Semua Bab Istri Bayaran Untuk Tuan Muda: Bab 1 - Bab 10
10 Bab
Bab 1. Pertemuan Tidak Terduga
Herin Raveena adalah seorang gadis yang berusia 20 tahun. Di usianya yang masih muda, dia hidup sebatang kara. Sejak kecil dia diasuh oleh tante lantaran kedua orang tuanya sudah meninggal. Pada usia 15 tahun, Herlin kehilangan tante beserta calon keponakannya gara-gara keluarga dari pihak suami tante. Mereka tidak menyetujui atas pernikahan itu.Sejak saat itu, Herlin berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia bekerja sampingan untuk membantu biaya sekolah dan juga biaya masuk ke Universitas. Semua pekerjaan dia lakoni demi bisa menyelesaikan kuliah. Dia bertekad akan lulus kuliah secepatnya dan bisa bekerja di perkantoran. Supaya bisa hidup dengan layak.Namun sayangnya, Herlin baru saja dikeluarkan dari dua pekerjaan dalam seminggu. Dia memiliki tiga pekerjaan sampingan. Pagi harinya bekerja di toko sebagai pengangkut barang. Di waktu siang sampai sore dia akan bekerja sebagai pelayan. Kemudian pada malam hari sampai jam dua belas malam, dia bekerja
Baca selengkapnya
Bab 2. Kabur
Nathan tidak suka melihat ada orang yang menyentuh Herlin di depan matanya. Ada rasa marah dan emosi yang meluap. Rasanya dia ingin memotong tangan tersebut."Tuan Putri, kamu tidak apa-apa?" tanya Nathan ingin menyentuh Herlin.Herlin dengan cepat mundur. Dia masih takut dengan Nathan yang tiba-tiba memeluknya."Kamu apa-apaan. Berani-beraninya kamu peluk seorang perempuan yang tidak kamu kenal. Apa kamu tidak punya malu," bentak Herlin dengan marah."Tuan Putri, Tuan Putih jangan marah sama Nathan ya," bujuk Nathan sedih dimarahi Herlin."Siapa yang Tuan Putri. Apa kamu masih bocah memanggil aku dengan sebutan Tuan Putri. Aku ini Herlin," ujar Helin malah memperkenalkan diri."Jadi nama Tuan Putri Herlin ya. Kalau Nama pangeran, Nathan," sahut Nathan menjulurkan tangannya dan tersenyum lebar. Herlin melongo melihat Nathan yang menjulurkan tangannya seperti anak kecil. Sama seperti bocah yang mengajak berkenalan. Apalagi Nathan
Baca selengkapnya
Bab 3. Lepas Kendali
"Cepat cari identitas gadis tadi. Aku mau kamu mendapatkan seluruh identitas tentang gadis itu sebelum Nathan terbangun," perintah Edwin. "Tuan Besar, jangan-jangan gadis tadi itu ….""Kamu jangan banyak tanya lagi. Cepat laksanakan perintahku." "Baik Tuan."Sam segera berlari untuk mencari identitas Herlin. Jika Herlin tidak ditemukan dengan cepat, maka akan timbul masalah besar."Pa, bagaimana ini. Apa mungkin gadis tadi adalah ….""Kamu tenang dulu. Kita akan cari gadis itu sampai ketemu. Semuanya pasti akan baik-baik saja," kata Edwin menenangkan Samira.Samira sudah bisa membayangkan kalau masa lalunya bi
Baca selengkapnya
Bab 4. Sejarah Keluarga Alexander William
Keluarga Alexander William merupakan keluarga yang setiap tahun hanya memiliki anak laki-laki sebagai penerusnya. Keluarga Alexander William juga merupakan keluarga yang sangat kaya raya. Harta mereka tidak akan habis sampai beberapa turunan. Setiap keturunan keluarga Alexander William diberkati oleh wajah yang sangat tampan, maskulin dan rupawan. Serta bentuk tubuh yang tinggi, kulit putih bersih dan gagah. Sehingga membuat banyak perempuan menyukai keluarga Alexander William. Hingga pada suatu hari, ada salah satu dari keturunan mereka yang gemar mempermainkan perasaan perempuan. Dia sangat suka memberikan janji palsu kepada semua perempuan yang dia kejar.  Lalu ada salah satu perempuan yang sangat polos yang masuk dalam jebakan dia. Dia berjanji akan menikah dengan p
Baca selengkapnya
Bab 5. Tiba di Kediaman Alexander William
Nathan baru saja siuman dari efek obat yang telah disuntikkan oleh Edwin. Dia duduk di atas kasur dengan linglung. Memproses apa yang terjadi. Saat sedang sibuk memikirkan apa yang terjadi, telinganya menangkap suara teriakan Herlin. Nathan dengan cepat melempar selimut dan berjalan ke arah balkon kamar. Dari sana asal sumber suara Herlin. Dia menatap ke arah bawah, dimana para bodyguard yang sedang menarik tangan Herlin. Kemudian memaksa Herlin dengan cara dipangkul seperti karung beras. Nathan meremas pinggiran pembatas balkon. Dia sangat marah melihat perlakuan bodyguard terhadap Herlin. Tidak boleh ada yang menyentuh Herlin, apalagi memperlakukannya dengan kasar. "Lepaskan dia. Apa yang kalian lakukan kepada Tuan Putri!" teriak Nathan dari lantai dua sambil menunjuk ke a
