Lahat ng Kabanata ng Ajari Aku Salat: Kabanata 51 - Kabanata 60
222 Kabanata
Jangan Marah 1
“Kau tidak curiga, kalau dia yang membuat Marc urung menyuntikkan dana ke kita? Harusnya kita bikin sedikit pelajaran, agar dia tidak songong.” Raehan mulai terpengaruh. Lelaki itu terlihat mengeratkan rahangnya, sehingga Zaoya menjadi tersenyum tipis miring, penuh arti. Lagi-lagi dia mengeluarkan bisa racunnya untuk meracuni pikiran suaminya.***Meyyis*** Raehan mencari tahu data tentang Marc. Dia sudah memulai, mengapa tidak melanjutkan? Raehan menghubungi kawannya yanga da di kantor KUA tersebut. Dia tahu jika Marc mendaftarkan diri lewat online sebuah pernikahan dan perempuannya atas nama Zahra mantan istrinya. “Fauzi, bisa ‘kan kau persulit dia?” ucap raehan. “Kenapa? Karena mantanmu begitu?” Oaran di seberang sana menebak. “Itu salah satunya. Tapi yang paling penting, dia yang urung menyuntikkan dana pada perusahaanku. Tenang saja, ada bonu
Magbasa pa
Jangan Marah 2
“Lo seharusnya membiarkan dia gue pukul. Gedeg banget gue lihat tampangnya yang sok alim tapi busuk dan bejat. Dia hanya menyulitkanmu, Marc. Aku tidak tahu apa tapi aku bersumpah tidak akan melepaskannya kalau kamu tidak bisa menikah tepat waktu.” Ruben sangat emosional dan ingin sekali meremukkan tulang-tulang manusia rendah itu. Ruben sambil berjalan terus saja mengomel untuk meluapkan segala macam amarahnya.***MEYYIS*** “Ben, terima kasih sudah mengkhawatirkan pernikahanku dan Zahra. Aku bisa minta tolong Jason sahabatku untuk memenuhi surat yang di inginkan oleh dia.” Kini Marc lagi yang menyetir. Lelaki itu hanya ngedumel di samping Marc. “Sudah, nanti gantengnya ilang lho. Bule-bule luar suak orang Indo itu karena mereka ramah dan tidak mudah marah. Apa kamu tahu itu?” Ruben tertawa mendnegar celoteh dari Marc tersebut. “Termasuk kamu? Gue jijik banget bener sama o
Magbasa pa
Kamu Serius 1
Raehan memang sudah dibutakan pada istri barunya yang bernama Zoya. Kecantikannya rupanya membuatnya takluk bahkan nuraninya sudah mati. Marc dan Ruben sudah sampai di depan kamar Zahra. Kali ini ada dua polisi yang jaga karena memang lelaki itu menginginkan keselamatan untuk Zahra. Tidak seperti kemarin Zoya datang dan mengancam. ***Meyyis*** Jason langsung saja melakukan yang diminta oleh sahabatnya. Dia langsung ke kantor setingkat kecamatan. Sebenarnya surat-menyurat seperti itu dapat diakses secara online, tapi memang orang KUA itu mempersulit Marc atas perintah dari Raehan. Dari lubuk hati yang terdalam lelaki itu belum dapat move on dari Zahra. Hanya rasa gengsi yang menyulut jiwanya sehingga mendahulukan rasa benci dari pada nurani. Jason sudah mendapatkannya, sekaligus dengan stempel basah yang diinginkan oleh petugas itu. Jason memotret dokumen itu kemudian mengirimkan gambarnya kepada Marc. Ucap syukur menggem
Magbasa pa
Kamu serius? 2
“Masih diperiksa, Ma. Sepertinya nanti aku ngomong sama dokter agar dirawat dirumah saja. Ma, maafkan Marc belum sopan meminta sama mama. Lebaran kita mau menikah.” Zubaedah di seberangs ana terkejut. Walau sebenarnya dia berharap hal yang sama, namun tidak secepat itu. “Kamu serius, Nak?” Zubaedah tidak percaya dengan kabar yang dia dengar.***MEYYIS*** “Tentu saja aku sangat serius, Ma. Aku mencintai Zahra, dia juga bersedia aku halalkan. Hanya saja, surat-menyuratnya masih kurang satu. Doakan bisa ya, Ma.” Marc meminta restu kepada sang calon mertua. Walau terkesan sangat tidak sopan, tapi ini darurat. Mungkin besok baru dia akan mengadakan acara lamaran. Dirinya sudah menyuruh beberapa kenalannya untuk menyiapkannya. Setelah malamnya lamaran, tiga hari kemudian dia akan menikahinya. Membayangkannya saja, membuat Marc sangat bahagia. “Tuan, Marc. Bisa Anda masuk sebenta
Magbasa pa
Racunnya Mulut
“Stop! Sudah, sudah ... perutku sakit karena tertawa. Kau bahagia, Sayang? Jangan kencang-kencang tertawanya. Ingat perutmu.” Zahra menghentikan tawanya berganti hanya tersenyum saja. “Duh, yang mau kawin! Haureux (Bahagianya). Sampai nggak lihat aku datang dari tadi dicuekin.” ***Meyyis*** Zahra terlihat bersemu merah. Sedangkan Marc terlihat kaget bahwa yang datang adalah Jason sahabatnya. Lelaki itu menghampiri Jason dan memeluk sahabatnya itu. Seperti tidak jumpa bertahun-tahun Marc memeluknya sangat erat. “Sudah jangan berlebihan. Lepasin gue kecekek ini.” Ya, tinggal beberapa bulan di Indonesia membuat Marc lebih bisa beradaptasi dengan bahasa gaul. Apalagi Jason yang bolak-balik ke Indonesia. “Ini dokumen yang lo minta.” Marc terlihat sangat terharu sehingga air mata menggantung di pelupuknya. “Za, jaga sahabat gue agar tidak n
