Imah memegang tangan Nita, lalu berkata, "Ibu tak ingin ikut campur rumah tangga kalian lebih dalam, Nak. Namun Ibu berharap, jika masih bisa dipertahankan pertahankan lah, di dalam pernikahan memang banyak ujian yang harus dilewati.""Seperti jalanan yang penuh lika-liku, begitu juga kehidupan. Kadang kita berada di titik bahagia. Akan tetapi, suatu saat juga bisa membuat menangis hingga sulit bersuara.""Dulu, Ibu dan bapakmu juga sering bertengkar, kami bahkan bisa tidak bertegur sapa. Kadang ego memang memaksakan kita, ego membuat diri menjadi lebih merasa benar sendiri.""Tak ada manusia yang sempurna, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Percayalah, Nak Damar mencintaimu, Ibu bisa melihat kekhawatiran di matanya saat di rumah sakit. Ibu juga melihat Damar begitu kehilangan dengan bayi kalian," papar Imah mencoba memberikan nasehat pada Nita putri satu-satunya.""Dia hanya ingin terlihat sedih, Bu. Padahal Nita tau pasti dia sangat bahagia melihat kondisi Nita yang be
*“Baiklah aku akan melakukan apapun untuk menangkapnya. Akan tetapi, kau jangan merasa aman, Damar. Justru setelah masalah ini selesai aku akan menagih penjelasanmu!” tegas Bagas, berlalu meninggalkan ruangan sang putra.“Jadi, gimana, Mar. Kapan kita bergerak melacak keberadaan wanita itu?” tanya aryo.“Diamlah sebentar. Kepalaku mendadak pusing memikirkan permasalahan ini. Aku benar-benar ingin mem*unuh Sarah rasanya. Karena dia, aku harus kehilangan anak yang seharusnya lahir melihat dunia.“Maka dari itu ayo secepatnya kita cari wanita itu,” ucap Aryo. Sebenarnya ia juga tak tega melihat kondisi sang sahabat, belum lagi dengan perubahan istrinya di rumah pasti itu sangat-sangat membuat Damar tertekan, pikirnya.Drrrt … drrrt … drrrt!Tiba-tiba ponsel Damar berdering, nomor asing yang tertera di sana. Damar mengernyitkan kening, karena tak tau itu nomor siapa. Dia tak mengangkatnya, membiarkan panggilan itu berhenti dengan sendirinya.“Kenapa tidak diangkat?” tanya Aryo.“Aku tida
PERKELAHIAN*Damar menaiki mobil dengan kecepatan tinggi, ia tak sabar untuk segera bertemu dengan Sarah.Ting!Satu pesan masuk ke gawai Damar. Pengirimnya adalah Sarah dia mengirim sebuah foto di mana Nita sedang duduk lemas tak berdaya di kursi dengan keadaan terikat.[Cepatlah kemari, Damar, atau wanita ini akan segera berakhir hidupnya. Kau tau bukan aku tak pernah bermain-main dengan ucapanku. Kutunggu kau setengah jam lagi di sini. Kalo tidak, wanita ini hanya akan kembali padamu dalam keadaan tak bernapas lagi,] ancam Sarah.“Sh*t!” umpat Damar. Ia segera menghubungi Aryo dan juga ayahnya. Mengabarkan bahwa Nita dalam bahaya dan mereka harus datang secara sembunyi-sembunyi dengan membawa polisi. Setelah selesai menelepon, Damar bergegas memacu mobilnya ke tempat yang sudah ditentukan.*“Aku ingin bermain-main denganmu dulu, Nita. Oh ya, katanya sekarang Damar sudah mulai mencintaimu, ya?” tanya Sarah dengan nada mengejek.Nita masih dalam keadaan setengah sadar, bibirnya me
Asih berjalan tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit. Ia mencari kamar dengan nomor yang sudah diberitahukan oleh petugas rumah sakit.Sesampainya di sana, Asih terkejut melihat Damar yang dilarikan ke ruang UGD, sedangkan Nita sudah dipindahkan ke ruangan VIP.“Bagaimana keadaan Nak Damar?” tanya Asih pada Bagas yang menundukkan kepalanya.“Masih ditangani oleh dokter di dalam ruangan,” jawab Bagas sendu. Saat ini ia merasa bingung dengan apa yang terjadi. Bahkan, inti permasalahan ini pun Bagas tak tau apa. Ia hanya tahu, anak dan menantunya sedang dalam posisi yang tidak baik-baik saja.“Bu, gimana keadaan Nita?” tanya Putri yang tiba-tiba datang setelah tau kondisi sahabatnya. Sepulangnya dari mengantarkan Nita ke rumah sakit kemarin, Putri tak kembali lagi untuk menjenguk Nita. Karena ada banyak pekerjaan yang tidak dikerjakannya dan membuatnya jadi berantakan. Hal itu juga membuat Putri dimarahi oleh atasannya.Dan hari ini kembali lagi terjadi hal-hal seperti sebelumnya, un
