Lahat ng Kabanata ng ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!: Kabanata 31 - Kabanata 40
82 Kabanata
Kehilangan!
****"Ini tempatnya," ujar Pria itu. Setelah beberapa jam perjalanan menuju ke kontrakan Sarah."Kau tunggu di sini, jangan harap kau akan lepas setelah melakukan hal buruk pada istriku!" tekanku padanya."Tapi saya sudah memberitahukan tempatnya!""Itu tidak akan memastikan bahwa istri dan anakku akan dalam keadaan yang baik-baik saja!" bentakku padanya.Ia langsung terdiam dan tidak menjawab apapun, rencananya setelah itu. Aku akan membawa mereka ke kantor polisi, jika Nita sudah bisa kutemukan.Aku bergegas turun dan berusaha mendobrak kontrakannya.Tempat ini terlihat sepi. Seperti sudah lama tak ada yang menghuninya. Aneh!Dengan rasa gugup, aku terus mencoba membuka pintu kontrakan Sarah.Brak!Pintu terbuka, bergegas aku masuk. Mataku membulat sempurna saat tatapan ini langsung terarah melihat Nita dalam keadaan pingsan dan dengan darah yang ke luar dari kakinya."Nita!" teriakku lantang. Aku langsung buru-buru menggendongnya dan lari membawanya masuk ke dalam mobil."Ada ap
Magbasa pa
Tangis yang Menyakitkan!
Jantungku rasanya berhenti berdetak. Bicara dokter pun sudah tak jelas terdengar di telingaku."Kamu banyak utang penjelasan sama Papa dan Mama," bisik Mama sebelum masuk ke dalam ruangan Nita.Aku bersandar pada dinding rumah sakit."Sabar, Bro," ucap Aryo menepuk bahuku. "Gue tau apa yang lu rasain sekarang. Gue harap lu tetap semangat melalui cobaan ini.""Anak gue, Yo," ujarku dengan penyesalan penuh."Gimana perasaan Nita kalo dia udah sadar," ucapku pada Aryo. Aku tak sanggup membayangkan bagaimana hancurnya Nita, anak yang ditunggunya selama beberapa bulan harus tiada begitu saja."Sabar, Bro." Lagi kata itu yang diucapkan Aryo.Aku terduduk dan mengusap wajah dengan kasar. Argh!"Ini semua salah gue!" ucapku penuh penekanan dan memukul kepala berkali-kali."Udah, Mar, ingat ada orang tua lu di sini," tegurnya dan menghentikan kelakuanku yang berada di luar kendali.****Aku duduk di samping brankar milik Nita, menatap wajahnya yang sangat pucat."Apa yang kulakukan, andai aku
Magbasa pa
Hampa!
"Nita harus banyak sabar, Sayang. Ini bukan kehendak kita, tapi Tuhan yang merencanakan semua." Mama mendekat setelah tak kuasa menahan tangisnya."Nggak! Nggak mungkin!" teriaknya sambil menutup telinga.Aku semakin merasa bersalah dan tak kuat mendengar tangisan Nita yang semakin terdengar menyakitkan.~Nita melamun menatap langit-langit rumah sakit dengan perasaan hampa.Sudah semalaman, sejak kepergian Damar untuk bekerja. Tak ada makanan yang masuk ke perutnya. Setiap di suruh makan, Nita selalu menolak dengan alasan tak berselera. Bahkan yang berada di dalam ruangan pun bingung tak tau bagaimana cara agar Nita mau makan.Katakanlah Damar tega karena meninggalkan Nita yang masih terbaring sakit. Mau bagaimana lagi, jika tak dikendalikan, bisa saja perusahaannya hancur berantakan."Nita, ayo dimakan dulu buburnya, Sayang," ucap Aida, mertua Nita."Nita nggak lapar, Ma. Nita pengen ikut anak Nita aja," ucap Nita tanpa sadar."Nggak boleh, Mama nggak mau menantu kesayangan Mama men
Magbasa pa
Saling kenal, tapi terasa asing!