Baca selengkapnya
Bab 6. Tawaran
Herlin ingin sekali melepaskan tangan Nathan. Dia sangat risih dengan Nathan yang memeluk tangannya. Ditambah banyak mata yang melihatnya. Tapi kekuatannya kalah dibanding Nathan.   "Sayang, kamu harus tidur," bujuk Samira lagi.   "Tidak mau," tolak Nathan.   Nathan membuang muka. Dia melipat kedua tangan serta bibir yang mengerucut dengan masih memeluk tangan Herlin.   "Nathan, kamu pergilah ke kamar kamu. Kakek ingin bicara sama Herlin," suruh Edwin dengan tegas.   "Tidak mau, Kek," ucap Nathan dengan manja.   Nathan lebih menurut kepada Edwin dibandingkan kedua orang tuanya. Menurutnya, Edwin sangat menakutkan kalau sudah marah. Dia juga sering dihukum sama Edwin kalau berbuat salah. Orang tuanya tidak pernah menghukum dia.   "Kamu pergilah ke kamar kamu. Kakek janji, kamu nanti akan melihat Herlin setiap hari di samping kamu," bujuk E
Baca selengkapnya
Bab 7. Pertemuan Pertama dengan Edwin
"Memangnya kita pernah bertemu dulu. Saya tidak mengingat kamu sama sekali," sahut Edwin setelah mengingat keras namun tidak ada satu memori pun tentang Herlin. "Sepertinya Tuan sudah lupa dengan saya. Oh iya, mana mungkin orang penting seperti Tuan mengingat saya yang hanya butiran debu," balas Herlin. "Kamu bicara tidak perlu mutar-mutar. Langsung ke intinya saja," suruh Edwin tidak suka main tebak-tebakan. "Baiklah, saya akan katakan langsung. Saya ini keponakan dari Karina. Apa Tuan masih mengingat perempuan yang bernama Karina?" "Karina?" Pikir Edwin mengingat nama yang tidak asing baginya. Namun dia juga masih tidak ingat siapa Karina itu. "Saya tidak pernah mengenal orang yang bernama Karina,"balas Edwin.  "Ternyata Tuan juga sudah lupa sama tante saya. Atau jangan-jangan, Tuan juga sudah lupa sama om Wisnu," sambung Herlin memancing Edwin.
Baca selengkapnya
Bab 8. Ancaman Edwin
Edwin mengamati Herlin dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tubuh Herlin sangat kecil untuk ukuran anak SMA. Ditambah dengan sikap Herlin yang manja, dia langsung beranggapan kalau Herlin adalah anak sekolah dasar. "Siapa bocah ini?" tanya Edwin dengan muka datar. "Siapa yang …." Karina segera menghentikan Herlin. Sebelum Herlin protes tidak terima dibilang bocah. Daripada nanti bermasalah. "Ini keponakan saya. Jadi kalau boleh saya tahu, apa maksud Tuan datang ke sini?" tanya Karina dengan sopan. Karina tidak mau dicap buruk. Harus terlihat baik di keluarga suaminya yang belum pernah ditemui. Sekaligus sebagai tamunya. Edwin men
Baca selengkapnya
Bab 9. Pulang
 "Ini, kakek aku yang memberinya?" "Iya, dia minta kita untuk berpisah." "Berpisah?" "Apa benar selama ini kamu berbohong sama aku. Kamu ini bukan orang biasa?" tanya Karina dengan mata berkaca-kaca. "Karina, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk membohongi kamu. Aku hanya ingin hidup seperti orang-orang biasa. Aku di sana sangat tertekan. Semuanya serba diatur. Aku tidak boleh melakukan ini, tidak boleh itu. Maka dari itu, beberapa tahun yang lalu aku minggat dari rumah tanpa membawa uang sepeserpun. Aku ingin hidup dan menemukan orang-orang yang benar-benar mencintai aku apa adanya seperti kamu. Kamu masih mencintai aku kan? Kamu jangan marah ya," mohon Wisnu. Wisnu sangat takut kehilangan Karina. Tidak mau Karina marah dan minta berpisah. Karina segalanya bagi dia untuk sekarang dan selamanya. Dia sangat kehilangan segalanya, kecuali Karina. 
Baca selengkapnya
Bab 10. Dikurung
Karina di rumah sangat khawatir dengan keadaan Wisnu. Sudah beberapa hari tidak ada kabar sama sekali tentang Wisnu sejak pulang ke kediaman Alexander William. Setiap detik Karina menunggu kedatangan Wisnu di sepanjang rumah. Senantiasa berdoa Wisnu akan pulang dengan selamat dan baik-baik saja. "Tante, apa Tante lagi memikirkan Om Wisnu?" tanya Haerlin menghampiri Karina yang duduk di depan rumah. "Tidak sayang," sahut Karina menoleh ke arah lain. Takut ketahuan berbohong sama Herlin. "Tante tidak perlu bohong sama Herlin. Kita sudah hidup bersama selama ini. Apa Tante tidak percaya sama Herlin?" tanya Herlin dengan sedih. Tantenya tidak mau berbagi cerita dengannya. "Maafkan Tante Herlin. Tante tidak mau membuat kamu ikut cemas. Tante memang sangat khawatir sama suami Tante. Tante takut terjadi apa-apa sama dia," jelas Karina. "Tante yang sabar ya. Pasti om Wisnu akan kembali i
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status