Semua Bab BARA, HOT DADDY, SWEET HUSBAND: Bab 31 - Bab 40
56 Bab
BAB 31 - HATI KECIL YANG TERLUKA
“Le? Siapa yang telepon?” tanya Nilam saat keluar dari kamar mandi.Tadi, ia sempat mendengar dering ponselnya, lalu hening. Ia yakin Leo sudah mengangkat telepon itu.“Leo?” Nilam melongokkan kepala ke dalam kamar ketika tidak menemukan jawaban dari putranya. Ia mengernyit melihat lampu yang sudah dimatikan. Padahal biasanya Leo masih terjaga, terlebih lagi, tadi sore bocah itu sudah tidur.Nilam menatap sekeliling kamar. Tumpukan kardus mainan yang diberikan Bara masih tergeletak di bawah kaki ranjang, belum terbuka sama sekali.Apa Leo sakit? batin Nilam ragu. Ini benar-benar tidak biasa. Ia pikir Leo akan sangat kegirangan mendapat mainan baru sebanyak itu.Nilam berjalan mendekat sepelan mungkin, lalu meletakkan tangannya di kening Leo. Tidak ada demam, atau erang kesakitan seperti kemarin malam. Apa Leo hanya kelelahan bermain seharian?Lekat, Nilam menatap wajah Leo. Tidak ada hal yang paling indah sel
Baca selengkapnya
BAB 32 - RUN WITH ME
“Mama, katanya, Leo anak sial. Kalau Leo nggak ada, papa sama nenek nggak akan usir Mama. Leo minta maaf, Mama…”BRAK.Tanpa sadar Bara meninju pintu kontrakan itu dengan sangat keras, membuatnya terbuka begitu saja.Bara tau, ia baru saja berjanji untuk melangkah mundur, tapi, saat ia mendengar kata-kata lirih Leo, ia tidak bisa menahan luapan amarah di dadanya. Dengan langkah lebar, Bara melesat masuk ke satu-satunya kamar yang ada di dalam kontrakan Nilam.“Siapa? Siapa yang bilang begitu, Leo?!” tanya Bara geram.Nilam dan Leo tersentak kaget dengan kedatangan sosok itu. Ia seperti beruang yang siap menerkam siapa saja.“O-Om Bara?” gumam Leo terbata.Bara berlutut di samping ranjang Leo. “Bilang sama, Om. Siapa yang sudah ngomong begitu sama Leo?” tuntut Bara menggebu-gebu. “Biar Om kasih pelajaran orang itu!” Wajah tampannya memerah marah. “Ayo bil
Baca selengkapnya
BAB 33 - SAINGAN BARA
Nilam : ‘Ya, Mas. Mas juga yang semangat kerjanya. Sampai ketemu nanti sore.’ Putra mendengus pelan saat menyadari Bara terus menatap layar ponsel. Ia yakin pria itu tidak mendengarkan isi kontrak yang diajukan sekretaris perusahaan rekanannya sekarang.“Bar!” desis Putra sambil menendang kaki pria itu di bawah meja. “Gue pecat lo lama-lama,” bisiknya geram.Bara menghela napas panjang, lalu meletakkan ponselnya dengan wajah kesal.“Poin nomor 6, apa artinya Anda akan menggunakan SKTU dan SIUP yang sama?” tanya Bara, berubah serius.Pria melirik kaget, ia pikir Bara tidak mendengarkan sama sekali.Pria bernama Anwar yang memperkenalkan diri sebagai seorang sekretaris, berdeham pelan. Ia melempar pandang ke pria yang duduk di sebelahnya.“Bahkan kalau pun itu franchise, tetap membutuhkan SKTU dan SIUP terpisah.”“I-ini hanya
Baca selengkapnya
BAB 34 - MIE INSTAN BUATAN BARA
