"Gimana sih Ma?! Papa malu sama Mas Fian tadi sama istrinya gara-gara si Nanda buru-buru kabur!" gerutu Pak Alan sesampainya di rumah. Dia membanting tubuhnya di sofa ruang tengah sembari memijit pelipisnya karena pusing.Nyonya Belina juga duduk di sebelahnya, dia justru terdiam memikirkan cara yang jitu untuk memisahkan Ananda dari gadis cacat tak tahu diri itu. Rupanya pertunangan dadakan yang awalnya ia usulkan tak mempan untuk memaksa Ananda mengikuti keinginan mereka.Kemudian wanita itu pun menjentikkan jarinya dengan wajah licik. "Pa, besok kita datangi lagi rumah gadis cacat itu. Kita tekan secara mental agar dia sadar diri dan meninggalkan Nanda dengan keinginannya sendiri. Atau ... bisa juga kita berikan uang yang cukup besar sebagai kompensasi dia mengakhiri hubungannya dengan Nanda selamanya!" usul Nyonya Belina sembari menatap suaminya."Boleh juga usul Mama. Memang seharusnya begitu. Semua orang miskin tuh sama saja, mereka ijo matanya kalau sudah dikasih duit banyak. S
Seusai keberangkatan Ananda dan Edward dari rumah, pasangan suami istri Kusuma juga menyuruh sopir pribadi mereka mengantarkan ke rumah Maya. Rencana untuk menekan Maya ingin segera mereka jalankan. Segalanya sudah dipersiapkan dengan matang. Surat perjanjian yang harus ditanda tangani gadis cacat itu pun sudah mereka bawa, semalam notaris keluarga Kusuma Mulia mengirimkan file itu via email dan Pak Alan mencetaknya di ruang kantor rumahnya."Nanti mendingan Mama aja yang bujuk si Maya ya?" pinta Pak Alan yng duduk bersebelahan dengan istrinya dalam mobil sedan BMW hitam yang melaju itu."Beres, Pa. Pokoknya surat perjanjian ditanda tangani gadis lumpuh itu dan uang nanti kita transfer. Mustahil dia akan menolak uang sebanyak itu 'kan?" ujar Nyonya Belina dengan yakin. Di matanya semua orang kalangan menengah ke bawah itu doyan duit tak terkecuali Maya.Sekitar pukul 09.00 WIB mobil yang membawa pasangan Kusuma sampai di depan pintu gerbang halaman rumah Maya. Kebetulan sekali gadis y
"Kenapa jadi begini, Mas Alan? Saya pikir kemarin kita sudah sepakat untuk menjodohkan Deana dengan Ananda!" ucap Pak Arifian dalam teleponnya. Dia cemas akan kehilangan besan potensial yang dapat membantu kesulitan bisnis Grup Hartadinata."Maaf, Mas Fian. Sayangnya Ananda bersikeras untuk menikahi gadis cacat yang tak bisa berjalan itu. Kami sudah melakukan usaha semaksimal mungkin, sayangnya memang itu keputusan final dari Ananda sendiri," jawab Pak Alan dengan rasa sungkan.Sejenak mereka terdiam saling menimbang-nimbang langkah berikutnya karena situasi yang berkembang seolah berlawanan dengan ekspektasi pihak kedua orang tua pasangan yang dijodohkan itu. Kemudian Pak Arifian pun mengusapkan salam perpisahan sebelum menutup panggilan telepon itu."Ma, kita harus bertindak agresif bila masih ingin Deana berjodoh dengan Ananda Kusuma. Pemuda itu tangkapan yang sangat bagus untuk jodoh anak kita," tutur Pak Arifian sambil berjalan mondar mandir di ruang keluarga kediaman Hartadinata
Ketika Ananda sampai di depan rumah Maya, warga bergerombol heboh membicarakan tentang kebakaran yang tengah terjadi. "Ya ampun, itu Mbak Maya gimana ya? Masih di dalam lho!""Kasihan ya, dia 'kan lumpuh, mana bisa keluar sendiri!" "Bisa-bisa mati lemas di dalam sana—""Kasihan Pak Roy dan Bu Melita ya. Hangus begini rumahnya?"Ananda yang mendengar obrolan heboh ibu-ibu tetangga rumah Maya merasa semakin panik. Ditambah api yang sedang dipadamkan oleh regu pemadam kebakaran tak kunjung reda dan justru terus melahap bangunan tua yang atapnya terbuat dari kayu itu. Dia pun melihat sosok kedua orang tua Maya lalu bergegas menghampiri mereka."Pak, Bu, dimana Maya?" tanya Ananda berusaha mencari kabar yang sebenarnya.Nyonya Melita menjawab sambil berurai air mata panik, "Nak Nanda, Maya masih di dalam. Tidak ada yang berani masuk. Apinya terlalu besar, katanya nunggu agak padam dulu. Huhuhu ... kasihan Maya ... ya Tuhan!""Sebenarnya ada pintu belakang, tapi itu juga terkunci dari dal
