Semua Bab Suara Di Bilik Iparku: Bab 31 - Bab 40
78 Bab
Bab 31
Suara Di Bilik Iparku (31)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**Kami semua berjalan beriringan keluar dari kantor polisi saat Mas Akbar dan Hanum telah menandatangani surat perjanjian yang dibuat oleh Bara. Hanum terlihat lesu, aku yakin selain malu ia pasti juga resah karena setelah bercerai tidak akan mendapatkan harta gono-gini."Mbak, gimana?" ucap Bara lagi ketika aku belum sempat menjawab perkataannya beberapa saat yang lalu.Aku meliriknya sekilas, entah bercanda atau serius tapi aku kurang suka dengan sikapnya karena aku tahu, Bara pun tidak jauh berbeda dengan Mas Akbar yang suka bersikap arogan dan kasar kepada istrinya. Mana mungkin aku jatuh untuk kedua kalinya dalam lubang yang sama?Tapi, jika dilihat dari perhatian Bara akhir-akhir ini membuatku sedikit ragu dengan sikapnya yang sama arogannya dengan Mas Akbar karena ia terlihat sangat manis dan baik jika kepadaku. Ah, entahlah aku belum terlalu ingin memikirkan hal ini
Baca selengkapnya
Bab 32
 Suara Di Bilik Iparku (32)**Ah, tidak mungkin, dan kalau bisa jangan sampai aku hamil saat ini.Memang, kehamilan ini sudah aku nanti selama dua tahun belakangan ini. Namun, jika melihat keadaan sekarang, apakah aku masih harus bahagia jika memang benar-benar hamil? Sedang orang yang sedang menanti kehamilan ini pun kini sudah berpindah hati.Seketika hatiku nyeri, dua hari lagi aku akan mengajukan perceraian dengan bantuan Oki. Namun, kenapa sekarang aku seperti merasakan tanda-tanda kehamilan? Bagaimana ini?"Nis, sudah mau berangkat kerja?"Seketika tubuhku terlonjak ketika kulihat ibu telah berdiri di ambang pintu dan mengajakku berbicara. Sudah sejak kapan ibu di sana? Kenapa ia tak mengetuk pintu dulu."Ibu sudah mengetuk pintunya berulangkali, tapi kamu nggak denger. Kamu kenapa?" tanya ibu saat aku masih terdiam di sisi ranjang, ia seperti tahu apa yang tengah aku pikirkan.Aku lantas kembali menutup
Baca selengkapnya
Bab 33
Suara Di Bilik Iparku (32)**Pancaran sinar matahari menerobos masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka di dalam ruangan tempat aku di periksa oleh dokter. Ia memintaku berbaring di ranjang saat ia tengah memeriksa keadaanku melalui urin yang baru saja ia minta. Hatiku berkecamuk, entah penyakit apa yang sedang bersarang di tubuhku. Atau bahkan ini bukan penyakit, melainkan janin yang sedang berkembang di dalam rahimku. Entahlah.“Kamu baik-baik aja, kan?” tanya Oki membuyarkan ketegangan yang sedang meliputi hatiku.Aku tersenyum kearahnya, ia begitu tulus kepadaku bahkan saat aku hanya berstatus sebagai rekan kerjanya saja.“Iya, aku baik-baik aja,” jawabku singkat dengan mengalihkan pandanganku ke arah luar jendela.Sebenarnya aku bohong. Tubuhku masih terasa sangat lemas, bahkan tenggorokanku bagai tersimpan obat terpait di dunia ini. Perutku mual ingin muntah, tapi tak akan ada cairan yang ke
Baca selengkapnya
Bab 34
