All Chapters of After That Night: Chapter 51 - Chapter 60
135 Chapters
Minta Bekal
“Ya udah deh biarin aja. Kalau aku perhatiin, nanti dia malah salah paham. Mungkin begini lebih baik,” gumam Ayas. Ia pun berlalu menuju ruangannya tanpa menghiraukan Yoga. Ayas tidak ingin Yoga salah paham jika dirinya terlalu memperhatikan Yoga. Sehingga Ayas lebih memilih Yoga marah dari pada mengira bahwa dirinya memberi harapan. Sore hari, sesuai dengan janjinya, Tira menjemput Ayas ke kantornya. Ia sudah seperti pengangguran yang banyak memiliki waktu bebas. Padahal sebenarnya Tira cukup sibuk. Hanya saja ia lebih memprioritaskan Ayas dari apa pun. Saat Ayas keluar dari lobby, mobil Tira segera mendekat ke arahnya. Kali ini ia tidak turun dari mobil karena Ayas langsung masuk ke mobilnya itu. Ayas tidak sadar ada yang memperhatikannya dari dalam lobby dengan hati yang hancur. Penantian Yoga selama 4 tahun kini sudah dapat dipastikan sirna. Ia sudah tidak memilik
Read more
Pikiran Nakal Ayas
Ayas bingung mengapa Tira tiba-tiba menepikan mobilnya. “Kamu mau ngapain, Pi?” tanya Ayas. Kemudian ia memindai ke sekeliling dan ternyata tempat itu sangat sepi. “Pi, kamu jangan macam-macam, ya! Aku gak mau aneh-aneh lagi, ah,” keluh Ayas. Ia khawatir Tira ingin menyerangnya di mobil. Tira tersenyum. “Aku mau minta bekal sedikit saja, Sayang,” ucapnya dengan tampang memelas. “Tadi siang kan udah di restoran,” sahut Ayas sambil mengerungkan wajahnya. Tira pun terkekeh mendengar ucapan Ayas. Ia paham betul apa yang sedang Ayas pikirkan. “Ya Tuhan … ternyata kamu pikirannya nakal juga, ya,” gumam Tira sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. Ayas bingung. “Maksud kamu apa?” tanyanya. “Emang kamu pikir aku mau ngapain, hem?” Tira balik berta
Read more
Ketiduran
“Papi!” keluh Ayas setelah Tira melepaskan tautannya. Tira tersenyum sambil mengusap bibirnya. “Aku yakin yang terakhir itu pasti hasil fotonya paling bagus,” gumam Tira. Kemudian ia melihat hasil foto di ponselnya tersebut. “Nah, benar kan apa kataku. Ini hasilnya paling bagus,” ucap Tira sambil tersenyum. Lalu ia merubah walpaper ponselnya dengan foto tersebut. “Mana?” tanya Ayas. Ia penasaran seperti apa fotonya. “Ini, bagus kan?” tanya Tira sambil menunjukan fotonya pada Ayas. Ayas mengerutkan keningnya. “Hah? Bagus apanya, sih? Ini terlalu vulgar, Pi. Masa kamu jadiin walpaper, sih? Apa kata orang yang lihat nanti?” keluh Ayas. Di foto tersebut hanya terlihat sebelah wajah mereka dengan bibir yang saling bertautan. Bahkan mata mereka sama-sama terpejam. Terlihat
Read more
Pergi ke Jakarta
Untuk beberapa saat mereka saling bertatapan. Hati Ayas berdebar-debar ditatap seperti itu oleh Tira. Ia mulai tergoda oleh rayuan pria tersebut. “Boleh, ya?” tanya Tira, memelas. Ayas tersenyum ke arahnya. Hal itu membuat Tira yakin bahwa Ayas akan mengizinkannya. “Boleh, kan?” tanya Tira lagi. Ayas pun mengangguk. “Boleh,” jawabnya. Tira langsung sumeringah. Ia sangat senang karena diizinkan oleh Ayas. Namun, kemudian Ayas menghancurkan harapannya. “Kamu boleh keluar dari rumah ini sekarang juga,” skak Ayas. Tira yang sedang tersenyum itu seketika kaku. “Kamu kok malah ngusir aku?” keluh Tira. “Kamu tadi janjinya apa? Udah aku duga pasti kamu tuh niat macem-macem. Makanya dari pada nanti kamu makin menjadi-jadi, lebih baik keluar sekarang!” ucap
Read more
Bertemu Opa-Oma
Beberapa saat kemudian, asisten rumah tangga di rumah orang tua Ayas keluar dan membukakan pagar untuk Vano dan Tira. “Maaf, cari siapa, ya?” tanya ART. “Ibu dan Bapak ada?” tanya Tira. Asisten rumah tangga pun mengangguk. “Ada, kalau boleh tahu, ada perlu apa Bapak datang ke sini?” tanyanya lagi. “Saya datang untuk menyampaikan informasi tentang Laras,” jawab Tira. ART terkesiap setelah mendengar nama Ayas. “Mbak Ayas?” tanyanya lagi. Tira mengangguk. “T-tunggu sebentar ya, Pak,” ucap ART itu. Kemudian ia berlari ke dalam dan melapor ke orang tua Ayas. “Bu,” ucapnya. “Siapa, Mbak?” tanya mamah Ayas, santai. “Itu … ada tamu, katanya mau menyampaikan informasi tenang Non
Read more
Urusan Penting