*“Gimana keadaan anak kita, Pa?” tanya Aida saat baru saja sampai. Ia menatap ke dalam ruangan bercat putih itu.“Tinggal menunggu dia sadar saja, Ma,” ucap Bagas.“Apakah sudah boleh ditemui, Pa?” tanya Aida tak sabar menemui sang putra. Ia ingin segera memeluk Danar, seperti anak kecil yang terluka.“Nanti saja ya, setelah Bagas sudah bisa dipindahkan ke ruangan lain.”“Mama bersyukur banget Damar nggak papa.” Aida mengusap wajahnya, senyum bahagia terbit di bibirnya saat mendengar kabar sang putra yang baik-baik saja.“Alhamdulillah, Papa juga bersyukur sekali. Kita berdoa saja semoga Damar segera sadarkan diri.” Bagas menatap dari kaca luar, menatap anaknya yang berada di dalam ruangan itu.“Lagipula kata dokter, untung saja luka tusuknya tidak terlalu dalam. Jadi lumayan mudah untuk ditangani,” ujar Bagas lagi.“Syukurlah …,” gumam Aida sangat bersyukur dengan pernyataan yang didengarnya.“Aryo terima kasih banyak sudah menolong Damar dan juga Anita, ya,” ujar Aida sangat-sangat
KUCING dan TIKUSPutri akhirnya dapat bernapas lega, setelah jantungnya dibuat jedag-jedug tak terkira.Untung saja saat Asih bertanya, Putri dan Nita bisa menjawab dengan benar. Mereka berhasil membuat Asih percaya dengan jawaban mereka, ya walaupun itu bohong.“Sorry, ya, abisnya lu datang tiba-tiba. Jadinya gue langsung arahin aja permasalahannya ke lu,” ujar Putri cuek sambil menatap lelaki di depannya. Seperti tak merasa bersalah sama sekali.“Ya tapi, lu gamparnya kekencangan!” ucap pria itu dengan nada kesal. Ia memegang pipinya yang terasa panas sambil meringis sesekali.“Maaf, baperan banget lu ah jadi cowok. Baru segitu aja udah sakit,” ejek Putri dengan senyum meremehkan. Benar-benar menyebalkan.“Heh, lu mau nyoba rasanya di gampar gimana!” ujar pria itu sambil melayangkan tangan di udara. Pria itu hanya menggertak, mana bisa dia menyakiti perempuan. Jelas-jelas itu tidak termasuk dalam kamus hidupnya.Sedangkan Nita yang menyaksikan perdebatan itu, sesekali tertawa mel
“Kamu boleh selingkuh berkali-kali, seratus kali, bahkan seribu sekali pun. It's okay! Tapi dengan nggak ngakuin aku, ini udah keterlaluan, Yo! Kamu benar-benar bikin hati aku hancur berantakan!" teriak Putri mendalami perannya sebagai sosok perempuan yang teraniaya. Air mata di pipinya semakin deras mengalir. Putri memang pantas menjadi pemeran utama dalam sinetron yang banyak menangis.“Sudah lah, Yo! Kamu jangan menjadi lelaki yang begitu, minta maaf padanya. Kalo tidak, Om akan bilang pada ayahmu bagaimana perlakuan kamu terhadap pacarmu sendiri,” ujar Bagas lalu menepuk bahu Aryo. Bagas hanya ikut-ikutan saja, dia percaya bahwa Putri adalah pacar Aryo. Karena selama ini Aryo sangat menutup diri, dan jarang bercerita padanya tentang permasalahan cinta dia.“T-tapi, O-om ….” Ucapan Aryo langsung dipotong oleh Asih. Aryo di sini benar-benar ternistakan, dia yang tak tau ada apa dan masalahnya apa malah menjadi korbannya. Dan sekarang dia hanya bisa pasrah mendengar omelan Bagas k
“Kan dari dulu emang udah nggak cantik. Mau digimanain juga tetap nggak cantik,” ucap Nita sambil tersenyum tipis. Putri yang paham ke mana arah pembicaraan Nita, langsung mencoba menghiburnya."Iya sih, kalo gue lihat-lihat. Lebih cantikan Aryo,” ujar Nita mambil memegang dagunya.“Gue lagi yang kena, dikira gue bencong apa,” geram Aryo melihat tingkah Putri. Nita lalu tertawa mendengar pernyataan yang Putri lontarkan.Teruslah tertawa, Sahabatku. Karena kamu sudah kuanggap seperti adikku sendiri, lukamu adalah lukaku juga. Dan kebahagiaanmu justru juga sebagai kebahagiaanku. Batin Putri sambil melihat Nita yang mulai tertawa dengan lepas.Ia benar-benar senang bisa melihat sahabatnya kembali ceria seperti Nita yang pertama kali dia temui. Tanpa sadar Putri tersenyum.Di sisi lain Aryo juga tak sengaja melihat Putri yang tersenyum. “Manis,” ucapnya di luar kendali.Namun Aryo segera menyadarkan dirinya, dia tak boleh memuji wanita itu. Mana mungkin lelaki yang berkharisma sepertinya m