All Chapters of LOVE is YOU, Ra!: Chapter 21 - Chapter 30
230 Chapters
Bab 21 Hati Yang Menghangat
Pertanyaan polos Alina membuat pandangan mata Maura kabur oleh airmata. Alina benar, anak adalah buah cinta kedua orang tuanya. Bukan buah kesalahan seperti yang ia dan Rangga lakukan. “Kak, malah bengong.” “Kami tidak saling kenal. Malam itu, pertama kali kami bertemu dan melakukan kesalahan. Setelah malam itu, kami tidak lagi berhubungan sampai Rangga datang mencariku dan mengetahui kehamilanku.” “Apa benar kata Mama, kalau kamu berniat menggugurkan bayimu?” tanya Alina terdengar ngeri. Maura mengangguk. “Ya, benar. Aku tidak berniat melahirkannya atau menuntut pertanggungjawaban Rangga karena kondisi kami berdua malam itu di bawah pengaruh obat. Oleh sebab itu, aku menyebutnya kesalahan.” Maura mengelus perutnya sekilas. “Pantas saja, Reno dibuat kelimpungan beberapa minggu karena tugas mustahil yang dibebankan padanya. Menemukan gadis dalam video yang sedang mengacungkan jari tengahnya di depan pintu penthouse miliknya.” “
Read more
Bab 22 Mata Dibalas Mata
Maura menggelengkan kepalanya yang terasa berat. Perasaan seperti ini pernah ia rasakan sebelumnya. Kesadarannya seketika kembali, saat mengingat malam itu. ‘Ya, seperti ini rasanya ketika aku tersadar dari obat tidur. Kepala pening, mata mengantuk, badan terasa lemas dan berat.’ Pandangannya masih kabur, Maura mengerjapkan mata beberapa kali menjernihkannya. ‘Di mana ini?’ Matanya mengedar. Maura sedang duduk terikat di sebuah kursi stainles yang banyak digunakan di ruang perkuliahan. Kakinya juga diikat erat. Ia berada di sebuah bangunan kosong yang nampaknya sudah lama tidak terpakai. Dari luar tidak terdengar suara lalu lalang kendaraan. ‘Bangunan kosong di daerah terpencil,’ batinnya menarik kesimpulan. ‘Berteriak minta tolong, bukan pilihan tepat.’ “Hei! Apakah ada orang?!” teriaknya lantang. Dua orang pria kekar dengan wajah tidak bersahabat bergegas menghampirinya. “Sudah bangun rupanya, Nona Cantik. Ada apa?!” ujar pri
Read more
Bab 23-1 Di Ujung Tanduk
“Apa yang kamu lakukan, Mel?! Ahh!” Maura memekik sambil menahan ngilu yang menembus lengannya. Kepala jarum itu begitu tajam, dengan mudahnya mengoyak kulit dan dagingnya. “Apa yang kamu suntikkan?! Wanita iblis!” desisnya marah. “Tenang, itu hanya setengah dari dosis yang dibutuhkan untuk mengeluarkan janinmu. Dua jam lagi aku akan naikkan dosisnya, kalau Rangga terlambat datang.” Amelia tersenyum puas melihat tatapan marah Maura. “Kenapa? Merasa tidak berdaya? Marah aja, Ra. Sorot matamu seperti ingin menelanku hidup-hidup.” Amelia tergelak, tawa bahagia yang menjijikkan. “Jangan sentuh anakku. Kalau kamu mau pukul, pukul aku, lepaskan dia.” “Kenapa? Takut Rangga menceraikanmu kalau bayi itu sudah tidak ada? Bukannya kamu berencana membuangnya? Harusnya kamu terima kasih, karena aku membantu mewujudkan harapanmu.” Amelia tersenyum culas. Amelia menutup kepala jarumnya dan meletakkannya kembali ke dalam kotak stainles. Membersihkan tangannya
Read more
Bab 23-2