"Hm, lagipula Nita juga masih tidur," ujar Aida. Ia lalu menatap Imah. "Ya sudah, kami pulang dulu ya, Bu. Besok kami ke sini lagi, jika tak ada kesibukan," sambungnya.Imah hanya mengangguk dan tersenyum. Setelahnya mereka pergi meninggalkan ruangan tempat Nita dirawat.Sedangkan Damar menggenggam jemari Nita terlebih dahulu. Ia tau bahwa Nita hanya berpura-pura memejamkan matanya. Mungkin enggan menatap wajahnya."Aku pulang dulu, nanti ke sini lagi. Jangan lupa makan yang banyak, kamu harus lekas sembuh. Nggak kangen apa sama aku," bisiknya di telinga Nita.Damar mengecup punggung tangan Nita berkali-kali. Ada perasaan aneh yang menyelinap masuk saat Damar melihat wajah pucat Nita, serta badannya yang semakin terlihat kurus.Jujur ... Damar merindukan tubuh istrinya ketika masih dalam keadaan sehat."Damar pulang dulu ya, Bu," ucapnya sambil menyalami Imah. "Iya, hati-hati di jalan ya, Nak Damar," ujar Imah padanya. Damar mengangguk dan langsung ke luar ruangan.*Damar pulang de
Magbasa pa
Berusaha Kuat!
Hari ini, Nita sudah diperbolehkan untuk pulang. Awalnya, dia sangat ingin ikut pulang ke kampung halamannya. Alasannya mungkin karena tak ingin lagi serumah dengan Damar.Namun lagi-lagi harus diurungkan, karena tak diperbolehkan oleh Damar. Walaupun begitu Nita tetap menuruti apa yang diucapkan Damar, jauh di lubuk hatinya. Rasa cinta kepada Damar lebih besar dari rasa sakit hatinya.Memang benar kata orang, cinta itu buta.Dan akhirnya, keputusan yang didapat adalah Imah akan menemani Nita hingga sembuh di rumah Damar."Ayo, masuk, Bu," ajak Damar saat mereka sudah sampai di depan rumah. Imah menatap sekeliling, melihat rumah menantunya yang begitu besar. Benar ternyata, pantas saja Nita dulu begitu minder saat tau dijodohkan dengan anak orang yang berpunya.Nita didorong menggunakan kursi roda. Tak ada senyum yang menghiasi bibirnya. Hanya wajah pucat yang tak berselera untuk melanjutkan kehidupannya.Damar lalu membukakan pintu rumah dan membawa barang-barang Nita masuk terlebih
Magbasa pa
Musuh Berwajah Polos!
"Bu, Damar berangkat kerja dulu," pamit Damar. Imah mengangguk, lalu menepuk pelan bahu Damar.Mulutnya seolah-olah mengatakan kata 'sabar', Damar tersenyum mengangguk dan melangkahkan kaki pergi ke luar rumah."Ayo ikut saya, Bu," ujar Mpok Wati. Melangkah menunjukkan kamar yang ditempati Nita."Baik, terima kasih," jawab Imah sopan.Sesampainya di kamar, hening menyapa dua orang di dalamnya."Kamu kenapa bersikap begitu terhadap Nak Damar?" tanya Imah pada Nita yang sedang mengistirahatkan dirinya."Mungkin hanya bawaan sakit saja, Bu." Nita menjawab tak berselera.Entahlah, dibilang cintanya hilang rasanya tidak mungkin."Jangan begitu, Nita. Ibu tau kamu masih belum bisa menerima semuanya, tapi ...." Ucapan Imah terpotong kala melihat mata Nita yang berkaca-kaca."Tapi apa, Bu?" tanya Nita sambil menahan tangis."Kamu kenapa? Kenapa menangis," ujar Imah panik.Nita buru-buru membersihkan air matanya, takut ibunya melihat."Di mana yang sakit, biar Ibu lihat," ucap Imah dengan nada
Magbasa pa
Pernyataan yang Menyakitkan!
Damar terdiam dan mengalihkan pembicaraan. "Ini bukan saatnya menjelaskan, Pa. Nyawa menantumu bisa saja terancam jika Papa tak bergegas melakukan sesuatu."Bagas terdiam. "Baiklah, aku akan melakukan apapun untuk menangkapnya. Akan tetapi, kau jangan merasa aman, Damar. Justru setelah masalah ini selesai, aku akan menagih penjelasanmu!" tegas Bagas, berlalu meninggalkan ruangan sang putra. *Nita terdiam menatap pantulan diri di depan cermin, wajahnya terlihat sangat pucat. Badannya juga semakin kurus tak terurus.Entahlah, bahkan Nita sendiri pun seperti tak mengenali siapa yang berada di cermin itu.Mengingat perkataan Damar yang menyakitinya. Nita semakin merasakan sakit. "Nita," panggil Imah saat berada di depan pintu kamarnya."Masuklah, Bu," ujar Nita.Kriieett ....Pintu dibuka, lalu Imah masuk dengan membawa semangkuk bubur di tangannya."Makan dulu, Nak," ucap Imah sambil menaruh mangkuk bubur di atas meja."Apa ada masalah, Nak? Semenjak kamu sakit, Ibu melihat ada sesua
Magbasa pa
Nasehat Ibu!
