Lahat ng Kabanata ng Gadis Cacat Pilihan CEO: Kabanata 41 - Kabanata 50
111 Kabanata
Terjebak Di Dalam Lift
"Mas Nanda, aku ke mari karena ortu kita ngajakin buat acara makan siang bareng di restoran Nyiur Melambai yang ada di hotel ini juga 'kan?" ucap Deana Isyana Hartadinata membujuk Ananda agar mau menghabiskan waktu bersamanya. Kebetulan kedua orang tua mereka memang mendukung pendekatannya ke Ananda.Dengan enggan Ananda menjawab ajakan gadis sombong itu, "Maaf, kamu aja yang makan siang. Saya masih kenyang, tadi sudah makan siang di luar.""Jangan nolak, Mas. Sebentar kutelepon Tante Belina aja deh biar beliau tahu sendiri kalau anaknya itu yang nggak mau diajak makan siang bareng!" ancam Deana dengan sengaja. Dia tidak senang bila tawarannya ditolak seenak jidat pria itu."Mesti banget sih begitu? Pekerjaan kantorku ini nggak akan selesai kalau sering diganggu dengan acara ramah tamah nggak penting yang memakan waktu di jam kantor. Ini tuh sudah jam 1 siang, semua karyawan juga pastinya mulai bekerja lagi," protes Ananda masih menghadap layar laptopnya. Ada banyak email baru di inbo
Magbasa pa
Sikap Ananda Atas Pertunangan yang Dipaksakan
"Masakan chef di restoran hotel ini lezat sekali, Jeng Belina," puji Nyonya Shinta Hartadinata berbasa-basi. "Ohh—pastinya, Jeng Shinta. Chef Rudy Sudarmaji ini termasuk chef bintang Michelin lho, kami menggaji beliau tinggi sekali!" jawab Nyonya Belina Kusuma dengan kesombongan yang tersirat. Kemudian karena melihat makan siang sudah berakhir, Ananda pun berniat untuk pamit kembali ke kantornya dari pada menunggu basa-basi membosankan orang tuanya dan orang tua Deana. Dia pun berdehem lalu berkata, "Ehm, maaf. Saya ingin berpamitan kembali ke kantor, Semuanya—""Tunggu, Nanda!" sergah papanya menghentikan Ananda yang sudah siap berdiri, "duduklah dahulu, kami ingin menyampaikan sesuatu yang penting!"Kening Ananda berkerut, dia tak sabar menghadapi basa-basi bertele-tele yang tidak penting, apa yang akan dikatakan oleh papanya? Dia pun duduk kembali dan bersedekap menunjukkan gestur tak sabar sekalipun tiada kata terucap dari bibirnya."Siapa yang mau bicara, Mas Arifian?" tanya pa
Magbasa pa
Cinta Sejati yang Membalut Luka Hati
Alih-alih kembali ke kantornya di lantai 30, Ananda turun ke parkiran mobil basement untuk mengambil mobilnya. Dia sulit untuk fokus kembali bekerja setelah moodnya dibuat berantakan di restoran tadi. Di jalan menuju ke mobilnya yang kebetulan Ferrari merah dibawa ke kantor hari ini, Ananda menelepon Aji. Nada dering kedua langsung dijawab oleh sekretaris andalannya itu. "Halo, Aji? Ji, aku nggak balik ke kantor. Ini mau keluar—kalau ada yang cari, kamu buatkan janji saja besok pagi lagi, oke?""Siap, Pak Nanda," sahut Aji sigap. Dia paling paham apa yang dimau oleh bosnya.Ananda bergegas naik ke mobil Ferrari merahnya lalu tanjap gas menuju ke rumah Maya. Memang tadi pagi sudah fisioterapi, tetapi kedatangannya beda tujuannya kali ini. Kali ini dia ingin mencurahkan isi hatinya dan berbicara serius dengan kekasihnya."Apa masalahnya dengan kaki Maya yang lumpuh? Itu bukan cacat permanen, ngapain papa mama kayak kebakaran jenggot begitu sih?!" gerutu Ananda sambil menyetir mobilnya
Magbasa pa
Rencana Busuk yang Bocor
