Semua Bab BARA, HOT DADDY, SWEET HUSBAND: Bab 21 - Bab 30
56 Bab
BAB 21 - ORANG YANG BERHARGA
Beberapa saat yang lalu.“Ya ampun, lihat deh. Di paviliun mawar lagi ada yang ribut.” Yumi menunjukkan foto di ponselnya kepada Imel dan dua rekannya yang lain.Terlihat beberapa orang wanita berdiri di depan sebuah kamar. Seorang perawat sudah mencoba melerai mereka.“Jangan-jangan kasus perselingkuhan.”“Hus! Ini kan bangsal anak.”“Eh, iya yah.” Imel mengangguk-ngangguk. “Ehhhh, sebentar. Coba lihat fotonya.” Imel meraih ponsel Yumi, lalu memperbesar foto itu. “Ini kan ibu guru pasien tadi, iya kan?”“Astaga, iya!” pekik Yumi setelah menyadari orang-orang di dalam foto itu. “Dokter Cindy! Gawat!” teriaknya, memanggil Cindy yang berjalan melewati mereka. *** Brak.Tanpa sadar, Bara membuka pintu IGD dengan kekuatan penuh hingga membuat salah satu daun pintunya menabrak ujung ranjang kosong di sis
Baca selengkapnya
BAB 22 -
 “Apa kita sama sekali nggak punya harapan lagi? Apa kamu nggak bisa maafin aku? Apa kamu nggak bisa kasih aku satu kesempatan lagi?”Pertanyaan itu bukan sekedar kata, tapi sebuah ungkapan kerinduan dan penyesalan yang selama ini Cindy rasakan.Ia tau, ia yang sudah memutuskan hubungannya dengan Bara, tapi sejujurnya, ia sangat mencintai pria itu. Waktu menahun yang mereka lalui bersama tidak bisa menguap begitu saja. Justru, detik demi detik, rasa rindu yang Cindy rasakan kian menggunung tinggi.Hari di mana ia melangkah pergi meninggalkan Bara di kencan mereka yang damai, adalah hari penuh penyesalan.Andai bisa memutar balikkan waktu, Cindy ingin kembali ke saat itu. Ia ingin membalas genggaman tangan Bara, ia ingin terus bersandari di dada bidang pria itu, ia ingin mendengar suara Bara yang memanggil namanya dengan penuh kasih. Ia ingin kembali ke masa itu, dan memperbaiki semuanya.Takkan ia permasal
Baca selengkapnya
BAB 23 - LAMARAN PERNIKAHAN
“PUTRA!”Putra baru saja akan menutup pintu ruangannya saat mendengar suara yang berteriak dari kejauhan. Biasanya tamu-tamu yang menemuinya akan di antar sekretaris Putra, kecuali sederet nama yang sudah karyawannya hafal di luar kepala.“Woy, dari tadi gue telpon!” Fadlan membungkuk, menumpu tangannya di lutut sambil mengatur napas.“Gue sibuk. Baru selesai meeting sama klien. Kenapa?”Edo meletakkan tangannya di bahu Putra dengan napas terengah. “Bara, hhh, si Bara… dia… hhh, ada di RS.”“Hah? Kenapa?!” tanya Putra panik. “Dia kecelakaan?”Edo mengerjap, lalu beradu pandang dengan Fadlan. Di antara semua kemungkinan keduanya hanya sempat berpikiran tentang Cindy, mereka bahkan tidak memikirkan kemungkinan lain yang dialami Bara.“Eh, iya, yah?” Edo bergumam pelan.“Hah?! Si Bara kenapa ada di RS? RS mana?!” bentak Pu
Baca selengkapnya
BAB 24 - MENIKAH?