Suara Di Bilik Iparku (34)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**“Anisa, katakan siapa yang hamil?” tanya Mas Akbar membuyarkan lamunanku.Aku dan Oki saling berpandangan, lalu Oki maju selangkah di depanku. Mas Akbar tampak terkejut dengan sikap Oki yang terlihat seperti melindungiku.“Mau apa kamu di sini?” tanyanya yang aku tahu hanya untuk mengalihkan pembicaraan.Tak perlu aku jelaskan, sepertinya Oki pun paham ia harus apa.“Kamu yang seharusnya pergi dari sini. Mau apa kamu di sini? Kamu itu siapanya Anisa? Aku suaminya,” tutur Mas Akbar dengan menatap tajam sahabatnya itu.Ya, dulu mereka terlihat sangat dekat. Namun, Oki mulai menjauh semenjak kasus Mas Akbar dan Hanum mencuat. Ia pernah bercerita, bahwa ia sangat kecewa dengan sikap Mas Akbar yang menduakanku dengan iparnya sendiri, bahkan ia terlihat sangat tidak bersalah setelah merebut istri dari adik kandungnya sendiri. Ap
Baca selengkapnya
Bab 35
Suara Di Bilik Iparku (35)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**“Mbak, sudah sampai,” ucap sopir taksi yang kutumpangi membuyarkan konsentrasiku yang masih berbalas pesan dengan Bara.Ia menceritakan bahwa Hanum datang dengan memohon agar mobilnya dapat ia bawa serta keluar dari rumah itu, tapi Bara sama sekali tak mengijinkannya. Bahkan, Bara tak segan menendang istrinya itu agar cepat keluar dari kediaman yang pernah mereka huni.Aku seketika menoleh pada sopir tersebut, lalu tersenyum singkat sembari mengulurkan satu lembar uang padanya.“Terimakasih ya, Pak,” kataku sebelum turun dari taksinya.Hari belum terlalu siang, pasti ibu dan bapak masih ada di rumah karena biasanya bapak akan pergi mengecek usaha keluarga kami selepas adzan dzuhur. Kubuka pintu gerbang pelan llau masuk ke dalam rumah dengan perasaan tidak menentu, bingung harus memulai cerita ini dari mana.“Assalamualaiku
Baca selengkapnya
Bab 36
Suara Di Bilik Iparku (36)**"Anisa, Wulan, Agus, kalian cari Akbar. Sedang yang lain tetap lanjutkan tahlilan. Aku tidak mau hanya karena masalah ini tahlilan tujuh harian ibu jadi terganggu," ucap bapak bijaksana setelah beberapa saat kami terdiam.Aku lantas mengangguk, lalu mengikuti Mbak Mawar yang juga hendak bergegas masuk ke dalam mobil bersama Mas Agus. Bagaimanapun juga, Mas Akbar masih anggota keluarga ini. Tidak mungkin mereka membiarkan salah satunya meninggal dengan sia-sia.Tak sepatah katapun keluar dari mulutku saat kami tengah berada di perjalanan menuju tempat yang telah di tunjukkan oleh seorang polisi yang menelpon Mbak Mawar. Katanya, nomor terakhir yang ada di panggilan Mas Akbar adalah Mbak Mawar. Ternyata, menurut cerita Mbak Mawar siang tadi Mas Akbar memang baru menghubunginya karena menanyakan mengenai acara tahlilan ibu."Anak itu bisanya cuma bikin masalah aja!" gerutu Mbak Mawar tiba-tiba.Sepertinya pikirannya
Baca selengkapnya
Bab 37
Suara Di Bilik Iparku (37)**Bagaimana mungkin, aku benar-benar akan melenyapkan wanita itu sedsng di dalam perutku saja akan ada kehidupan sebentar lagi. Aku tak setega itu, wahai suamiku. Meskipun aku benci, setidaknya aku hanya ingin ia dijemput malaikat maut atas dasar kehendak Tuhan Yang Maha Esa.Aku tak ingin mengotori tanganku dengan perbuatan keji seperti itu. Sudah cukuplah aku menderita seperti ini, tak perlu juga aku ikut mengotori hati dan kedua tanganku.Kususuri lorong rumah sakit tempat Mas Akbar di rawat. Malam sudsh semakin larut, tak mungkin aku pulang sendiri dalam keadaan badan yang belum sepenuhnya sehat karena sejak tadi pagi aku masih merasakan pening di kepalaku.Dan bahkan, sampai detik ini aku juga tak melihat keberadaan Bara di tempat ini. Tidak mungkin jika ia tidak mendengar tentang kabar kecelakaan yang menimpa istri dan kakaknya ini karena seseorang pasti menghubunginya, termasuk Mbak Mawar.Kata
