All Chapters of Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi: Chapter 51 - Chapter 60
223 Chapters
Part 29C
"Terima kasih banyak, Bu."Aku tidak lupa mengucap terima kasih kepada Bu Aisyah. Hanya terima kasih dan terima kasih yang bisa aku katakan."Bu ... Aku permisi sebentar mau mengurus perusahaanku yang sudah diambang bangkrut.""Apa?!" tanya Bu Aisyah kaget.Bu Aisyah menghampiriku lalu memukul bahuku memberi empati."Perusahaan yang papa bangun dari nol sudah mau gulung tikar, Bu.""Kenapa bisa?!" tanya Bu Aisyah panik.Aku melangkah menuju kursi di ruang tamu. Perasaanku sudah tidak karuan. Pikirku sudah mau pecah memikirkan semua yang datang tiada henti.Bu Aisyah mengekoriku."Aku juga nggak tahu kenapa bisa begini, Bu.""Sudah kamu coba cek data uang masuk dan keluar? Mana tahu ada yang bermain di belakang kamu."Aku menatap ke arah Bu Aisyah. Benar juga apa katanya. Aku harus bangkit dan mencari tahu siapa dalang dari semua ini."Belum, Bu. Aku hanya percaya saja kepada Rusly dan asistenku. Selama ini tidak ada masalah.""Kamu itu terlalu percaya kepada orang, Nak! Ibu juga sudah
Read more
Part 30A
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 32: Terkuak"Mana nomor yang baru saja menghubungi kamu?" tanya Bu Aisyah kepadaku."Buat apa, Bu?" tanyaku kembali.Aku heran kenapa ibu mertuaku malah meminta nomor itu. Perasaan cemas dan curiga kutepis dari pikiranku. Aku merogoh ponsel milikku di saku celana."Sebentar, Bu."Aku mengotak-atik layar ponselku. Tidak butuh waktu lama nomor baru yang menghubungiku telah kutemukan."Ini, Bu."Aku memberikan ponselku kepada Bu Aisyah.Tidak berapa lama, Bu Aisyah mengetik nomor itu ke layar ponselnya. Suara dering terdengar jelas dari gawai milik ibu mertuaku.[Halo ...,] ucap Bu Aisyah setelah sambungan telepon terhubung.[Halo. Maaf dengan siapa?] jawab pria itu di ujung sana.Bu Aisyah memberikan kode kepadaku agar tidak ribut atau ikut campur.[Aku Bu Saskia. Ingin menawarkan kerja sama dengan perusahaan bapak. Kalau boleh tahu bisa ketemu sekarang juga?]Aku tidak mengerti apa maksud dan tujuan ibu mertuaku menghubungi nomor itu. Aku hanya bi
Read more
Part 30B
"Nesya ...! Nesya ...! Kamu itu terlalu polos atau lugu? Ririn dan Lala itu seperti ulat bulu.""Maksudnya, Bu?" tanyaku spontan.Bu Aisyah menghela napas lalu membuangnya dengan kasar. Dia harus membasmi kejahatan yang dilakukan Ririn dan Lala."Aku belum mudeng, Bu. Tolong jelaskan dengan detail dan pelan!""Kita harus memberikan iming-iming kepada Bambang agar dia datang bersua dengan kita. Kita harus minta keterangan detail dari dia lalu jangan lupa untuk direkam sebagai bukti."Bu Aisyah sangat semangat bercerita sehingga tenggorokannya merasa kering."Aduh nggak ada minum ini?" celetuk Bu Aisyah."Oh sebentar, Bu."Aku berjalan menuju dapur. Kuambil gelas kaca lalu menuang air minum dari teko. Tidak berapa lama air itu penuh dan aku kembali melangkah ke ruang tamu dimana Bu Aisyah menungguku."Ini, Bu."Aku memberikan gelas berisi air putih kepada Bu Aisyah. Dia meneguk minum itu sekali teguk langsung habis. Aku terkejut melihat Bu Aisyah minum sekali teguk."Maafkan aku, soalny
Read more
Part 30C
