All Chapters of Ajari Aku Salat: Chapter 11 - Chapter 20
222 Chapters
Dia Bukan Orang Lain 1
“Ada apa Pak Hasan?” tanya Salman yang baru saja datang.   Akhirnya Salman yang menawarkan pada Marc, kalimat yang ditanyakan oleh pria bernama Hasan tersebut barulah Marc paham. Marc mengikuti Salman untuk membersihkan diri. ***Meyyis*** Esok harinya Marc menjemput Zahra sudah dengan dirinya yang berbeda. Tidak lagi Marc yang menggoda Zahra. Lelaki itu tampak menjaga diri. Walau sejujurnya dia ingin sesekali menggoda wanita itu. Hari-hari terlewati dengan mulus. Hingga satu hari harus bertemu dengan klien. Kali ini Zahra juga ikut.   “Kita ketemu partnert di kantornya, Za. Karena sedang puasa, tidak mungkin bertemu di restoran.” Zahra hanya mengangguk. Sesekali Mrc melirik ke arah Zahra. Meneliti kembali sebenarnya apa yang dimiliki Zahra, sehingga hari-harinya begitu sunyi tanpa wanita itu? Semakin dia menelisik semakin Marc jauh dari kata sepakat dengan hatinya. Kepalanya bilang untuk menghentikan kegilaan ini, karena Marc
Read more
Dia Bukan Orang Lain 2
Zoya memang gemar belanja mewah dan jalan-jalan ke luar negeri. Berbeda dengan Zahra yang tidak suka berfoya-foya. Hanya sesekali saja, dirinya berbelanja. Hal itu juga kalau tidak butuh-butuh amat.Zahra sudah meremas tangannya. Tatapan Raehan yang terkesan merendahkan membuat Zahra tidak nyaman.***Meyyis*** Marc yang menyadari perubahan tingkah laku Zahra mengembuskan napasnya lelah. Mereka berbincang ringan awalnya. Kemudian berbincang sedikit serius sampai menuju ke intinya. “Bisakah tidak ada orang lain saat perbincangan bisnis kita?” Raehan mulai berulah. Marc mengeratkan rahangnya. “Dia bukan orang lain bagi saya. Bagi Anda mungkin sudah menjadi orang lain. Tapi tidak dengan saya. Keputusan saya tergantung dari keikhlasan dia.” Marc dengan gentle membungkam mulut sampah Raehan. Lelaki yang beberapa tahun lebih tua dari Marc tersebut merasa konyol. Kebenciannya pada Zahra sepertinya merubahnya tid
Read more
Calon Ayah 1
“Kita masuk ke sana lagi?” tanya Zahra. Marc menggeleng. Dia tidak lagi berkeinginan bekerja sama dengan Raehan. Menurutnya, lelaki itu tidak profesional. Bukan hanya tentang perangainya yang buruk terhadap Zahra. Namun akan sangat sulit nantinya bekerja sama dengan orang yang tidak profesional.   Zahra merasa menyesal. Seharusnya dia tidak ikut saja tadi, beralasan apa begitu untuk menghindar. Zahra sungguh tidak ingin menjadi penyebab seseorang kehilangan rizeki. Walau itu mantan suaminya, terlebih Marc seorang mualaf yang baru semalam mengikrarkan diri menjadi Muslim. Zahra memandang lekat wajah Marc yang fokus menatapnya. Dia mulai memilin ujung jilbabnya karena merasa tidak nyaman dan merasa bersalah. Sepersekian menit mereka saling diam untuk menarasikan pikirannya masing-masing. “Aku minta maaf, Marc. Karena aku, kau kehilangan miliyaran.” Marc menggelengkan kepala
Read more
Calon Ayah 2
“Hai, Jelita.” Marc berbicara dengan tangannya mengeja nama Jelita. Lelaki itu terlihat mahir melakukannya.  ***Meyyis*** Zahra menganga sampai mulutnya terbuka. Lelaki itu penuh kejutan. Dia bahkan lebih piawai dari pada dirinya. Wanita tiga berhidung mancung itu sepersekian detik terpaku dengan yang dilakukan oleh pria berkebangsaan Prancis tersebut. “Kondisikan mulutmu, nanti batal kalau lalat mampir.” Selalu Marc mampu membuat Zahra tak berkutik. Sedangkan Jelita memandang bergantikan wajah mamanya yang shock dan wajah lelaki yang katanya teman mamanya itu. “Oh, mama lupa mengenalkan pada Jelita. Itu namanya Uncle Marc.” Ajaib! Jelita langsung mendekat dan memeberikan tangannya untuk meraih tangan Marc dan menciumnya. Ini kejadian langka. Sebab, selama ini Jelita takut dengan makhluk yang bernama laki-laki. Dengan Ruben yang sering berkunjung ke ru
Read more
Kau Sudah Khitan?
