Dian. "Ini loh, Ma. Ada gembel masuk-masuk rumah kita." Kalau tidak ingat ini di rumah orang, sudah aku remas mulut perempuan di hadapanku ini. "Saya ke sini mau ketemu Tante saya." "Gembel? Mana gembelnya Tania ....? Astaga! Salma ? Mau ngapain kamu ke sini?" Tuh kan bener. Tante Dian tidak akan suka bertemu denganku. "Maaf Tante, Saya hanya mau mengundang Tante dan keluarga di acara pernikahan saya besok. " "Ngundang doang kaaan? Nggak minta uang kaan?
Read more
PREV
1
...
34567
...
22
DMCA.com Protection Status