"Sebelum kita mengundang Rusly, Lala dan Ririn ke sini. Kita ke kantor polisi terlebih dahulu.""Ibu kok menjelaskannya berbelit-belit sih kek uget-uget kalau jalan."Aku tidak tahu kenapa emosiku tidak bisa diredam. Apakah ini faktor lelah menghadapi masalah yang ada atau apa?"Kamu jangan emosian. Tenang saja, Nesya. Pokoknya aku tidak akan menjerumuskan kamu.""Terus rencana ibu apa?" desakku tidak sabar."Setelah kita lapor ke pihak berwajib. Kita setting polisi datang setelah mereka sudah datang. Jadi, mereka bakalan mendekam dibalik jeruji besi seumur hidup."Aku langsung semangat mendengar ide cemerlang ibu mertuaku. Ternyata, beliau sangat cerdas dan berbakat."Aku sudah tidak sabar melihat Ririn dan Lala mendekam di balik jejuji besi.""Pokoknya kita buat mereka itu menyesal dan menuai hasil dari yang mereka semai."Bu Aisyah meneguk air putih di gelas itu. Dia tidak ingat kalau air minumnya sudah ludes diteguk tadi.Aku tertawa geli melihat tingkah ibu mertuaku. Namun, seket
Read more
Part 31A
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 33: Rencana Bu Aisyah'Kenapa Bu Aisyah berkata seperti itu?' tanyaku dalam hati.Aku tidak mengerti apa maksud dan tujuannya bisa berkata seperti itu. Pikiran negatif kubuang jauh-jauh. Tidak mungkin Bu Aisyah menjerumuskan aku ke dalam jurang lagi.[Ibu kok bisa berkata seperti itu?]Rusly masih saja heran dan tidak mengerti apa tujuan ibunya berkata seperti itu.[Sudahlah, ibu masih ada pekerjaan lain.]Bu Aisyah memutuskan sambungan telepon sepihak. Dia meletakkan ponsel miliknya di atas meja."Nesya, kamu kok bengong! Ayo kita siap-siap ke cafe buat bertemu dengan Bambang. Jangan sempat kita gagal lagi."'Gagal lagi?' tanyaku dalam hati.Aku masih saja bingung dan tidak mengindahkan apa yang dikatakan Bu Aisyah."Nesya! Kamu mau mengetahui siapa semua dalang dibalik skenario yang ada?!" celetuk Bu Aisyah sambil memasang wajah kesal.Padahal aku sudah semangat mau membongkar rahasia Bambang. Namun, tidak tahu kenapa aku tidak bergairah lagi.
Read more
Part 31B
Sudah setengah jam Bambang menunggu di cafe yang ditentukan Bu Aisyah. Sangking lamanya, dia mulai bosan dan jenuh. Dia merogoh ponsel miliknya."Ponselmu bunyi, Nes!" celetuk Bu Aisyah kepadaku.Padahal aku baru saja membuka pintu mobil. Aku berhenti sejenak lalu mengambil ponselku di atas dashboard. Untung saja berbunyi, kalau tidak bisa saja ketinggalan di dalam mobil"Nomor itu lagi," ucapku dalam hati.Bu Aisayah heran melihat raut wajahku yang masam."Siapa yang menelpon, Nesya?!" tanya Bu Aisyah. Dia tidak jadi keluar dari dalam mobil."Pak Bambang, Bu.""Ya sudah dijawab saja! Kali aja perlu," jawab Bu Asiyah.Aku mengusap tombol gagang telepon ke samping kanan.[Halo,] jawab Bambang setelah sambungan telepon terhubung.[Ya, Hallo.]Aku keluar perlahan dari dalam mobil. Kututup pintu mobil dengan pelan sambil menatap ke dalam cafe.Mataku membelalak melihat Rusly dan Ririn bergandengan tangan sangat mesra.[Kamu sudah di mana? Aku sudah lama menunggu kedatangan kalian! Awas ka
Read more
Part 31C
Aku dan Bu Aisyah pergi melangkah ke pos satpam. Ide Bu Aisyah sangat cemerlang."Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Pak Rio. Namanya jelas tertera di atas saku bajunya sebelah kanan."Maaf, aku mau merepotkan bapak."Tiba-tiba, Pak Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Jangan khawatir, Pak! Aku bisa memberikan uang tip asalkan kemauanku bapak turuti."'Gila! Kalau sempat dia minta ditemani tidur malam ini, bisa berabe urusannya ini.'Pak Rio kelihatan bingung dan cemas. Aku hanya melihat wajahnya yang sangat lucu dan imut."Maaf, aku tidak bisa menemanimu tidur malam ini. Aku sudah punya istri. Aku tidak mau memakai selimut tetangga menghangati tubuhku."Aku dan Bu Aisyah tertawa lepas. Benar dugaanku, Pak Rio orangnya sangat lucu. Raut wajahnya saja sangat imut dan lucu. Tiba-tiba, aku gemes dan ingin mencubit pipinya."Apa kamu bilang?!" sela Pak Wawan.Pak Wawan teman satu sechedule dengan Pak Rio."Nggak usah berbohong, Rio! Ntar hidung mancungmu panjang kalau berbohong."
