All Chapters of TERJERAT CINTA HOT MOMMY: Chapter 41 - Chapter 50
123 Chapters
TERJERAT CINTA HOT MOMMY.
"Maaf ... maafin aku. Aku enggak bermaksud meragukan niat kamu. Aku tadi cuma kaget. Tiba-tiba kamu ngajakin nikah," jelas Belinda berharap itu semua dapat mengurangi rasa kecewa Raffa.Ajakan menikah Raffa telah membuktikan bahwa pemuda itu memang tidak main-main dengan hubungan mereka. Akan tetapi, Belinda tak bisa memberi jawaban yang pasti untuk saat ini sebab ikatannya dengan Bima belum berakhir. Suaminya itu memberinya waktu sebulan untuk Belinda menemukan pria yang tepat dan siap menikahinya.Lantas, kenapa kebimbangan masih menggelayuti Belinda? Bukankah ini kesempatan bagus baginya lepas dari Bima dengan mudah. Raffa sudah memberikan sinyal padanya. Mengajaknya menikah.Namun Belinda harus menjelaskan semuanya kepada pemuda ini. Dia tidak ingin Raffa mengambil keputusan dengan tergesa-gesa dan secara emosional. Tidak. Belinda belum siap jika suatu saat Raffa pergi meninggalkan dirinya.Raffa termangu, menunggu seorang perempuan di depannya kini memberikan jawaban. Dari sorot
Read more
KEJUTAN TAK TERDUGA.
Satu Minggu telah berlalu, Belinda dan Raffa tengah bersiap kembali menuju Jakarta. Selama sepekan menghabiskan waktu bersama membuat keduanya semakin mesra. Raffa tak lagi sungkan mencurahkan perhatian kepada kekasihnya itu. Sejak pagi dia membantu Belinda membereskan semua barang-barang yang mereka beli dadakan di Puncak. Mulai dari baju, dan perlengkapan lainnya. Jelas Belinda merasa begitu dicintai. Dia tidak pernah menyangka jika Raffa yang dulu dia pikir cuek dan dingin, kini berubah menjadi sangat hangat. Pemuda itu tak pernah sekali pun membuatnya merasa insekyur. Mengingat, bila usia mereka terpaut sangat jauh. Status mereka pun berbeda. Namun, Raffa seolah tak pernah bosan mengikis semua perbedaan antara mereka. Pemuda itu menepati janjinya—melimpahkan kasih sayang yang tiada habisnya. Tak lupa Raffa juga selalu mengungkapkan cinta ketika bangun tidur karena menurutnya itu semua bisa menambah keterikatan dalam menjalin hubungan. "Selesai," seru Raffa sesaat memasukkan bar
Read more
KEKECEWAAN BELINDA.
"Sialan, lu!" Raffa memukul lengan Vano sampai pemuda itu mengaduh kesakitan. "Kampret! Sakit, Raf!" Vano mengusap-usap lengannya yang lumayan terasa panas. Bibirnya komat-kamit menggerutu. Terdengar decakan nyaring dari mulut Raffa. Dia benar-benar bingung harus menjawab apa apabila Belinda sampai bertanya perihal Rania. "Lu kenapa enggak ngabarin gue kalo si Rania nunggu di sini!" sentak Raffa sambil sesekali celingukan ke ruang tamu. Beberapa saat yang lalu dia buru-buru menarik Vano, membawa sahabatnya itu ke pantry untuk dimintai penjelasan. Meninggalkan Rania dan Belinda di ruang tamu berdua saja. "Ck! Elu-nya aja yang keasyikan pacaran! Sampe telpon dari gue enggak diangkat." Lantas, Vano mengambil ponselnya dari saku celana. "Noh, liat! Udah berapa kali gue telpon elu. Gue juga chat elu, bego!" Menunjuk layar ponselnya ke depan hidung Raffa yang cuma berdecih. "Masa, sih?" Raffa yang masih belum percaya kemudian mengambil ponsel dari saku jaketnya. Menekan tombol on dan
Read more
NYICIL BIKIN ANAK.
