Semua Bab Pendekar Pedang Api: Bab 31 - Bab 40
167 Bab
Ch. 31 - Keteguhan Hati
Di sana dijelaskan bahwa saat dirinya dapat merasakan seluruh aliran darah dalam tubuhnya maka kepekaan keenam indera akan meningkat. Semua petunjuk dan aturan dalam buku itu tak ada satu pun yang masuk ke kepalanya. Xiao Long belum kunjung bangun dari tempat duduknya dan masih membuka mata lebar-lebar. Mempelajari di bagian mana dirinya salah dan mencoba memejamkan mata, merasakan aliran darah sendiri untuk ke sekian kali. Tidak ada yang terjadi. Dia mencoba kali dan mengulang-ulangnya hingga pagi. Tiga hari berlalu tanpa mendapatkan pencerahan, di luar rumah matahari bersinar terik. Xiao Long memilih menghabiskan waktunya untuk merenung dan melakukan pekerjaan rumah. Tangannya tetap bekerja tetapi pikirannya melayang jauh entah ke mana. Xiao Long meninggalkan baju-baju yang hendak dijemurnya dan setengah berlari ke halaman. Sekilas dia teringat bagaimana Dou Jin berdiri sebelum bertarung, rasanya semua teknik itu hampir sama dengan yang dipra
Baca selengkapnya
Ch. 32 - Aku Pulang
Perih dan ngilu di belakangnya mulai terasa, Xiao Long memegang pedang dengan kaki gemetar. Keduanya saling berhadap-hadapan, memandang musuh satu sama lain. Xiao Long melupakan semua latihan yang dilakukannya dua bulan ini ketika melihat marabahaya langsung di depannya."Latihanku selama ini sia-sia."Belum juga mengayunkan pedangnya, Xiao Long telah terluka cukup parah. Dia tidak akan selamat jika beradu kecepatan dengan beruang. Sebelum sampai ke rumah, Xiao Long yakin dirinya sudah lebih dulu tewas dibuat siluman ini. Nyalinya sempat gentar saat induk beruang mengeluarkan suara bengis, menggertak agar dirinya meninggalkan kawasannya.Tidak bisa dipastikan apakah beruang itu masih baru menjadi siluman atau tidak, dia sama sekali tidak bisa mengendalikan kekuatannya yang besar. Atau memang beruang itu adalah siluman kuat yang menyerang manusia secara brutal. Jika benar demikian maka situasi Xiao Long benar-benar gawat. Melihat induk beruang lengah,
Baca selengkapnya
Ch. 33 - Bayangan di Balik Celah
Asap tebal dari mangkuk mengepul, terjadi keheningan di antara keduanya. Dou Jin makan tanpa memedulikan Xiao Long yang sedari tadi menatapnya, hendak membicarakan sesuatu yang selama ini terus mengganggu pikirannya."Guru, sebenarnya siapa kau sebenarnya?"Dou Jin sempat berhenti makan, tapi dia tetap melanjutkannya. Mengabaikan pertanyaan Xiao Long dan justru menanyakan tentang latihan, Xiao Long tahu Dou Jin sedang menghindari pembicaraan itu dan sampai di sana, dia memilih untuk pura-pura tidak pernah menanyakannya. Karena baginya sekarang, Dou Jin masih kembali saja sudah cukup. "Bagaimana? Kau sudah memahami isi buku itu?""Aku sudah mempelajari hampir semua isi buku itu," ujar Xiao Long, mengambil bagiannya dan makan beberapa suap. "Tapi aku belum bisa melakukannya dengan sempurna. Bahkan ada yang tidak ku mengerti sama sekali."Dou Jin menghabiskan makanannya, "Aku punya waktu dua hari sebelum pergi. Sembuhkan kakimu. Jangan sampai kau be
Baca selengkapnya
Ch. 34 - Jariku Putus!