“Dia baik, sepertinya menyukai Jelita juga. Kau tidak berpikir untuk menikah dengannya?” Zahra hampir saja tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana bisa ibunya berpikir demikian. Marc adalah kliennya. Dia hanya bekerja pada Marc sebagai tour guide untuk menemani perjalanannya. Belum tentu Marc mencintainya juga. Apalagi dengan statusnya.  BAB XIKAU SUDAH KHITAN? “Ma, aneh-aneh saja. Mana mungkin dia menyukaiku. Marc itu klienku, jadi jangan berpikir macam-macam.kebetulan saja, dia bisa bahasa isyarat.” Zubaedah tersenyum. Dia sudah banyak makan asam garam. Mendekati Jelita adalah trik Marc untuk mengambil hati Zahra. Tidak mungkin Zubaedah salah menerka. Bahkan pandangan lelaki itu terhadap putrinya adalah tatapan terpesona dan mengharap. “Kalau dia menyukaimu?” Zahra berhenti mengangkat pakaian itu. Dia berpikir sejenak, kemudian menggeleng. &ldqu
Read more
Kau Sudah Khitan? 2
Ternyata dia seorang psikolog, kenapa berbisnis? Bisnisnya juga jauh dari keahliannya. Zahra mulai menaruh kekaguman terhadap lelaki itu. Bukan pria terhadap wanita pada umumnya. Tapi manusia kepada manusia yang memiliki tingkat kecerdasan yang melebihi dirinya.  ***Meyyis*** Hari demi hari urusan Marc hampir tidak ada kendala. Dirinya juga menyempatkan diri mengikuti kajian. Malam hari praktis dirinya jarang di apartemen. Waktunya digunakan di pondok pesantren untuk mengkaji agama. Satu yang luput ditanyakan oleh Kyai Kholid. Bahwa dirinya sudah khitan atau belum. “Pak Kyai, saya ingin menikah. Bagaimana hukumnya?” Pak Kyai Kholid tertawa mendengarnya. “Dengan wanita muslimah?” tanya Kyai Kholid. “Tentu saja.” Pak Kyai Kholid mengangguk. Lelaki paruh baya itu baru ingat satu hal. Bahwa Marc berasal dari luar negeri. Jarang orang s
Read more
Doa Khusus 1
Angin malam melambaikan rambutnya tersebut hingga aura ketampanannya sulit dihempaskan dari wajahnya. Remang cahaya rembulan tepat menusuk ke wajah gagahnya. Sampai sangat larut, lelaki itu berada di balkon. Angin malam yang menusuk karena mulai dini, membuat dia goyah dan masuk ke dalam.                  Rasa kantuk mulai menggerayangi matanya. Dia berbaring. Sebelum itu, membuka ponselnya dan terlihat walpappernya wajah Zahra yang sedang tersenyum bersama Jelita di pangkuannya. Lelaki itu tersenyum dan mengapsen setiap inci kulit gambar itu, kemudian mengecup layar ponselnya. Biarkan malam ini hanya layar ponsel yang menyentuh bibirnya. Dalam hati dia yakin bahwa suatu hari Allah akan menjawab setiap doa-doanya.***Meyyis***&nbs
Read more
Doa Khusus 2
Sambil menunggu imsak, Zahra meminta Marc untuk gosok gigi. Dia memberikan sikat baru pada Marc. Setelahnya, mereka saling bercengkarama di ruang keluarga sambil sesekali nyemil buah yang sudah dipotong. “Zahra, besok antar aku khitan, ya?” Zahra tersedak air putih yang sedang dia minum.***Meyyis*** Marc bangkit akan menolong Zahra. Tapi wanita itu mengangkat tangannya dan menyuruh Marc duduk kembali. Zubaedah tak kalah kagetnya jika Marc belum di sunat. Batin Zubaedah, “apa nggak alot sudah bangkotan?” Dia ingin tertawa tapi merasa kasihan. Tidak tertawa tapi sangat lucu. Akhirnya wanita senja itu hanya menahan tawanya di dada saja, sehingga perutnya terasa sakit. Demikian juga dengan Zahra. Dia kaget sekaligus ingin tertawa. Namun takut Marc tersinggung. “Ehem, ehem, kau besok ada pertemuan. Sebaiknya ajukan saja pertemuan itu. Setelah itu, baru pergi ke dokter. Habis di sunat itu
Read more
Gertakan 1
Sebelum benar-benar pergi, Marc memandang wajah Zahra intens. Matanya seolah mengatakan bahwa Marc menginginkan Zahra untuk mendampinginya. Tapi entahlah! Pakah Zahra memiliki perasaan yangs ama? Tiba-tiba ada perasaan psimis. “Terima kasih. Aku jalan dulu.” Marc masuk ke dalam mobilnya dan melaju.***Meyyis***Zahra menunggu hingga Marc menghilang ditelan tikungan jalan. Wanita itu masuk ke dalam rumah. Dia tersenyum menuntaskan rasa gelinya. Bagaimana rasanya sudah besar baru saja disunat. Tapi lebih baik terlambat dari pada tidak. Zahra memilih untuk masuk ke tempat salat kecil yang ada di rumahnya. Beberapa lembar ayat untuk mengisi waktu sampai mentari menyapa dunia. Zahra sudah selesai membaca Al-Qur’an saat Jelita menangis karena kehilangan Marc. Dia berjalan mondar-mandir karena Marc tidak pamit dengannya. “Hai, Cantik! Menangis?” Jelita menggerakkan tangannya untuk bic
Read more
Gertakan 2
“Sudah, Nak. Nanti Uncle datang, Mama belum siap.” Jelita menyelesaikan mandinya. Gadis belia itu keluar dengan handuk yang sudah membalut tubuhnya. Zahra mengajari caranya mengenakan baju. Jelita menurut. ***Meyyis*** Zahra sudah siap ketika Marc datang. Dia baru saja selesai memakai kerudung setelah memakai gaun warna krem. Marc tersenyum melihat wanita itu keluar dengan gaun mengagumkannya. Jelita yangs ejak tadi bergelayut manja di leher Marc turun. Jelita menggandengan Zahra dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya menggandeng Marc. Kedua orang dewasa itu saling tatap dalam diam, tapi mengisyaratkan suatu bahasa kalbu yang hanya mereka yang mengerti. Jelita mencium pipi Marc juga Zahra secara bergantian. Wanita itu sedikit mendorong keduanya menandakan mengijinkan keduanya untuk pergi. Dari kejauhan Zubaedah datang. Dia tahu kalau anaknya mau pergi kerja. “Kalian hati-hati ya?” Marc meng
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status