“Masih belum diangkat?” tanya Fadlan di kursi belakang.Putra menggeleng, gurat wajahnya terlihat cemas. “Si B*bi, susah banget nelpon dia!” maki Edo di balik kemudi. Semakin lama, laju mobilnya semakin kencang. Beberapa pengemudi membunyikan klakson saat Edo meliuk sesuka hati di atas aspal.“Hati-hati, Bl*k!”“Alah, t*i!” maki Edo sambil melaju menyalip truk.“Kita coba ke kantornya dulu,” usul Putra yang sudah berkali-kali mencoba menghubungi Bara dan kantornya, tapi tidak mendapat jawaban sama sekali.“Apa nggak tanya Cindy aja?” Fadlan melongokkan kepalanya di antara kursi kemudi dan penumpang.“Terus lo mau bilang apa? Yang masalah taun baru aja belom clear.”Fadlan menghela napas panjang, sadar akan kesalahan yang sudah mereka buat beberapa waktu yang lalu.Lagi-lagi Putra mencoba menghubungi nomor Bara, tapi masih t
Baca selengkapnya
BAB 25 - HUJAN
“Leo?!” Nilam melompar dari kursinya saat melihat Leo yang berada di dalam gendongan Fadlan.Sigap, Bara langsung menghampiri Fadlan, lalu mengambil alih Leo dengan sangat hati-hati.“Kamu kenapa ke sini? Kan Mama sudah bilang tunggu di mobil.”“Wahhh itu kursi roda buat Leo?” tanya Leo girang, sama sekali tidak mempedulikan omelan ibunya.Bara mendudukan bocah itu di kursinya. “Iya, suka?”Kepala kecil Leo mengangguk penuh semangat. “Suka, Om! Leo suka!!”Bara tidak bisa menahan senyumannya. Ia mengacak lembut rambut Leo. “Nanti kita bisa pasang stiker juga.”“Boleh dikasih stiker?”“Boleh dong.”“Yang banyak?”Bara mengangguk mantap.“Hore!!”Ternyata, hal remeh seperti stiker bisa membuat Leo sangat bahagia, dan dadanya sendiri dipenuhi perasaan bangga. Seakan ia baru saja memeti
Baca selengkapnya
BAB 26 - PERASAAN HANGAT
Byur!Hujan jatuh seketika, tanpa basa-basi melalui gerimis atau mendung yang berarti, tapi hujan itu datang dalam sebuah serbuan yang langsung membuat Nilam bergerak cepat untuk melindungi Leo. Sigap, Bara membungkuk untuk melindungi Nilam.“Ayo masuk dulu,” ujar Bara, Nilam mengangguk dan berlari ke area teras mess, sedangkan Bara langsung menggendong Leo.“Hore hujaan!” teriak Leo girang. “Om! Kursi rodanya!” pekik Leo saat Bara mendudukkannya di ruang tamu. Bara mengangguk dan berlari melesat untuk menyelamatkan kursi roda Leo.“Kalian basah, tunggu sebentar.” Bara menyelinap ke ruangan pertama di balik pintu berwarna hitam. Lalu muncul kembali dengan dua handuk besar berwarna biru tua dan abu-abu. Saat dibentangkan, handuk itu bahkan bisa menyembunyikan tubuh Leo sepenuhnya.“Om, ini handuk atau selimut?” tanya Leo polos.Bara berdeham pelan.“Leo,” tegur Nil
Baca selengkapnya
BAB 27 - BARA'S ROMANCE
“HATCHI!”Suara bersin saling bersahut-sahutan di ruang tamu rumah Bara. Ketiga pria yang sudah berganti pakaian dengan kaos dan celana pendek itu duduk dalam satu selimut.“HATCHI! HATCHI!” Edo mengelap hidungnya yang memerah dengan ujung selimut, membuat Bara menggeram kesal. Seluruh persediaan handuk dan selimut bersihnya habis dipakai ketiga pria bodoh itu.  “Kayaknya mereka flu,” gumam Nilam cemas. “Apa nggak sebaiknya dibawa ke rumah sakit?”“Mereka cuma lemah,” desis Bara kesal. Ia berdiri dengan tangan terlipat di dada. Matanya menatap ketiga pria dewasa itu dengan pandangan yang benar-benar marah. Bukannya membantu, ketiga sahabatnya justru menghancurkan sore Bara yang indah.Nilam menatap prihatin. “Kalau begitu boleh saya pinjam dapurnya dulu?”“Ya?”“Biar saya buat teh hangat.”“Ah, itu nggak perlu. Lagi pula