Dua hari sudah Raffa tidak dapat menghubungi Belinda. Lelaki itu merasa cemas bukan main. Ponsel kekasihnya sama sekali tidak aktif semenjak kepergiannya dari Apartemen. Entah apa yang terjadi dengan Belinda sampai -sampai dia mematikan ponselnya."Apa dia marah beneran, ya, sama gue? Ck!" Raffa bergegas bangkit dari tempat tidurnya untuk segera mencari tahu keadaan Belinda. Mungkin dia akan pergi ke rumah Belinda terlebih dahulu.Pada saat Raffa membuka pintu dan hendak melangkah keluar, tiba-tiba Vano sudah berdiri di depannya."Buset, Raf! Kenapa lu? Kayak orang kesetanan?" tanya Vano memindai raut wajah Raffa yang berantakan. Dua hari ini dia sama sekali tidak keluar dari unitnya itu lantaran masih kepikiran Belinda."Gue mau ke rumahnya Belinda." Raffa menjawab sambil hendak berlalu, namun Vano buru-buru mencegahnya."Emang si Tante Belinda kenapa?" Vano penasaran dan ikut merasa cemas.Menggeleng lantas menjawab, "Gue juga enggak tahu, Van. Hpnya mati dari kemaren malem. Gue jad
Read more
MANTAP MENGUNDURKAN DIRI.
"Ini rumahnya Tante Belinda, Raf?" Vano bertanya tanpa berkedip sedikit pun. Mulutnya menganga lebar seolah dia belum pernah melihat rumah semewah ini. Beberapa saat yang lalu mereka tiba di depan pintu gerbang rumah Belinda yang menjulang sangat tinggi. "Iya. Ayo turun!" Raffa melepas sabuk pengaman lantas keluar dari mobil. Vano tersentak saat Raffa membanting pintu mobil."Eh, kampret! Tungguin!" Buru-buru dia melepas sabuk pengaman dari badannya dan langsung keluar dari mobil. Keduanya lantas mendekati pos sekuriti yang berjaga. Raffa dan Vano gugup setengah mati. Baru kali ini mereka mendatangi rumah pelanggan. ck!Memang benar kalau cinta itu bisa membuat orang hilang akal. Contohnya ya seperti Raffa ini. Mana ada orang yang berani datang ke rumah pelanggannya di siang bolong begini. Sukur-sukur suami Belinda sedang tidak ada di rumah. Bayangkan saja jika ada. Pasti akan terjadi perang dunia ke empat. "Permisi," sapa Raffa begitu mendekat di pos sekuriti, sedangkan Vano me
Read more
RESMI BERHENTI.
"Apa! Kamu mau mundur dari pekerjaan ini, Fa?" Mami Kumala tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, sesaat Raffa berkata ingin mundur dari Diskotek—tempatnya mengais rezeki selama tiga tahun belakangan ini."Iya, Mi. Maaf." Raffa tertunduk lesu. Tak sanggup menatap mata sendu mami Kumala yang sama sekali tidak berkedip.Di mata itu ada banyak sekali harapan mami Kumala kepada Raffa. Berkat dialah, Raffa tidak sampai jadi gelandangan. Meski pemuda itu tahu jika pekerjaan yang ditawarkan mami Kumala merupakan pekerjaan tidak halal. Namun, kala itu Raffa tidak memedulikan profesinya. Asal perutnya terisi dan mempunyai hunian nyaman dan mewah. Terutama dia bisa berdiri di bawah kakinya sendiri tanpa mengandalkan uang sang ayah.Huh! Mengingat itu Raffa jadi mengingat cacian ayahnya dulu."Mami harus bilang apa ke pelanggan kamu? Mereka semua pasti nanyain kamu, Fa?" Mami Kumala bertanya demikian tak serta-merta dia memikirkan nasib Diskotek-nya yang pastinya akan kehilangan tambang emas.
Read more
SURUHAN SESEORANG.
Raffa pergi dari Diskotek hampir tengah malam. Sementara Vano pergi ke Hotel bersama Tante yang memakai jasanya. Meski kepalanya agak sedikit berdenyut, tetapi Raffa tetap memutuskan untuk pulang ke Apartemen. Nanti setibanya di sana, dia akan langsung tidur saja—pikirnya.Jalanan mulai terlihat sangat sepi, apalagi arah dari Diskotek menuju tempat tinggalnya terkenal rawan. Jarang sekali Raffa pulang di jam segini. Dia terbiasa pulang subuh atau pagi. Tidak ada yang perlu ditakuti. Akan tetapi, perasaannya sejak tadi tidak enak. Rasanya seperti ada orang yang tengah mengikuti mobilnya dari belakang.Raffa melirik sekilas dari kaca spion. Dan, benar saja. Dia melihat jika ada mobil sedan hitam melaju agak kencang tengah membuntutinya. Seperti hendak ingin mendahului. Namun, dengan sigap Raffa berhasil menghindar ketika sedan hitam itu berupaya menyerempet mobilnya."Brengsek!" umpat Raffa seraya semakin mempercepat laju mobilnya. "Mau nyari masalah sama gue kayaknya." Fortuner hitam m
Read more
BERTEMU IBU.