“Kenapa Ayas gak ikut? Dia baik-baik aja, kan?” tanya mamah Ayas. Ia mengkhawatirkan kondisi anaknya yang sampai saat ini belum ia temui itu. “Sejujurnya Laras masih belum berani menemui Ibu dan Bapak. Dia takut jika kalian menolaknya,” jawab Tira. Mamah Ayas langsung menoleh ke arah suaminya. “Pah, Papah sudah memaafkan anak kita, kan?” tanya mamah Ayas sambil berurai air mata. Ridu yang ia pendam sudah menggunung. Sehingga rasanya ia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Ayas. “Tentu, Mah. Papah menyesal atas apa yang telah papah katakan dulu. Sebenarnya dulu papah hanya emosi. Mana mungkin papah sungguh-sungguh ingin membuang anak sendiri, Mah?” sahut papah Ayas. Sebenarnya papah Ayas pun selama ini diam-diam mencari keberadaan Ayas. Bahkan ia meminta bantuan sahabatnya yang memiliki chanel di banyak daerah. Namun sayang,
Read more
Membatalkan Pertunangan
Beberapa saat kemudian, Tira sudah tiba di sebuah restoran. Sebelumnya ia sudah membuat janji dengan orang tua Helen. “Selamat siang, Om. Apa kabar?” sapa Tira, saat tiba di restoran. Orang tua Helen datang lebih dulu karena mereka sangat antusias ketika Tira mengajak mereka bertemu. Sebab, sejak anak mereka bertunangan dengan Tira, pria itu tidak pernah menemui mereka secara khusus seperti ini. Saat Tira datang bersama Vano, mereka sempat bingung dan bertanya-tanya. Namun mereka tidak ingin berprasangka dan berharap bahwa itu hanya keponakan Tira. Setelah Tira dan Vano duduk, mereka pun mulai basa-basi untuk mencairkan suasana. Sebab, meski Tira adalah calon menantu mereka, tetapi justru merekalah yang nervous saat menemui pengusaha paling kaya itu. “Oke, aku tidak punya banyak waktu, kita langsung saja,” ucap Tira. Mereka berdua pun
Read more
Kejutan untuk Ayas
Mamah Ayas langsung memberi kode pada Tira untuk tidak memberi tahu bahwa saat ini ia sedang berada di depan Tira.   “Orang tuamu lagi gak ada di rumah, Sayang,” jawab Tira, lesu.   Saat itu Vano sedang asik merakit Lego yang dibelikan oleh opa-nya sebelum berangkat ke bandara tadi.   Baru bertemu dengan cucunya setelah sekian lama, papah Ayas pun ingin menyenangkannya dengan membelikan mainan. Sehingga Tira tidak perlu khawatir Vano membongkar kebohongannya.   Wajah Ayas pun langsung lesu. Padahal ia berharap Tira dapat membawa orang tuanya ke Solo. Namun ternyata saat ini Tira sudah berada di pesawat dan orang tuanya tidak ada di sana.   “Maaf, ya. Lain kali aku pasti akan berusaha untuk menemui mereka lagi,” ucap Tira dengan tampang memelas.   “Kamu gak coba nunggu?” tanya Ayas. Ia berharap Tira mau menunggu, barang kali orang tuanya akan pulang ke rumah b
Read more
Tidak Diizinkan
“Iya, Sayang. Maaf, ya. Tadi aku sudah berbohong,” jawab Tira. Ia tahu bahwa Ayas sedang terkejut melihat orang tuanya ada di sana. “Terima kasih, Pi,” ucap Ayas. Ia sudah tidak dapat membendung air matanya lagi. Ayas pun langsung memeluk Tira sebagai tanda terima kasih. Lama tidak bertemu orang tuanya dan terakhir kali mereka bertemu, ia diusir oleh orang tuanya. Sehingga Ayas sedikit canggung dan tidak berani menghampiri mereka lebih dulu. “Jika bukan karena kamu, mungkin sampai saat ini aku tidak akan bertemu dengan orangtuaku, Pi. Huhuhu,” lirih Ayas. Tangisannya terdengar begitu menyayat hati. Mamah dan papah Ayas pun ikut terharu. Kemudian mamah Ayas menghampiri anaknya. “Kamu ke mana saja, Yas. Selama ini mamah mencari kamu,” ucapnya. Ayas melepaskan pelukannya, kemudian ia menoleh ke arah mamahnya. &ldqu
Read more
Tira Mengancam Orang Tuanya
Papah dan Mamah Ayas tidak tega melihat anaknya seperti itu. Namun, mereka ingin melihat sedikit usaha dari Tira. “Maaf ya, Sayang. Bukan kami ingin menyusahkan kamu. Tapi ini semua demi kebaikanmu,” ucap papah Ayas. Tira dan Ayas pun langsung lemas. “Begini saja. Jika kalian ingin menikah besok, papah akan mengizinkan apabila orang tua Nak Tira hadir. Namun, jika mereka tidak bisa hadir, papah tidak mengizinkan kalian untuk menikah,” tantang papah Ayas. Tira menelan saliva. Jika hanya mamahnya, mungkin Tira masih bisa memaksa. Namun, ia tidak yakin papahnya bisa hadir. Sebab, saat ini saja papah Tira sedang tidak ada di Solo. “Begini, Pak. Mamah saya mungkin bisa hadir, tapi saat ini papah saya sedang di luar negeri. Bagaimana jika saya mengundang beliau untuk menyaksikan pernikahan kami secara daring?” tanya Tira. Papah d
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status