All Chapters of WAJAH ASLI ISTRI BARUKU : Chapter 41 - Chapter 50
135 Chapters
BAGAI OASE
Kehadiran pria itu membesarkan hati. Dia bagai oase di padang Sahara yang sanggup menghilangkan dahaga. Aku terharu sekaligus bahagia pria ini mau datang untuk menjenguk Azka. Padahal sebelumnya jelas-jelas telah dikecewakan. “Terima kasih telah bersedia datang,” ucapku perlahan. Pria itu tersenyum seklias, lalu mengatakan akan menjaga Azka malam ini Ketika dia menyuruh istirahat, aku langsung menuruti. Seluruh tubuh ini memang sudah seperti dilempar dari ketinggian. Aku ingin merebahkan diri meski sekejap saja. * Azkia mencucurkan air mata saat melihat kedatanganku. Maklumlah sudah tak bertemu ibunya dua hari dua malam. Kuciumi ia berulang sebagai tanda sayang dan melepas kerinduan. “Maaa!” teriakmya di sela tangisan. “Iya, Sayang, ini mama!” Aku pun ikut menangis mendapati kesedihannya. Selama ini Azkia tak pernah lepas dariku sebab memang masih batita. Wajar sekarang ia sangat kehilangan. Aku menimang, menyuapi dan mengajaknya bermain untuk beberapa jam. Nanti siang akan
Read more
AKU JUGA RINDU
Azkia pun menyambut tawaran itu. Setelah Azkia ada dalam pangkuan mas Afgan, aku keluar kamar untuk menemui adik Yanti dan suaminya. “Aku siapin makanannya, ya, Mba!” ucap Nani padaku. “Iya, Nan, makasih, ya! Mas Danu, makaaih juga. Maaf merepotkan!” Sepasang suami istri yang belum dikarunia anak itu seperti pengganti Yanti dan mas Radit. Lelaki itu bisa membantu sebab sedang tak ada pekerjaan. Ia baru saja habis kontrak dan sekarang sedang mencari pekerjaan baru. Aku pernah mengatakan itu pada mas Afgan. Kasihan kataku saat itu. Baru setahun menikah sudah diuji kehilangan pekerjaan. Mendengar itu mas Afgan berjanji akan memberikan pekerjaan. Tenang katanya itu bisa diatur. Ketika disampaikan hal demikian, Nani dan Danu sangat senang tentu. Danu tinggal menunggu kabar soal pekerjaan. Setelah mas Afgan hari ini pulang akan dicek apa saja lowongan yang bisa dimasuki di perusahaan. Ia berjanji besok pun sudah akan diberi jawaban. Pastilah mudah baginya menetapkan orang. Kata mas R
Read more
KASMARAN
RIDA Telpon mas Afgan tadi membuatku jadi senyum-senyum sendiri setelahnya. Sampai-sampai Azka bertanya kenapa mama seperti itu. “Mama kenapa senyum?” tanya Azka polos. Aku beristigfar perlahan, lalu mengembalikan posisi bibir menjadi biasa lagi. Selanjutnya, mengalihkan pembicaraan. “Sebentar lagi azan magrib, nontonnya udahan, ya! Ayok, kakak’kan mau ke masjid bareng pak Ustaz!” Azka mengangguk dan bersegera mencari pakaian ganti. Aku hanya mengatakan di mana letak baju kokonya, ia yang kemudian punya tugas mengambil sendiri. Setelah azan mahrib aku menitipkan Azka pada pak Ustaz yang lewat depan rumah. Pria paruh baya itu akan dengan senang hati menuntun putra sulungku itu. Nanti pulangnya setelah Isya diantar lagi. Pembiasaan anak lelaki ke masjid sejak dini akan menumbuhkan cinta pada tempat itu. Hal tersebut juga akan membuka kebaikan demi kebaikan. Setelah sholat magrib, aku bersegera menidurkan Azkia. Jam segini dia sudah ngantuk berat. Aku memang sengaja menciptakan
Read more
LAMARAN KEDUA