"Guru sudah bangun." Xiao Long mengikuti arah pandang Dou Jin. "Ada apa?" "Selama aku pergi nanti, jaga dirimu baik-baik. Bahaya bisa datang dari mana saja." * Dou Jin mengambil salah satu pedang dari tujuh yang tersisa. Hanya ada enam pedang di dinding, Xiao Long dapat melihat bagaimana laki-laki itu memilih senjata dan memperlakukannya dengan lembut. Seolah-olah besi itu merupakan bagian dari tubuhnya sendiri. Dou Jin berjalan ke halaman disusul Xiao Long, dia sedikit gugup mengingat terakhir kali gurunya mengatakan untuk bersungguh-sungguh berlatih.  "Tunjukkan apa yang kau bisa." Xiao Long mengangguk, Dou Jin hanya menyuruhnya mempraktekkan beberapa gerakan. Sesekali dia mengoreksi dan membenarkan cara berdiri Xiao Long. Bisa dibilang latihan kali ini cukup santai dibandingkan hari-hari lain. Tapi dugaannya seketika terpatahkan saat akhirnya Dou Jin bicara."Jika kau bisa memukulku lima kali, maka kau menang. Tapi jika aku berhasil
Baca selengkapnya
Ch. 35 - Tipuan Murahan
"Kena!"Dou Jin berdiri, alisnya bertaut seperti hendak marah. Namun pada akhirnya dia tertawa. "Menyebalkan sekali. Jika nanti kau benar-benar dalam bahaya dan aku menganggapmu hanya bercanda bagaimana?""Memangnya aku akan memanggil nama Guru?"Wajah Dou Jin kembali dipenuhi kekesalan, dia menarik napas beberapa detik kemudian. Memang memahami sifat muridnya ini cukup menguras emosi."Aku sudah selesai. Bisa kita lanjutkan?""Ada seseorang yang sedang percaya diri setelah menipu lawannya.""Ck ck, kau tidak mengerti, Guru. Menunggumu lengah seperti menunggu matahari terbit dari barat."Dou Jin memang payah dalam hal bergurau, dia hanya mengernyit seperti tersinggung."Baik, baik. Maksudku itu tidak akan terjadi. Susah mencari waktu yang tepat untuk memulai serangan."Dou Jin mengangguk, "Itu karena aku telah menguasai semua teknik dan jurus di buku itu. Dalam artian lain, pertarungan hari ini sepenuhnya berada di dalam gen
Baca selengkapnya
Ch. 36 - Kalah dan Hukuman
Saat Xiao Long terbangun, tidak ada siapa-siapa di tempat itu selain dirinya sendiri. Dia melihat pedang yang sebelumnya dia pakai untuk memotong pohon telah terbelah dua, di sampingnya terlihat secarik kertas yang ditulis singkat dan padat.'Kau kalah.'Xiao Long menarik napas panjang, dia menekuk wajah kesal. Tak terbayangkan rasanya tinggal di hutan para siluman. Bertahan hidup di rimba yang buas seperti menggali kuburan sendiri. Daripada terus mengeluh dia mulai mengambil beberapa barang, bersiap-siap untuk berlatih di tempat berbahaya. Tidak ada waktu untuk mendalami isi buku yang diberikan Dou Jin, sebaliknya Xiao Long harus benar-benar menerapkan apa yang telah dipelajarinya selama ini.Mengingat pedang pertamanya telah rusak, Xiao Long mengambil satu pedang lain dari dinding. Hanya tersisa lima pedang di sana. Dan memiliki bobot serta cara pengendalian yang sulit. Beruntung masih tersisa satu pedang tipis dan ringan, meskipun di beberapa bagian bilah pedan
Baca selengkapnya
Ch. 37 - Penguasa Danau yang Tumbang
"Anak manusia, heh?""Kau sengaja menyiapkan tempat seperti ini sebagai perangkap?""Tidak perlu bertanya. Kau sudah tahu jawabannya." Ular itu memiliki pikiran dan dapat berbicara selayaknya manusia, dia pasti siluman tingkat tinggi yang telah mencapai usia seratus tahun lebih. Xiao Long memasang wajah waspada. Serangan bisa saja datang dari berbagai sisi. "Kebetulan aku sudah tidak makan selama berbulan-bulan. Kau pasti akan terasa sangat lezat. Kemarilah, aku sudah tidak sabar untuk memakanmu."Moncong ular itu hendak mengenai Xiao Long yang seketika melompat ke batu lain. Dia mendecak, seharusnya hari itu dia lebih dulu mempelajari cara berjalan di atas air dibandingkan membuka gerbang enam indera. Sekarang Xiao Long berada di posisi di mana dirinya harus bertarung di atas air. Dia tidak boleh jatuh atau jika hal itu terjadi, tamat sudah riwayatnya.Ular itu berulang kali melancarkan serangan, membuat cipratan air memancar ke atas menghalan
