Semua Bab PENDEKAR KEMBARA SEMESTA: Bab 41 - Bab 50
95 Bab
Melacak Manusia Bertopeng
 Malam itu Endragiri belum bisa tidur walau sudah lewat tangah malam. Sebagai patih yang memegang kendali kerajaan, dia merasa bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang diambilnya. Patih yang masih lajang itu selalu tidur di bangsal kepatihan yang letaknya di luar beteng kerajaan. Namun dari bangsalnya, dia dapat melihat gapura istana dan benteng kokoh yang mengelilingi istana. ”Mengapa semua ini bisa terjadi?” gumam Endragiri pada diri sendiri. “Mengapa Baginda Raja terbunuh dengan pedang milik Ananda Jalung Dahana? Oh, Tuhan Yang Maha Kuasa, berilah kekuatan pada hamba-Mu untuk mengemban tugas berat ini....” Setelah mengucapkan kata-kata itu, perasaan Endragiri merasa tenang. Tak lama kemudian dia tidur. Tidur pulas dibuai mimpi. Namun belum lama tidur, Endragiri merasakan ada langkah-langkah kaki menyusuri atap rumah atau bangsalnya. Dia sebenarnya sudah b
Baca selengkapnya
Perseteruan Patih dan Senapati
 Sebenarnya Denta Singir sangat geram atas ejekan yang dilontarkan Endragiri dengan bahasa halus itu. Namun dia menyadari bahwa dalam hal kedudukan, dia kalah tinggi. Dalam ilmu silat pun dia di bawah Endragiri. Jadi walau merasa sangat marah, tapi hanya disimpan di dalam hati. ”Sekarang kembali ke masalah,” kata Endragiri. ”Topeng ini tadi pagi ditemukan seorang prajurit di emper bangsalmu. Coba, ungkapkan pendapatmu tentang kenyataan ini!” ”Saya tidak punya pendapat apa-apa tentang topeng itu. Memangnya saya ahli soal topeng?” ”Bukan maksudku menganggapmu sebagai ahli topeng, tetapi mungkin kamu bisa menjelaskan, mengapa topeng itu ada di empermu?” ”Seperti yang sudah saya katakan, saya semalaman tidur nyenyak, sehingga tidak tahu apa-apa tentang kejadian semalam. Saya juga tidak tahu apa-apa tentang topeng yang berada di emper saya
Baca selengkapnya
Penyelidikan di Malam Kelam
Wuut! Chabbb! Wilis Batari mengalami nasib yang sama dengan dua prajurit jaga. Dadanya tertembus pisau. Tubuhnya limbung. Ambruk ke lantai dalam keadaan tewas. Keesokan harinya Garbaloka kembali berduka. Keluarga istana kerajaan dan seluruh rakyat Garbaloka kehilangan Wilis Batari. Selir pertama atau selir satu mendiang raja Taweng Dahana itu telah pergi untuk selamanya. Dikubur berdampingan dengan makam sang baginda raja Semua keluarga dan kerabat istana menghadiri pemakaman Wilis Batari. Semua punggawa kerajaan hadir dalam pemakaman istri mendiang raja. Suro Joyo dan Jalung Dahana juga tampak dalam upacara yang diliputi kesedihan itu. Endragiri mengijinkan kedua pesakitan itu untuk  hadir dalam pemakaman Wilis Batari. Namun dia menyuruh prajurit untuk mengawasinya secara ketat. Usai menghadiri pemakaman, Suro Joyo dan Jalung Dahana dimasukkan kembali ke penjara. Mereka kem
Baca selengkapnya
Kekejaman Kentar Dahana
Lodra Dahana telah melepaskan tali-tali tersebut, lalu bertanya, ”Siapa yang menyuruh kalian? Ada tujuan apa ingin membunuhku?” ”Kami akan tutup mulut,” sahut salah satu dari mereka. ”Yang perlu kamu ketahui, kami disuruh mencincangmu!” Dalam sekejap mata, delapan pengeroyok sudah menyerbu Lodra Dahana dengan golok besar di tangan mereka. Lodra Dahana menghadapi hanya dengan tangan kosong. Menangkis pergelangan tangan disertai jotosan pada tubuh satu dari pengeroyok. Menendang perut lawan sebelum golok disabetkan. Kadang-kadang Lodra Dahana menggunakan paduan pukulan dan tendangan pada dada dan wajah lawan. Hanya dalam dua jurus empat pengeroyok terjerambab ke semak. Mereka segera kabur meninggalkan Lodra Dahana. Empat yang lain masih ngotot untuk menghabisi Lodra Dahana. Namun tiga dari mereka dihajar sampai membungkuk-bungkuk karena menahan sakit. Mereka lari sambil merunduk-runduk c