Baca selengkapnya
BAB 28 - CINTA YANG BODOH
Di dalam rekaman cctv, tampak Fadlan tengah bermain bersama Leo di ruang tamu. Bara bahkan membelikan beberapa box mainan baru agar Leo tidak bosan. Sekarang Fadlan dan Leo tengah menyusun rel kereta api mainan yang panjang di atas meja ruang tamu.Lalu, tiba-tiba Fadlan menoleh ke arah cctv, dan mengangkat jari tengahnya, seakan tau Bara tengah memperhatikan cctv.“Hahaha.” Tanpa sadar Bara tertawa pelan.“Apa nggak apa-apa Leo dititip di sana?” tanya Nilam cemas.Bara menggeleng, lalu meletakkan ponselnya ke atas meja, agar Nilam bisa melihat tayangan live cctv yang terpasang di rumahnya.“Fadlan orang yang baik, dan dia seorang koki yang cukup berbakat. Kamu nggak perlu khawatir soal makanan Leo.”Sejujurnya, bukan itu yang Nilam risaukan. “Tapi saya takut merepotkan. Padahal saya bisa titip di daycare.”“Leo masih sakit, Nilam,” bujuk Bara lembut. “Kalau di
Baca selengkapnya
BAB 29 - FIRST KISS
“Ssst, mereka tidur.” Bara meletakkan telunjuknya di bibir, lalu menutup perlahan pintu kamarnya.Bahu Nilam yang sebelumnya begitu tegang, mencelos lega seketika. Hampir saja ia terserang panik saat tidak menemukan Leo atau Fadlan di mana pun di rumah itu. Padahal pintu rumah dibiarkan terbuka.“Mungkin mereka kelelahan,” gumam Bara.Nilam mengintip sekilas. Di dalam kamar itu Leo dan Fadlan tampak tertidur nyenyak. Bahkan Fadlan masih menggunakan celemek berwarna cokelat. Pasti tidak mudah menjaga seorang bocah penuh semangat seperti itu.Nilam kembali menutup pintu kamar Bara dengan perlahan, khawatir akan membangunkan keduanya. Matanya menyapu ruang tamu rumah Bara yang sudah seperti kapal pecah.“Syukurlah kalau mereka tidur, saya jadi punya sedikit waktu.”Deg.Bara menoleh cepat. Apa ia tidak salah dengar? Nilam baru saja bersyukur karena keduanya tertidur? Apa Nilam mengharapkan hal yang sam
Baca selengkapnya
BAB 30 - SENJATA UTAMA
Awalnya ciuman itu hanya sebuah sentuhan tipis yang begitu lembut. Sedetik kemudian, Bara melepaskan kecupannya, matanya menatap mata indah Nilam yang tak lagi berjarak. Dan saat ia melihat kabut yang sama di mata wanita itu, Bara kembali mendekatkan wajahnya.Tangannya terselip di antara helaian rambut dan leher wanita itu, menelusuri jenjang kulit halusnya. Ia bergerak perlahan, mengecup sedikit demi sedikit, sampai ia merasa penolakan Nilam berkurang, dan membalas ciumannya, Bara mulai kehilangan akal sehat.Bara membuka bibirnya, mencium bibir lembut wanita itu. Semakin dalam Bara menciumnya, ia jutsru semakin haus untuk bergerak lebih jauh. Erangan melompat dari mulutnya setiap kali mereka berpisah sejenak.Bara mempersempit jarak di antara mereka berdua, menghirup dalam-dalam aroma Nilam yang memabukkan.Saat bibirnya bergerak menuruni leher wanita itu, desah napas Nilam membuat kepalanya semakin menggila. Bara benar-benar menginginkan wanita itu se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status