Baca selengkapnya
Ch. 38 - Gerbang Ketiga
Gerbang ketiga terbuka tepat saat matahari berada tepat di atas kepala Xiao Long. Teriknya matahari semakin terasa membakar saat sebuah sensasi panas datang. Xiao Long kembali memuntahkan darah. Seluruh tubuhnya seperti ditusuk-tusuk jarum. Dia menahannya dalam kurun waktu yang lebih parah dari sebelumnya, hampir delapan jam. Namun meskipun menyakitkan khasiat yang didapatnya juga setara. Gerbang ketiga membantu proses penyembuhan tubuhnya dua kali lebih cepat. Hanya sampai gerbang ketiga, Xiao Long berdiri dan meninggalkan tempat itu. Merasa harus mengistirahatkan diri sementara waktu. Perutnya mulai terasa sakit. Dia baru saja tiba di pohon besar. Mendapati beberapa barang telah dirusak oleh monyet-monyet kurang ajar di atas sana. "Kalian benar-benar membuatku kesal, monyet jelek!"Xiao Long ingin sekali menimpuk wajah mereka dengan batu. Apalagi setelah teriakannya bersambut dengan suara pekikan yang seperti sedang mengejek.Xiao Long kehabisan
Baca selengkapnya
Ch. 39 - Sesosok Pembunuh
Rasa terkejutnya berubah ketika melihat macan itu ambruk, seluruh tubuhnya terluka, di beberapa bagian bahkan telah mengeluarkan nanah. Xiao Long berpikir mungkin itu disebabkan oleh pertarungan dengan sesamanya. Tapi yang membuatnya heran adalah hawa mengerikan seolah-olah masih mengintainya. Xiao Long menjauh dari siluman itu, perlahan demi perlahan. Hingga akhirnya dia berhasil selamat, terdengar suara gaduh di tempat di mana dia melihat binatang buas tadi. Bunyi-bunyi itu terdengar sangat keras, disusul dengan auman terakhir yang mengakhiri pertarungan. Xiao Long menengok ke belakang di mana seekor singa tengah mencabik-cabik mangsa. Kakinya refleksi mundur, dia yakin binatang buas itu adalagi penguasa hutan yang telah membuat kegaduhan selama ini. Setiap harinya dia mengalahkan siluman lain, menjadi lebih kuat dan memangsa apa pun yang mengganggu wilayahnya.Karena tahu nasibnya akan sama dengan macan malang itu jika mendekat, Xiao Long pergi se
Baca selengkapnya
Ch. 40 - Musuh dalam Bayangan
Kini matahari sudah kembali menampakkan semburat cahaya jingga. Suara-suara binatang hutan mulai terdengar dan tanpa Xiao Long ketahui hujan telah berhenti. Awan mendung yang menutupi langit telah menghilang. Xiao Long memutuskan untuk bangun dari tempat duduknya, dia beranjak menuju danau.Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke sana, Xiao Long langsung meloncat satu per satu hingga sampai ke batu besar yang terletak di tengah danau. Sambil berjongkok dari atas, dia dapat melihat sekelebat ikan-ikan berlalu lalang di bawah. Serta arus di bawah yang cukup berisik. Sepertinya ada banyak sumber makanan yang bisa didapatkan.Namun yang membuatnya ragu untuk turun adalah kemungkinan di bawah akan muncul siluman lain. Dalam pertarungan di dalam air, dia yakin seratus persen tidak akan pernah menang, dan paling sial akan mati tanpa pernah bisa kembali ke daratan. Setelah berpikir beberapa kali, Xiao Long memutuskan untuk turun ke bawah, dia berenang lurus ke ar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status