Baca selengkapnya
Persiapan untuk Balas Dendam
Kentar Dahana benar-benar heran melihat penampilan Patni kali ini. Dulu sewaktu menjadi permaisuri mendiang Jati Kawangwang alias Dewa Naga Baja, Patni hanyalah sosok wanita yang halus. Dia sosok yang cantik, lemah lembut, gerak tubuhnya serba gemulai. Tidak pernah mengenal ilmu silat apa pun. Namun setelah lama menghilang entah ke mana, tahu-tahu kini muncul dalam keadaan yang sangat berbeda! Dari penampilan fisiknya saja sudah ketahuan bahwa Patni merupakan sosok pendekar perempuan. Sosok pendekar yang tentu saja tidak bisa dianggap enteng. ”Ada apa, Kentar Dahana? Kelihatannya kok heran?” Patni balik bertanya. ”Apa tidak pantas seorang Patni menguasai ilmu silat? Apa tidak layak seorang perempuan bekas permaisuri berpenampilan lain?” ”Bukan..., bukan begitu.  Maksudku, kamu sekarang semakin cantik, hehehehehe....” Dada wanita yang pernah jadi permaisuri raj
Baca selengkapnya
Serangan Pendekar Perempuan Bersenjata Sakti
”Jatalangking..., kamu sebaiknya terus terang saja!” kata Endragiri. ”Jika kamu terus terang, hukumanmu akan diringankan. Untuk itulah, katakan terus terang, apa saja yang kamu lakukan di Istana ini! Siapa yang bekerja secara diam-diam di balik layar!”   ”Banyak yang telah kulakukan di sini,” kata Jatalangking. ”Mencuri pedang Jalung Dahana Dahana, membunuh Taweng Dahana, membunuh Wilis Bantari, dan berusaha membunuhmu. Aku juga yang telah mencuri Tombak Siung Sardula dari tangan Garjitalung di Sanggar Teratai Perak. Dalam melakukan semua ini, ada tiga orang yang terlibat bersamaku.”   ”Siapa saja mereka?”   Jatalangking menghela napas. Dia siap-siap mengatakan semua yang dia ketahui sejelas-jelasnya....   ”Katakan saja, Jatalangking! Jangan ragu-ragu...!” perintah Endragiri dengan tenang.   ”Tiga orang yang terlihat bersamaku adalah Senapati Utama Denta Singir, Selir Dua Mayang
Baca selengkapnya
Para Pengkhianat Mulai Terlihat
Patni terpaksa melemparkan dirinya ke kiri. Sinar putih menyilaukan lewat di sisi kanannya. Menghantam tembok penjara hingga ambrol. Jalung Dahana yang menyaksikan kehebatan Suro Joyo dan Patni hanya berdiri mematung saking kagetnya. Dalam benaknya Patni berpikir, kalau dirinya terus menghantamkan kilatan petir jarak jauh, suatu saat bisa kalah. Patni menggunakan jurus lain. Dia menyerang secara langsung menggunakan pedang saktinya. Pedang itu dia tusukkan ke arah dada lawan. Karena tak menduga bakal diserang secara langsung, Suro Joyo terpaksa menangkisnya. Lagi-lagi terjadi benturan dua senjata sakti. Ledakan terjadi, tubuh Suro Joyo dan Patni sama-sama terpental ke belakang. Punggung Patni menabrak tembok penjara, lalu terbanting ke tanah. Sedangkan tubuh Suro Joyo bersalto ke belakang. Kakinya menggenjot batang pohon besar di belakangnya. Lalu melesat cepat ke arah Patni dengan sabetan pedang untuk membelah kepala lawan! 