Di sebuah kamar serba putih itu seorang pemuda dengan hampir seluruh bagian wajahnya diperban nampak mengerjap pelan. Jari-jarinya yang terdapat selang infus juga bergerak-gerak. Tentu saja hal tersebut membuat lelaki yang kini berada di sampingnya terperanjat kaget, terkejut sekaligus bahagia. "Raf ...," Vano refleks bangkit dari duduknya lalu menyentuh tangan sahabatnya yang kini membuka mata. "Elu udah sadar, Raf?" Vano bahkan hampir menangis, merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sementara Raffa nampaknya masih belum sepenuhnya sadar. Pemuda itu menyipitkan mata lantaran sinar lampu yang begitu terang terasa menyilaukan. Pemuda itu seperti orang linglung sebab kini bola matanya tengah memindai seisi ruangan serba putih dan berbau khas obat. "Van, gue ... lagi di mana? Kok, semuanya serba putih?" tanya Raffa meski suaranya masih terdengar sangat lemah. Dia menatap Vano seolah menunggu sahabatnya itu memberi jawaban. Vano yang ditanya demikian mendadak berubah kesal.
Read more
MENGELUH SAKIT.
"Udah, Bu. Aku udah kenyang." Raffa memalingkan muka seraya mendorong pelan tangan sang ibu yang hendak menyuapinya lagi. Ibu tersenyum lantas menarik tangannya mundur dan meletakkan wadah makanan di atas nakas. Kemudian beliau mengambil gelas berisikan air putih, lalu menyodorkan kepada Raffa. "Minumlah." Beliau membantu Raffa minum setelah itu meletakkannya lagi di nakas. Sudut hati Raffa menghangat dengan perlakuan ibunya. Perhatian inilah yang sangat dia rindukan selama ini. Ibu selalu memperlakukannya seperti anak kecil dan tak pernah sekali pun memarahinya. Oleh karena itu Raffa tumbuh menjadi anak yang manja dan pembangkang. "Terima kasih, Bu," ujar Raffa tulus yang disambut senyuman oleh bu Farah. "Istirahatlah. Dokter tadi menyuruhmu untuk jangan banyak bergerak dulu." Bu Farah membantu putranya berbaring kembali. "Ibu akan menunggu di sini." Menarik kursi lalu mendaratkan bokongnya. Bu Farah duduk di sisi ranjang Raffa. Beberapa saat yang lalu dokter memeriksa kondisi R
Read more
KALIAN PENGEDAR NARKOBA?
Hari ini Raffa sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Hasil dari rongsen kemarin menunjukkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Raffa tidak mengalami luka dalam yang cukup serius. Hanya saja dirinya harus banyak istirahat dan dilarang banyak bergerak. Perban di wajah juga sudah dibuka. Wajah tampan Raffa terlihat lebam dan ada beberapa bekas jahitan di pelipis kanan. "Ibu ikut anter Raffa pulang 'kan?" tanya Raffa kepada sang ibu yang sudah bersiap. Mereka menunggu kedatangan Vano. "Iya. Ibu ikut anter kamu pulang. Sekalian ibu juga pengen tahu tempat tinggal kamu," jawab bu Farah seperti biasa. Lembut dan penuh perhatian. Raffa tersenyum. "Makasih, Bu. Ibu udah rawat Raffa dua hari ini," ucapnya tulus. Bu Farah mengusap lengan Raffa kemudian berkata, "Ini semua udah jadi kewajiban ibu, Nak. Kamu 'kan anak ibu satu-satunya." Beliau memandang wajah Raffa dengan sangat lama. Ada banyak perubahan dari putranya ini. Terlihat sangat dewasa dan semakin tampan. Raffa yang dipanda
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status