Rekaman kamera CCTV di jalan depan rumah Maya diputar kembali oleh Pak Busro, kepala satpam perumahan Griya Tawang Asri di kantor keamanan perumahan. "Itu dua pria tak dikenal yang berboncengan naik motor sepertinya yang menyebabkan kebakaran di rumah Pak Roy," ujar Pak Busro menunjuk sosok di layar monitor yang sedang memutar rekaman CCTV.Ananda pun berkata, "Pak Busro, tolong bagian plat nomor sepeda motor di-zoom agar bisa terbaca.""Baik, Mas. Ini—" Rekaman itu oleh Pak Busro di-pause lalu diperbesar gambarnya di bagian plat nomor sepeda motor tersangka penyebab kebakaran.Dengan segera Ananda mengambil ponsel di dalam saku jasnya lalu mencatat plat nomor kendaraan itu, BL 8022 ZU. Kemudian rekaman video CCTV itu diputar dari sejak kedua cecunguk itu meninggalkan rumah Maya hingga api mulai berkobar dan menimbulkan bubungan asap yang tertangkap oleh kamera CCTV seberang jalan perumahan."Nak Nanda, ini memang kebakaran yang disengaja oleh oknum tertentu sepertinya. Kita harus la
"AAARGH! SIALAN!" teriak Pak Arifian saat menonton tayangan infotainment di layar kaca rumahnya. Sang istri pun menanggapi, "Sabar, Pa. Mungkin Ananda bukan jodohnya Deana. Pasti ada pria muda lainnya yang akan cocok dengan puteri kita nanti.""Mama mah nggak ngerti kondisinya! Perusahaan kita tuh butuh suntikan dana dalam jumlah besar. Ini yang ketiban rezeki durian runtuh malah si gadis cacat itu—kesel 'kan?!" sahut Pak Arifian dengan perasaan tidak terima mengetahui rencana pernikahan CEO Grup Kusuma Mulia itu dengan Maya.Mendengar perkataan suaminya, Nyonya Shinta pun mengerutkan keningnya lalu berkata, "Maksud Papa apakah perjodohan Deana dan Ananda kemarin itu hanya untuk mendapat gelontoran dana dari keluarga Mas Alan Kusuma?""Ya iyalah, Ma. Masa nggak paham sih?" ujar Pak Arifian berdecak kesal. Pria itu uring-uringan terus karena memang perusahaannya berada di ujung tanduk. Selama ini pengeluaran lebih besar dari pendapatan usaha sehingga akhirnya modal usaha tergulung. "P
Di ruang tunggu kantor Management Artist, Andre dan rekan-rekan sesama artis yang satu agency dengannya sedang menonton siaran infotainment yang meliput press conference rencana pernikahan CEO Grup Kusuma Mulia dengan mantan top model Maya Angelita. "Ndre, tuh mantan loe putus dari eloe malah mau nikah sama pengusaha super tajir. Nggak nyesel loe?!" ejek Andy Lukman, rekan sesama aktor layar lebar yang sering bermain dalam film satu judul bersama Andre."Rese loe, Ndy!" tukas Andre dengan wajah masam menanggapi komentar Andy.Rico Wijaya yang juga sering bermain film sebagai lawan main Andre pun menimpali, "Itu 'kan ibaratnya buang kerikil dapet berlian. Hahaha.""Ahh—sialan loe pada!" maki Andre lalu beranjak dari sofa meninggalkan rekan-rekannya yang membully dirinya. Dia melangkahkan kakinya keluar dari ruang tunggu artis menuju ke taman belakang kantor sembari menyulut sebatang rokok. Dia mengisap rokok itu dalam-dalam untuk meredakan amarahnya.Keputusannya meninggalkan Maya dul
"Dokter Armand, pasien kecelakaan tabrakan mobil dengan pembatas jalan tol siap dioperasi di ruang OK 1!" seru Suster Eveline seraya menyerahkan map berisi data kondisi pasien.Dengan sigap dokter bedah berusia 37 tahun itu membaca berkas dalam map itu seraya berkata, "Apa keluarga pasien Andre Cornelius Wijaya sudah tiba di rumah sakit? Pastikan nanti mereka diminta menanda tangani surat persetujuan operasi, kondisi pasien kritis dengan perdarahan hebat di daerah leher dan patah tulang lengan kanan. Ini harus dioperasi secepatnya!""Baik, Dok. Untuk pasien Sherrin Arthasena, siapa yang akan menanganinya?" tanya Suster Eveline."Apa berkas data pasien ada? Coba saya baca!" sahut Dokter Armand Rinjani sambil berjalan menuju ke ruang OK 1.Setelah dia membaca data kondisi pasien, dokter itu berkata, "Kalau lihat kondisinya, ini mungkin yang terpenting distabilkan dulu saja. Kalau pun ada operasi akan lebih ke operasi rekonstruksi wajah yang sifatnya kosmetik, tak ada yang tampak berbaha