"Gimana sih Ma?! Papa malu sama Mas Fian tadi sama istrinya gara-gara si Nanda buru-buru kabur!" gerutu Pak Alan sesampainya di rumah. Dia membanting tubuhnya di sofa ruang tengah sembari memijit pelipisnya karena pusing.Nyonya Belina juga duduk di sebelahnya, dia justru terdiam memikirkan cara yang jitu untuk memisahkan Ananda dari gadis cacat tak tahu diri itu. Rupanya pertunangan dadakan yang awalnya ia usulkan tak mempan untuk memaksa Ananda mengikuti keinginan mereka.Kemudian wanita itu pun menjentikkan jarinya dengan wajah licik. "Pa, besok kita datangi lagi rumah gadis cacat itu. Kita tekan secara mental agar dia sadar diri dan meninggalkan Nanda dengan keinginannya sendiri. Atau ... bisa juga kita berikan uang yang cukup besar sebagai kompensasi dia mengakhiri hubungannya dengan Nanda selamanya!" usul Nyonya Belina sembari menatap suaminya."Boleh juga usul Mama. Memang seharusnya begitu. Semua orang miskin tuh sama saja, mereka ijo matanya kalau sudah dikasih duit banyak. S
Magbasa pa
Diinjak-injak Calon Mertua dan Dimuliakan Calon Suami
Seusai keberangkatan Ananda dan Edward dari rumah, pasangan suami istri Kusuma juga menyuruh sopir pribadi mereka mengantarkan ke rumah Maya. Rencana untuk menekan Maya ingin segera mereka jalankan. Segalanya sudah dipersiapkan dengan matang. Surat perjanjian yang harus ditanda tangani gadis cacat itu pun sudah mereka bawa, semalam notaris keluarga Kusuma Mulia mengirimkan file itu via email dan Pak Alan mencetaknya di ruang kantor rumahnya."Nanti mendingan Mama aja yang bujuk si Maya ya?" pinta Pak Alan yng duduk bersebelahan dengan istrinya dalam mobil sedan BMW hitam yang melaju itu."Beres, Pa. Pokoknya surat perjanjian ditanda tangani gadis lumpuh itu dan uang nanti kita transfer. Mustahil dia akan menolak uang sebanyak itu 'kan?" ujar Nyonya Belina dengan yakin. Di matanya semua orang kalangan menengah ke bawah itu doyan duit tak terkecuali Maya.Sekitar pukul 09.00 WIB mobil yang membawa pasangan Kusuma sampai di depan pintu gerbang halaman rumah Maya. Kebetulan sekali gadis y
Magbasa pa
Kebakaran di Rumah Maya
"Kenapa jadi begini, Mas Alan? Saya pikir kemarin kita sudah sepakat untuk menjodohkan Deana dengan Ananda!" ucap Pak Arifian dalam teleponnya. Dia cemas akan kehilangan besan potensial yang dapat membantu kesulitan bisnis Grup Hartadinata."Maaf, Mas Fian. Sayangnya Ananda bersikeras untuk menikahi gadis cacat yang tak bisa berjalan itu. Kami sudah melakukan usaha semaksimal mungkin, sayangnya memang itu keputusan final dari Ananda sendiri," jawab Pak Alan dengan rasa sungkan.Sejenak mereka terdiam saling menimbang-nimbang langkah berikutnya karena situasi yang berkembang seolah berlawanan dengan ekspektasi pihak kedua orang tua pasangan yang dijodohkan itu. Kemudian Pak Arifian pun mengusapkan salam perpisahan sebelum menutup panggilan telepon itu."Ma, kita harus bertindak agresif bila masih ingin Deana berjodoh dengan Ananda Kusuma. Pemuda itu tangkapan yang sangat bagus untuk jodoh anak kita," tutur Pak Arifian sambil berjalan mondar mandir di ruang keluarga kediaman Hartadinata
Magbasa pa
Menyelamatkan Kekasihnya Dari Kebakaran
Ketika Ananda sampai di depan rumah Maya, warga bergerombol heboh membicarakan tentang kebakaran yang tengah terjadi. "Ya ampun, itu Mbak Maya gimana ya? Masih di dalam lho!""Kasihan ya, dia 'kan lumpuh, mana bisa keluar sendiri!" "Bisa-bisa mati lemas di dalam sana—""Kasihan Pak Roy dan Bu Melita ya. Hangus begini rumahnya?"Ananda yang mendengar obrolan heboh ibu-ibu tetangga rumah Maya merasa semakin panik. Ditambah api yang sedang dipadamkan oleh regu pemadam kebakaran tak kunjung reda dan justru terus melahap bangunan tua yang atapnya terbuat dari kayu itu. Dia pun melihat sosok kedua orang tua Maya lalu bergegas menghampiri mereka."Pak, Bu, dimana Maya?" tanya Ananda berusaha mencari kabar yang sebenarnya.Nyonya Melita menjawab sambil berurai air mata panik, "Nak Nanda, Maya masih di dalam. Tidak ada yang berani masuk. Apinya terlalu besar, katanya nunggu agak padam dulu. Huhuhu ... kasihan Maya ... ya Tuhan!""Sebenarnya ada pintu belakang, tapi itu juga terkunci dari dal