“Deuh, yang mau ketemu Ayank,” bisik Nani yang baru saja datang. Kutepuk saja lengannya pelan. “Yaudah, mba dandan aja, aku deh yang gantiin masak. Anggep pahala bantu pengantin,” lanjutnya sambil cekikikan. Lalu dia pergi ke dapur. Ya ampun segitu kentarakah perasanku di sisinya. ‘Kan jadi malu tak bisa menyembunyikan kegeeran. Pukul sepuluh suara mobil memasuki halaman, lalu terdengar pekikan Azka dan Azkia. Tentu saja mereka girang sebab yang ditunggu sudah datang. “Oooom!” “Oooo!” Sepertinya mereka sedang berebut minta dipeluk. Soalnya ada kegaduhan adu mulut antara Azka dan Azkia. Aku? Mendadak lutut ini lemas, mungkin saking gugup akan bertemu dengannya. Ya ampun, Rida apa-apan, sih kamu? Inget umurlah! Sudah bukan abege, loh! “Loh, Mba, kok masih di sini. Udah sana sambut pangerannya! Katanya kangen!” goda Nani. Ampun, eh anak ini. Bikin hati main jedar jeder. Dia malah mendorongku untuk keluar dari dapur. Untung saja sudah memakai gamis dan kerudung. Dengan kondisi d
Read more
BUTUH PIKNIK
ADNAN“Mas, jangan diam saja, ayo kita bicara! Aku sudah tak berhubungan lagi dengannya, sumpah, Mas! Kevin sudah pergi keluar negeri. Mungkin juga takkan kembali!” kata Ela sambil mengguncang-guncang tanganku. Aku tahu ada air mata mengalir di pipinya. Kupikir itu adalah air mata buaya. Takkan ada ketulusan pada wanita sebusuk dirinya. Kutepis jari lentik itu kasar, lalu bangkit meninggalkannya. Aku sudah muak dengan drama wanita ular itu. Berkali-kali ia menikam tanpa belas kasih. Dan yang menyakitkan adalah berselingkuh dengan atasanku sendiri.Wanita yang kuperjuangkan dengan segenap jiwa, nyatanya hanya sosok menjijikkan. Benarlah bahwa aku telah membuang berlian demi batu koral.Tiga hari sudah aku tak bicara padanya. Bukan sebagai hukuman, tapi lebih pada pembiaran masalah tanpa solusi. Menurutku perkara ini takkan ada penyelesaiannya.Aku yakin Ela takkan jera. Meski sekarang menghentikan perselingkuhan karena tekanan keluarga Kevin, ia akan mengulanginya lagi. Masih dengan o
Read more
MENJAGA KEWARASAN
ADNANLamunanku buyar oleh tepukan seseorang. Saat menoleh agak kaget sebenarnya. Mau apa pria sombong itu duduk di sebelahku. Mau mengejek lelaki yang telah jatuh dan tak bisa bangun lagi? Atau dia puas melihat sepupunya telah berhasil merebut istriku? Brengsek memang! Aku ingin menghindar, tapi urung sebab terlanjur bicara. “Mau kerjasama?” tawarnya to the point.Aku kembali menyesap minuman, masih belum bisa merespon sebab penjelasannya belum detil.“Aku punya proyek pribadi, tak terpegang sebab sibuk dengan urusan proyek bersama.”“Mengapa menawariku?”“Kau pasti tahu jawabannya. Jujur, aku tak suka memuji orang, tapi kali ini aku katakan kau orang hebat. Peganglah proyek itu!”Sejujurnya aku belum berminat mengambil sebuah pekerjaan. Lagipula tak mencari uang selama lima tahun pun aku masih bisa hidup. Jual saja tanah dan rumah warisan, aku tinggal tumpang kaki tetap bisa senang-senang.“Akan kupikirkan!”“Besok, aku dan Cindy mengundang kalian makan malam. Ada baiknya kita menj
Read more
KE PUNCAK
Aku kembali ke rumah untuk mengemas pakaian dan beberapa peralatan yang dibutuhkan.l. Rencana di puncak entah akan berapa hari belum ditentukan. Yang pasti bawa pakaian lima set cukuplah. Lagipula tak ada agenda pergi ke kantor, jadi tak akan boros juga. Kalau pun kurang, gampanglah bisa beli lagi. Aku juga membawa laptop, kunci brankas, kartu-kartu berharga dan beberapa benda yang diperlukan. Tak lupa meletakkan surat untuk Ela hingga dia tahu kenapa suaminya pergi. Terserah mau berbuat apapun, aku tak peduli. Kalau mau cerai, gugat saja sendiri. Kukatakan pada bi Asih akan pergi beberapa hari. Jika Ela bertanya, serahkan saja surat yang kutitipkan. Perempuan itu tak perlu diperintah dua kali, langsung mengatakan siap melaksanakan. Kulesatkan kendaraan andalan. Mobil ini telah menemani tiga tahun lamanya. Lumayan awet. Bukan tak bisa beli baru, tapi tak minat. Jalanan menuju Puncak biasanya lancar di jalan tol. Kalau sudah keluar, jangan harap bisa ngegas. Yang pasti harus sabar