“ASTAGA! MOBIL LO KENAPA, BAR?!” pekik Edo saat Bara memakirkan mobilnya di depan rumah. “LO HABIS NABRAK APAAN?!”Bukannya menjawab, Bara malah membanting keras pintu mobilnya. Lalu, masih dengan wajah marah, ia membukakan pintu untuk Nilam, tapi meninggalkannya begitu saja.“Kalian kecelakaan, Nilam?” tanya Edo sambil memeriksa kondisi mobil pria itu. Percuma bertanya kepada Bara, karena ia takkan pernah menjawab. “Kecelakaan di mana?”Sebenarnya keadaan spion kanan mobil Bara tidaklah terlalu parah, tapi siapa pun pasti menyadari jika ia patah, pasrah, dan hanya mengandalkan beberapa kabel kecil untuk bertahan hidup.Gelengan ragu Nilam membuat Edo semakin mengernyit.Mobil kedua yang memasuki parkiran rumah Bara adalah mobil Putra.“Put, lihat nih!” teriak Edo, bahkan sebelum Putra sempat mematikan mesin mobilnya.“Anj*r, kenapa tu mobil? Kamu kecelakaan, Nil?&rdquo
Baca selengkapnya
BAB 35 - RUANG KOSONG
“PUTRA!” Putra lantas menjauhkan ponselnya dari telinga saat mendengar suara teriakan ibunya.“Ya, Mi?” tanyanya dengan wajah mengernyit.“Sebenarnya kamu lagi ngapain, hah?” Putra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia baru saja membantu Fadlan merapikan kekacauan di rumah Bara. Sedangkan pemilik rumah itu sendiri malah pergi mengantarkan Nilam dan Leo pulang.Musik yang dinyalakan Edo mengalun kencang dari ruang depan, tempat ia tengah mengepel sambil bernyanyi.“Heh, Kampr*t! Matiin dulu!” desis Putra tanpa suara. Tangannya menunjuk ponsel dan gorokan ibu jarinya di leher sebagai kode hitam. Edo langsung bergerak mafhum. Ia melompat dan mematikan musik menggelegar itu, lalu kembali asyik mengepel lantai tempatnya tertawa sampai mengompol tadi.“Kamu di mana sekarang?!” “Aku lagi di apartment, Mi,” jawab Putra sambil mengel
Baca selengkapnya
BAB 36 - KEPERGIAN BARA
Ny. Retno Arum Ningtyas.Nama itu tertulis sempurna di atas gelang pasien yang baru saja masuk ke ruang perawatan. Selang infus, ventilator pernapasan, dan elektroda yang terhubung dengan monitor hemodinamik dan saturasi, menempel di tubuh rentanya.Meski gejala krusial serangan jantung sudah berlalu, tapi dokter tetap siaga memantau kondisi pasien.“Ibu Retno harus dirawat dulu untuk memantau perkembangannya,” terang seorang dokter berkaca mata.“Iya, iya, Dok. Lakukan apa pun yang memang diperlukan untuk Ibu saya.”Dokter itu mengangguk mafhum. “Baik, Bu. Kami pasti akan mengusahakan yang terbaik.”Gendis menyeka matanya yang berkabut. Lalu mengangguk saat dokter dan dua perawat pendampingnya berpamitan.“Dis?” Suara lemah dari balik gorden membuat Gendis terkesiap. Ia melongokkan kepalanya, menyapa sosok renta di atas ranjang itu. “Mana suamimu?”Gendis mengerjap be
Baca selengkapnya
BAB 37 - BARA, RINDU, DAN BIRU
“Wah, enak yah jadi janda, bisa ganti-ganti pasangan sesuka hati, dan nggak ada yang marah.”“Hus! Jangan suka bener kalau ngomong! Hihihi.”Nilam menghela napas panjang saat mendengar gunjingan orang-orang tepat di belakang punggungnya.Minggu ketiga setelah kepergian pria itu, tapi rasanya seperti sudah 3 tahun berlalu. Kini aroma yang ditinggalnya perlahan mulai terasa samar.Rutinitas Nilam kembali, tapi hidupnya tak lagi sama. Dulu, tidak peduli betapa banyak cemoohan yang ia dapat, ia tetap bisa berjalan dengan langkah tegap. Tidak peduli sekejam apa dunia memperlakukannya, Nilam tetap bisa bertahan tanpa memedulikan hal itu.Namun entah mengapa, sekarang ia merasa begitu letih.Setiap pagi, hal pertama yang Nilam lakukan adalah memeriksa ponselnya seperti orang bodoh. Detak jantungnya bertalu tak menentu, dengan harapan pria itu meninggalkan sebuah pesan atau panggilan tak terjawab saat ia terlelap. Itu menjadi