Magbasa pa
Melaporkan Kasus Maya Ke Polisi
Rekaman kamera CCTV di jalan depan rumah Maya diputar kembali oleh Pak Busro, kepala satpam perumahan Griya Tawang Asri di kantor keamanan perumahan. "Itu dua pria tak dikenal yang berboncengan naik motor sepertinya yang menyebabkan kebakaran di rumah Pak Roy," ujar Pak Busro menunjuk sosok di layar monitor yang sedang memutar rekaman CCTV.Ananda pun berkata, "Pak Busro, tolong bagian plat nomor sepeda motor di-zoom agar bisa terbaca.""Baik, Mas. Ini—" Rekaman itu oleh Pak Busro di-pause lalu diperbesar gambarnya di bagian plat nomor sepeda motor tersangka penyebab kebakaran.Dengan segera Ananda mengambil ponsel di dalam saku jasnya lalu mencatat plat nomor kendaraan itu, BL 8022 ZU. Kemudian rekaman video CCTV itu diputar dari sejak kedua cecunguk itu meninggalkan rumah Maya hingga api mulai berkobar dan menimbulkan bubungan asap yang tertangkap oleh kamera CCTV seberang jalan perumahan."Nak Nanda, ini memang kebakaran yang disengaja oleh oknum tertentu sepertinya. Kita harus la
Magbasa pa
Berita Heboh di TV
"AAARGH! SIALAN!" teriak Pak Arifian saat menonton tayangan infotainment di layar kaca rumahnya. Sang istri pun menanggapi, "Sabar, Pa. Mungkin Ananda bukan jodohnya Deana. Pasti ada pria muda lainnya yang akan cocok dengan puteri kita nanti.""Mama mah nggak ngerti kondisinya! Perusahaan kita tuh butuh suntikan dana dalam jumlah besar. Ini yang ketiban rezeki durian runtuh malah si gadis cacat itu—kesel 'kan?!" sahut Pak Arifian dengan perasaan tidak terima mengetahui rencana pernikahan CEO Grup Kusuma Mulia itu dengan Maya.Mendengar perkataan suaminya, Nyonya Shinta pun mengerutkan keningnya lalu berkata, "Maksud Papa apakah perjodohan Deana dan Ananda kemarin itu hanya untuk mendapat gelontoran dana dari keluarga Mas Alan Kusuma?""Ya iyalah, Ma. Masa nggak paham sih?" ujar Pak Arifian berdecak kesal. Pria itu uring-uringan terus karena memang perusahaannya berada di ujung tanduk. Selama ini pengeluaran lebih besar dari pendapatan usaha sehingga akhirnya modal usaha tergulung. "P
Magbasa pa
Kecelakaan di Jalan Tol
Di ruang tunggu kantor Management Artist, Andre dan rekan-rekan sesama artis yang satu agency dengannya sedang menonton siaran infotainment yang meliput press conference rencana pernikahan CEO Grup Kusuma Mulia dengan mantan top model Maya Angelita. "Ndre, tuh mantan loe putus dari eloe malah mau nikah sama pengusaha super tajir. Nggak nyesel loe?!" ejek Andy Lukman, rekan sesama aktor layar lebar yang sering bermain dalam film satu judul bersama Andre."Rese loe, Ndy!" tukas Andre dengan wajah masam menanggapi komentar Andy.Rico Wijaya yang juga sering bermain film sebagai lawan main Andre pun menimpali, "Itu 'kan ibaratnya buang kerikil dapet berlian. Hahaha.""Ahh—sialan loe pada!" maki Andre lalu beranjak dari sofa meninggalkan rekan-rekannya yang membully dirinya. Dia melangkahkan kakinya keluar dari ruang tunggu artis menuju ke taman belakang kantor sembari menyulut sebatang rokok. Dia mengisap rokok itu dalam-dalam untuk meredakan amarahnya.Keputusannya meninggalkan Maya dul
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status