Magbasa pa
Racunnya Mulut 2
“Awas saja ya, Zahra! Gue akan buat lo juga mengalami kemiskinan. Gedeg banget gue, dari dulu Lo selalu hidup enak. Jika lo mau inget dosa, gue adalah Lupita yang saat SMA dulu lo khianati.” Zoya mengomel dalam hati. Sebenarnya ada rahasia apa saat SMA? Apa yang dilakukan Zahra sehingga Zoya begitu dendam dengan Zahra?***MEYYIS*** Esok hari sudah menjelang. Kini saatnya acara lamaran itu dilakukan. Surat menyurat sudah beres diurus oleh Ruben. Lelaki itu mengancam Fauzi akan memenjarakannya jika tidak meloloskan data milik Marc. Maka dari itu lelaki itu ketakutan dan meloloskan data milik Marc. “Zahra, kamu cantik banget.” Ibu Zubaedah yang memujinya. Zahra hampir tidak memiliki teman. Waktunya habis hanya untuk mengurus pekerjaan dan putrinya. Hari ini adalah lamaran resmi Marc kepada wanita itu. Lelaki berkebangsaan Prancis itu sudah turun dari mobil mewahnya dengan balutan tuxedo yang sangat elegan. Di bela
Magbasa pa
Nyinyiran Tatangga 1
“Eh, kok mau ya? ‘Kan Zahra anaknya bisu. Nggak takut apa, kalau keturunannya juga nanti bisu.” Ibu yang baru saja bulang negatif tentang Jelita itu mendapatkan sorotan tajam dari yang lainnya.***Meyyis*** “Kenapa? Bener ‘kan yang aku bilang? Nggak salah?” Wanita dengan gamis model kelelewar dan turban di kepalanya yang berwarna ungu dan kerlap-kerlip itu membela diri. “Heh, Bu baskoro! Kamu itu lah emang ngeselin banget kok. Kamu memang tidak salah. Tapi mulutmu itu seperti orang yang tidak sekolah. Pedes banget ngungkuli cabe bagong yang dari Dieng itu. Ya Allah.” Salah seorang komentar mengenai sikap dan ketidaksoanan dari wanita yang dipanggil Bu Baskoro tersebut, karena memang dia dari Jawa dan orang Jawa identik dengan memanggil nama suaminya jika sudah menikah. “Lho, salahe ono ngendi? Salahnya di mana? Bener to, kalau dia memang cacat?” Suara nya
Magbasa pa
Nyinyiran Tatangga 2
“Ah, sebentar. Marc, kau tidak takut jika anak kita nanti cacat atau semacamnya?” Marc terdiam mendengar perkataan dari Zahra. Dia tidak percaya bahwa calon istrinya itu bisa berpikir demikian. ***MEYYIS*** Marc belum menjawab. Dia membuka pintu mobil. Suara dentuman terdengar. Sehingga Zahra dapat menduga jika lelaki itu keluar dari dalam mobil. “Sayang, kamu kok bisa berpikir demikian? Tuhan memberikan anugrah sama kita harus disyukuri. Bukankah memang harus begitu? Jangan berpikir hal yang negatif tentang rahmat Allah. Bukankah Allah akan memberikan sesuatu sesuai dengan prasangka hambanya?” Deg ... Zahra tersadar. Dia sudah mulai kufur dengan nikmat yang diberikan oleh Allah. Jelita adalah seluruh hidupnya. Walau pun dunia membuangnya, hanya dia yang akan menyayanginya sampai napas terakhir yang Tuhan titipkan. “Astagfirullah.” Zahra beristighfar menmyadari kekeliruannya.&n
Magbasa pa
Sayang, Sudah Subuh 1
“Jadi gini, aku lagi jalan sama dia ‘kan di wilayah Ulu Watu. Masuk ke mall itu. Ada seorang bule perempuan. SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) gitu. Dia menggandeng Marc. Bingunglah Si Marc. Setelah beberapa meter menyadari, Marc berusaha menepis pelukan wanita itu dan berkata ‘ini istri saya, jangan menggangguku, ya. Aku sudah menikah’ hahaha.” Mereka bengong. “Lah, apa hubungannya?”                                 BAB XXXIIISAYANG, SUDAH SUBUH  “Ngga
Magbasa pa
Sayang, Sudah Subuh 2
Marc memperbaiki sarung yang dia kenakan menjadi lebih pendek agar mobilitasnya lebih mudah. Terdengar suara ketel dan dia mulai menyeduh teh dan bersama itu pula, roti keluar dari panggangan. “Marc, kau sudah bangun?” Suara Jason dari arah kamarnya. ***MEYYIS*** “Iya, sarapan Marc. Kita harus segera ke rumah Zahra.” Mereka memakan sarapannya dengan lahap. Jason menuju kamarnya nuntuk siap-siap. Demikian juga dengan Marc. Tidak ada persiapan khusus kecuali semalam lafal qabul yang sudah dia hapalkan. Marc hanya memakai kaos dan jaket, karena tuxedo pernikahan sudah ada di rumah Zahra. Maka dari itu, mereka akan lebih dini datang ke rumah Zahra. “Kamu kok pakai kaos?” Jason memang tidak tahu jika semua perlengkapan tempur memang ada di rumah Zahra. “Ada di rumah Zahra semua. Yuk!” Berrbeda dengan Marc yang sudah memakai tuxeso lengka
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
23
DMCA.com Protection Status