Imah memegang tangan Nita, lalu berkata, "Ibu tak ingin ikut campur rumah tangga kalian lebih dalam, Nak. Namun Ibu berharap, jika masih bisa dipertahankan pertahankan lah, di dalam pernikahan memang banyak ujian yang harus dilewati.""Seperti jalanan yang penuh lika-liku, begitu juga kehidupan. Kadang kita berada di titik bahagia. Akan tetapi, suatu saat juga bisa membuat menangis hingga sulit bersuara.""Dulu, Ibu dan bapakmu juga sering bertengkar, kami bahkan bisa tidak bertegur sapa. Kadang ego memang memaksakan kita, ego membuat diri menjadi lebih merasa benar sendiri.""Tak ada manusia yang sempurna, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Percayalah, Nak Damar mencintaimu, Ibu bisa melihat kekhawatiran di matanya saat di rumah sakit. Ibu juga melihat Damar begitu kehilangan dengan bayi kalian," papar Imah mencoba memberikan nasehat pada Nita putri satu-satunya.""Dia hanya ingin terlihat sedih, Bu. Padahal Nita tau pasti dia sangat bahagia melihat kondisi Nita yang be
Magbasa pa
Pesan Ancaman!
*“Baiklah aku akan melakukan apapun untuk menangkapnya. Akan tetapi, kau jangan merasa aman, Damar. Justru setelah masalah ini selesai aku akan menagih penjelasanmu!” tegas Bagas, berlalu meninggalkan ruangan sang putra.“Jadi, gimana, Mar. Kapan kita bergerak melacak keberadaan wanita itu?” tanya aryo.“Diamlah sebentar. Kepalaku mendadak pusing memikirkan permasalahan ini. Aku benar-benar ingin mem*unuh Sarah rasanya. Karena dia, aku harus kehilangan anak yang seharusnya lahir melihat dunia.“Maka dari itu ayo secepatnya kita cari wanita itu,” ucap Aryo. Sebenarnya ia juga tak tega melihat kondisi sang sahabat, belum lagi dengan perubahan istrinya di rumah pasti itu sangat-sangat membuat Damar tertekan, pikirnya.Drrrt … drrrt … drrrt!Tiba-tiba ponsel Damar berdering, nomor asing yang tertera di sana. Damar mengernyitkan kening, karena tak tau itu nomor siapa. Dia tak mengangkatnya, membiarkan panggilan itu berhenti dengan sendirinya.“Kenapa tidak diangkat?” tanya Aryo.“Aku tida
Magbasa pa
Terulang Kembali!
PERKELAHIAN*Damar menaiki mobil dengan kecepatan tinggi, ia tak sabar untuk segera bertemu dengan Sarah.Ting!Satu pesan masuk ke gawai Damar. Pengirimnya adalah Sarah dia mengirim sebuah foto di mana Nita sedang duduk lemas tak berdaya di kursi dengan keadaan terikat.[Cepatlah kemari, Damar, atau wanita ini akan segera berakhir hidupnya. Kau tau bukan aku tak pernah bermain-main dengan ucapanku. Kutunggu kau setengah jam lagi di sini. Kalo tidak, wanita ini hanya akan kembali padamu dalam keadaan tak bernapas lagi,] ancam Sarah.“Sh*t!” umpat Damar. Ia segera menghubungi Aryo dan juga ayahnya. Mengabarkan bahwa Nita dalam bahaya dan mereka harus datang secara sembunyi-sembunyi dengan membawa polisi. Setelah selesai menelepon, Damar bergegas memacu mobilnya ke tempat yang sudah ditentukan.*“Aku ingin bermain-main denganmu dulu, Nita. Oh ya, katanya sekarang Damar sudah mulai mencintaimu, ya?” tanya Sarah dengan nada mengejek.Nita masih dalam keadaan setengah sadar, bibirnya me
Magbasa pa
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status