Read more
SEPERTI RIDA
Kuusap setetes air mata yang jatuh. Namun percuma sebab setelah itu mengalir kembali buliran lainnya. Masa-masa indah bersama Rida dan anak-anak kini tinggal kenangan. Semua kebahagiaan itu kulepas demi mengejar syahwat yang menggila. Benarlah sesal itu muncul di belakang. Dan itu percuma sebab belum tentu dapat kuperbaiki. Sakit yang kutorehkan padanya teramat dalam. Meski sudah tujuh bulan berlalu, pasti nyerinya masih terasa. Aku yakin Rida mudah memaafkan. Tapi untuk mau memberi kesempatan kedua aku tak yakin. Sekiranya aku memohon sambil berlutut pun belum tentu diterima kembali. Wanita punya kemampuan bertahan tanpa pria seumur hidupnya. Sementara pria tak sanggup menjalani kesendirian, meski satu hari saja. “Maaf, maaf, maaf.” Kuusap terus kuusap airmata yang makin deras berjatuhan. Dada ini ikut berdenyut mengingat ketololanku sendiri. Ya, akulah Adnan, manusia paling tolol di muka bumi. “Rida, Azka, Azkia papa rindu, sangat rindu. Di mana kalian, sehatkah, cukupkah ke
Read more
KATAKAN
Setiap ada orang di jalan, aku sengaja bertanya tentang foto Rida dan anak-anak. Upaya ini terus kulakukan hingga sore datang.Saat magrib, aku sengaja sholat di masjid yang ada di perkampungan. Siapa tahu mereka tinggal di salah satu tempat masjid itu berada.Nama masjid yang sedang kudatangi adalah An Nur. Tempatnya dekat dengan kebun teh dan beberapa villa besar. Milik orang Jakarta katanya.Selepas sholat, aku menyengaja ngobrol dengan jamaah. Tak lupa menyodorkan foto Rida dan anak-anak.“Bapak ini siapanya mereka?” tanya salah seorang pria yang dipanggil Ustaz. Wajahnya terlihat tak bisa menyembunykan kekagetan.“Saya mantan suami wanita ini, dan mereka adalah putra putri saya!”“Jadi, Anda ayahnya Azka?” tanyanya dengan nada benar-benar kaget. “Bapak kenal mereka? Tolong katakan di mana mereka, Pak. Saya mohon!”Aku terkejut mendengar pria paruh baya ini menyebut nama Azka, lalu Azkia juga Rida. Artinya dia kenal dengan orang-orang yang kucari.Tentu saja ini adalah informasi
Read more
KE SUMATERA
Kata-kata pria itu lembut, tapi menusuk tepat di jantung hati. Aku tak dapat menyangkal bahwa benar Azka dan Azkia adalah tanggung jawabku. Dan kelak di akherat pasti akan dihisab terkait pengabaian ini. Makin mencengkramlah rasa bersalah dalam diri ini. Kata maaf takkan pernah menghapus kesalahan terbesar dalam hidup. Sungguh, mengapa aku bisa menjadi laki-laki bodoh hanya karena wanita busuk sejenis Ela. Mengapa mudah terpedaya oleh rayuan mautnya. “Saya berdosa Pak ustaz, saya memang jahat. Mungkin inilah sebabnya Allah belum mengizinkan saya bertemu mereka.”Kalaulah tak ingat waktu, aku masih betah di sini. Mendengarkan nasehat yang menyejukkan hati. Seakan-akan hati yang gersang ini tengah disirami oleh embun keberkahan.Aku pamit pada pria yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah. Juga memberikan nasehat berharga yang yang menyejukkan jiwa. Inilah hikmah kedatangan ke tempat ini.Selepas pulang dari sana, aku bertekad akan terbang ke Sumatera besok. Ini adalah kesempatan
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status