Baca selengkapnya
BAB 38 - RUANG KELABU UNTUK HATI YANG RINDU
Edo bersiul pelan sambil menyisir rambut jabriknya. Ia tersenyum di cermin, mengagumi ketampanannya, lalu menjentikkan jari saat merasa sudah sempurna.“Lo emang ganteng, Do,” pujinya sambil tersenyum bangga. Pria itu melompati sofa untuk mengambil kunci mobil, lalu melompat lagi ke tempat semula seperti atlit parkur professional.Plok. Plok.Edo bertepuk tangan untuk dirinya sendiri, seakan ia adalah penonton yang terkagum-kagum. “Terima kasih, terima kasih,” katanya, sambil membungkukkan badan, kini berperan sebagai seorang atlit yang digemari banyak orang.Namun, saat ia membuka pintu studio, hampir saja jantungnya berhenti berdetak. “ANJ*NG! S*ALAN! NGAPAIN LO DI SINI?!” bentak Edo ketika menemukan Putra duduk di depan studionya.Putra menghela napas panjang sambil menghisap dalam-dalam rokok yang hampir habis. Di sekitar kakinya, beberapa puntung rokok berserakan bagai bunga yang ditabur di atas makam. Di sa
Baca selengkapnya
BAB 39 - KABAR PERNIKAHAN BARA
“Pak Bara beneran mau resign?” tanya Dianty, staff admin berusia 22 tahun.Gosip itu menyebar dalam sekedipan mata.Setelah cuti hampir 3 minggu lamanya, tiba-tiba saja Bara kembali dengan surat pengunduran diri yang mengguncang semua orang.“Apa dia keterima di law firm yang lebih bagus?” tanya Feby, finance officer yang baru saja menikah dua bulan yang lalu. “Atau mau buka law firmnya sendiri?”Suasana pantry siang itu semurung mendung di luar gedung. Bekal makan siang yang sudah dibuka hanya diaduk tanpa selera. Kesedihan jelas terpancar dari wajah karyawan yang lain, terutama karyawan wanita yang sangat mengidolakan wajah tampan Bara.“Masa kamu nggak pernah dengar apa-apa sebelumnya, Ren?” Dianty beralih kepada Iren yang sejak tadi hanya menatap ketoprak pesanannya.Sebagai paralegal yang bekerja mendampingi Bara, Iren menjadi salah satu orang yang harus
Baca selengkapnya
BAB 40 - DITEMUKAN
 “Saya minta maaf, Nilam.”Nilam menghela napas sambil melirik Leo yang asyik bermain dengan robot kesukaannya di kursi belakang.“Ini check up terakhir Leo, kan?”Nilam mengangguk. “Ya.”“Kalau begitu biar saya antar sekali ini lagi saja.”Pandangan Nilam terpaku ke atas dashboard mobil di hadapanya. Entah bagaimana, rasanya mobil itu tak lagi terasa asing. Mungkin waktu sudah membuat jarak penilaiannya sedikit kabur.“Terima kasih, Mas Putra.”Putra tersenyum tipis. Ia juga berkali-kali melirik Leo dari kaca spion. Tanpa terasa, sekarang tawa Leo sudah menjadi bagian dari kesunyian yang selama ini pria itu lewati. Bahkan, ia tak lagi terkejut melihat satu atau dua mainan Leo yang tertinggal di mobil. Kehidupan abu-abu pria 27 tahun itu jelas ikut berubah sejak kedatangan Leo dan Nilam.Dan ia pasti merindukan warna berbeda yang mereka bawa.&ldquo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status