Baca selengkapnya
Bab 38
Suara Di Bilik Iparku (38)**Tiga hari kemudian ..."Kamu udah siap? Yakin?" tanya Oki saat kami tiba di halaman kantor pengadilan agama.Aku menghela nafas panjang, lalu mengangguk mantap. Bagaimanapun juga, aku harus segera berpisah dari Mas Akbar meski kini tengah hamil. Oki sudah membantuku mencari informasi mengenai boleh atau tidaknya jika seorang wanita yang tengah hamil menggugat cerai suaminya.Dan ternyata, dalam hukum islam maupun negara cerai dalam keadaan hamil diperbolehkan, tapi masa iddah wanita jatuh hingga sampai ia melahirkan.*"Ayo. Jangan gugup, ya," ucap Oki lagi sembari berjalan mendahuluiku.Dengan degup jantung yang tak beraturan aku berjalan mengikuti Oki masuk ke dalam kantor pengadilan agama. Harapanku hanya satu, bisa cepat lepas dari manusia tak punya hati seperti Mas Akbar. Terserah setelah ini ia mau bersama Hanum atau siapapun, aku sudah tidak perduli lagi.Proses demi proses aku jalani dengan
Baca selengkapnya
Bab 39
Suara Di Bilik Iparku (39)**“Ki, besok kamu ada acara?” tanyaku saat ia telah selesai memakan pesanannya.Ia mendongak ke arahku, “tidak, ada apa?” tanyanya.Pria yang dulu hanya kukenal sekilas, kini sangat dekat bahkan melebihi saudaraku sendiri. Bahkan dia serasa tidak perduli dengan banyaknya pasang mata yang menilai dirinya buruk karena sering bersama wanita yang masih bersuami.Aku bersyukur, setidaknya dalam hidupku yang kurang beruntung ini masih ada orang yang mau perduli denganku. Tidak bisa kubayangkan seandainya Oki tidak datang di saat yang tepat, mungkin aku hanya akan menjadi seorang wanita yang terpuruk dalam kesedihan.“Besok temenin aku ke rumah sakit, ya. Nganterin surat gugatan cerai sama bair Mas Akbar tau kalau aku udah move-on,” tuturku dengan memandangnya yang masih meneguk minumannya.Seketika seluruh minuman yang ada di dalam mulutnya dia smburkan, lalu menata
Baca selengkapnya
Bab 40
Suara Di Bilik Iparku (40)**"Yaudah, nikah sama aku aja. Kamu mau?” katanya terlihat serius.Tubuhku membeku untuk sepersekian detik setelah Oki mengatakan hal itu padaku. Meskipun pastinya kata-kata itu hanya gurauan, tapi dia terlihat sangat serius ketika mengatakannya."Ki, kamu mabuk?"Oki terkekeh, lalu menggeleng dengan sangat yakin. "Enggak, aku nggak mabuk. Aku sadar. Suatu saat nanti kalau kamu udah lahiran, aku mau kok jadi calon ayahnya," tuturnya lagi dengan menatapku lekat, tapi kemudian Oki lantas mengalihkan pandangannya."Udah, nggak usah bahas gituan. Kita makan, yuk. Nanti jam istirahat keburu habis," katanya lagi dengan berlalu meninggalkanku.Aku pun lantas mengikutinya berjalan ke kantin, tapi sebelum itu aku berusaha mencari tahu sesuatu tentang Om David, bos besar kami."Dina, kamu liat bos nggak? Apa hari ini nggak ke kantor?" tanyaku saat bertemu dengan sekretarisnya.Dina menghentikan lang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status