Baca selengkapnya
Kemunculan Pendekar yang Tidak Diperhitungkan
Mendadak ada sosok pendekar berpakaian serba putih menyambar kepala Denta Singir dengan tendangan keras. Membuat tubuh Denta Singir terjungkal mencium rerumputan! ”Jalung, cepatlah menyingkir!” kata Suro Joyo sambil pasang kuda-kuda untuk menghadapi  Denta Singir. Bahkan mungkin Mayang Kencana sekaligus. Karena Mayang Kencana ternyata telah menyusulnya! Denta Singir dan Mayang Kencana kini telah bersama-sama untuk serentak menyerang Suro Joyo. Semantara Suro Joyo tiba-tiba tertawa-tawa. Tentu saja menertawakan Denta Singir dan Mayang Kencana. Membuat kedua pasangan itu keheranan. ”Apa yang kamu tertawakan, Pendekar Kembara Semesta?” tanya Mayang Kencana gusar. ”Hehehe, ternyata kalian pasangan serasi,” ejek Suro Joyo. ”Bukan hanya pasangan pendekar silat yang serasi. Tetapi juga pasangan pendekar selingkuh yang abadi, hehehe....” 
Baca selengkapnya
Jalung Dahana dalam Bahaya
Dhuer! Dhuerr! Dhuerrr!                   Ledakan keras dari senjata berbentuk bundar yang dilemparkan Kentar Dahana membuat ruang pendapa jadi gelap. Setelah asap tebal lenyap, maka ruang pendapa menjadi terang kembali. Namun, Denta Singir, Mayang Kencana, dan Kentar Dahana telah lenyap dari pendapa istana! Denta Singir, Mayang Kencana, dan Kentar Dahana hendak meninggalkan Garaloka. Ketiganya melesat lari meninggalkan Gerbang Istana Kerajaan Garbaloka. ”Berhenti! Kalian mau kemana?” tanya Endragiri yang sudah mencegat di luar istana. Suro Joyo dan Jalung Dahana berada di kanan dan kirinya. Sedangkan sembilan prajurit andalan mengepung ketiga orang yang hendak kabur dari istana itu. ”Aku ingin mencari tempat luas untuk menghabisi kalian!” kata Kentar Dahana sambil menyerang tiga prajurit
Baca selengkapnya
Senjata Balik yang Mematikan
”Mungkinkah Lodra Dahana masih hidup?” gumam Kentar Dahana yang hanya bisa didengar diri sendiri. ”Bukankah tusukan pisau di punggungnya itu menembus jantungnya?  Bukankah dia tewas waktu pisau itu menembus jantungnya? Bukankah dia tewas waktu itu?” ”Kamu jangan bengong kayak macan ompong, Kentar Dahana! Aku...., Lodra Dahana masih hidup...,” kata Lodra Dahana yang berjalan dari balik pohon sambil menggenggam Keris Wisaranu di tangannya. ”Ki Dipoyono yang menolong dan menyembuhkan aku.” “Berkat pertolongan Ki Dipoyono, aku bisa sembuh,” lanjut Lodra Dahana sambil memandang Kentar Dahana dengan pandangan menusuk. Menusuk ulu hati yang terdalam. “Berkan pertolongan Ki Dipoyono, aku masih hidup dan bisa kembali ke Istana Garbaloka.” ”Apa yang telah terjadi, Pangeran Lodra Dahana?” tanya Endragiri penasaran. ”Oh y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status