Read more
Part 32
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 34: DijebakDi sudut pojok cafe, Rusly dan Ririn sedang bermesraan. Ririn menyuap makanan ke mulut suaminya."Aku tidak mau kehilangan kamu, sayang.""Aku juga, sayang."Tiba-tiba, satpam menghampiri Rusly dan Ririn."Nggak usah kalian bermesraan di sini! Aku tahu kalian pasti ada niat jahat untuk menghancurkan cafe ini," ucap Pak Dodi.Ririn terkesima melihat wajah Pak Dodi yang ganteng. Terlintas dalam benaknya ingin merayu. Padahal, baru saja dia berkata sayang kepada suaminya."Maksudnya apa ini? Jangan menuduh yang tidak-tidak!" bela Rusly sambil mengunyah nasi goreng kampung di dalam mulutnya."Kalian pasti mau buat rusuh 'kan?!" tanya Pak Dodi.Rusly dan Ririn saling adu pandang. Matanya tidak melotot sama sekali."Cepat kalian pergi dari sini!"Di pos satpam, aku dan Bu Aisyah menyaksikan Pak Dodi, Ririn dan Rusly dari rekaman CCTV. 'Semoga rencanaku dan ibu mertuaku berhasil.'"Kenapa bapak mengusir aku dan istriku? Kami ini datang kema
Read more
Part 32B
"Nesya ...!""Ya."Aku datang menghampiri mantan suamiku dan gundiknya."Ka-kamu kenapa ada di sini?""Salah kalau aku di sini?" jawabku cuek.Aku melangkah menghampiri Rusly dengan gaya sombong dan angkuh. Kulipat kedua tanganku lalu kuletak sejajar dengan dada."Ng-nggak salah, sih. Cuma aneh dan heran saja.""Kenapa mesti heran?" celetuk Bu Aisyah.Rusly dan Ririn semakin pusing tujuh keliling alun-alun Utara, Yogyakarta.'Ada apa ini? Kenapa semuanya bisa terjadi?'Rusly heran dan tidak bisa menerka apa maksud dan tujuan yang telah terjadi."Bu Aisyah ...," sapa SoniaSonia maneger di cafe milik Bu Aisyah.Bu Aisyah mengedipkan matanya agar tidak membongkar siapa dirinya."Kamu kok bisa kenal sama ibuku? Coba jelaskan kenapa bisa?" seru Rusly kepada Sonia. Dia mendekatkan wajahnya ke muka Sonia. Jaraknya hanya sejengkal saja."Sayang, kamu kok tega mau mencium dia. Padahal aku masih ada di sini."Ririn terbakar api cemburu. Dia melerai perlakuan Rusly kepada Sonia."Pak Dodi! Cepa
Read more
Part 32C
"Sabar dulu! Nggak usah merah padam segala!"Bambang mengukir senyum smirk. Aku merasa jijik melihat raut wajahnya yang mengukir senyum meleceh."Cepat katakan!" paksaku kembali."Ok! Akan aku katakan. Namun, ada syarat yang harus kamu tepati sebelum aku membocorkan semua rahasia busuk Ririn dan Rusly."Bambang menarik kursi lalu dia duduk dengan gaya sombong. Kaki sebelah kanan dia angkat lalu diletak ke atas kaki kirinya."Kamu duduk dulu biar tenang sedikit!" perintahnya kepadaku.Aku hanya mengikuti perintahnya tanpa sepatah kata keluar dari bibirku.Suasana hening, tidak ada terdengar suara melainkan alunan musik menghibur ruangan. Sudah dua menit aku menunggu penjelasannya, tapi tidak ada sama sekali dia memulai percakapan."Namun, apa?! Kenapa kamu diam saja dan tidak mau melanjutkan pembicaraanmu?!""Nesya ... Nesya .... Aku rasa dengan sikapmu yang tidak sabaran itu, mungkin penyebab Rusly mencoba berpaling dari pelukanmu. So! Nggak usah terlalu memaksa kehendak apalagi kepad
Read more
PREV
1
...
45678
...
23
DMCA.com Protection Status