“Sudah kamu temukan lokasinya?” tanya Rangga begitu masuk ke dalam mobil.“Sudah, Bos.”“Bagus, ayo berangkat.”Reno mengarahkan mobilnya mengikuti GPS lokasi yang dikirimkan tim pengintai markasnya. Melihat air muka bosnya, Reno memilih diam. Tidak memberitahukan kondisi terakhir Maura di dalam gedung. Sebelum Rangga masuk ke dalam mobil, salah satu timnya melapor bahwa dia mendengar jeritan yang ditengarai sebagai suara Maura.“Rem!” Hardik Rangga. “Ke mana pikiranmu, Ren?! Fokus!”“Maaf, Bos.”Mereka sampai di lokasi yang dituju setengah jam kemudian. Reno menghentikan mobilnya di bawah pohon yang rindang, berjarak tiga ratus meter dari bangunan kosong tempat Maura disandera.“Gedung di depan sana, Bos!” tunjuk Reno lurus ke depan.“Oke, siapkan semuanya. Aku akan masuk sekarang.” Rangga meraih tas kerja hitam di sampingnya seraya
Read more
Bab 24-1 Kehilangannya
“Maaf, tidak ada yang bisa kita lakukan. Obat perangsang persalinan yang disuntikkan sudah melebihi dosis. Saat ini, sedang proses peluruhan janin. Jantungnya sudah berhenti berdetak.” Siska menguatkan hatinya mengatakan yang sedang terjadi pada dua keponakannya.Kata-kata dokter Siska memberi sengatan kekuatan pada Maura. “TIDAK! Selamatkan dia, Kak. Aku janji, aku akan bersikap baik padamu. Tolong, Kak!” Maura berteriak, menarik lengan Rangga, memukulnya.Rangga memeluk istrinya dengan lengan lainnya. Hatinya perih, matanya panas. Tidak ada hati yang masih bisa membeku melihat tangis sedih dan jerit marah Maura.‘Aku akan balas mereka, Ra!’“Maafkan aku, Ra.”“Tidak, aku tidak akan memaafkanmu! Selamatkan dia, Kak!” Maura terus memukul punggung Rangga dengan kepalan tangannya. “Dokter, lakukan sesua-tu….” Maura terkulai lemas.“Ra, Maura. Tante, dia kenapa
Read more
Bab 24-2
“Hehh! Kenapa kamu bisa di sini? Bukannya kamu bilang sudah pergi jauh dari Jakarta?” Amelia melotot kesal.“Anak buah Rangga menangkap saya, Mbak. Saya sudah keliling kota hanya untuk menarik tunai uang yang Mbak kirimkan agar tidak bisa dilacak. Mbak sendiri kenapa bisa tertangkap?”“Aku lebih berani dari kamu. Aku menculik istri Rangga dan membuatnya kehilangan bayi yang dikandungnya.” Amel tersenyum bangga ketika mengatakannya. Senyumnya kian lebar melihat Bayu mengernyit ngeri ke arahnya.“Aku sudah pernah katakan padamu, aku menyimpan dendam yang besar pada wanita itu.”“Ranggapati tidak akan melepaskanmu dengan mudah, Mbak.”“Tidak masalah. Asal aku sudah membalas sakit hatiku, tidak masalah bagiku. Dan aku pikir, Rangga bukan tipe pria bejat yang tega menyakiti wanita. Buktinya, dia sama sekali tidak menyentuhku.”“Mbak terlalu memandang remeh Ranggapati Da
Read more
Bab 25 Jahat
“Kak, dia baik-baik saja, ‘kan?” Maura mengulang pertanyaannya. “Kenapa diam?”“Dia baik, sangat baik. Kamu tenang saja. Tidurlah, kamu pasti masih mengantuk.” Rangga mengusap lembut anak rambut yang lengket di kening Maura.Maura menekuk jarinya, meminta Rangga mendekat. “Aku lapar, Kak,” bisiknya.“Tan, apa dia sudah boleh makan?” Rangga berbalik menatap Siska.“Minum yang hangat dulu. Kalau tidak mual, muntah, bisa lanjut makan.”“Ren, tolong belikan minuman dan makanan hangat.”“Tidak, aku mau kamu yang belikan. Aku ingin minum teh hangat dan makan nasi rawon.”Rangga mengernyit sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan keluar kamar diikuti Reno. Setelah Rangga pergi, Alina duduk di samping ranjang dan meraih tangan Maura.“Kak, maafkan aku. Kalau bukan karena aku memaksamu keluar bersamaku, semua ini tidak akan terjadi
Read more
Bab 26-1 Berpisah
“Kak,” “Apa?” Rangga berbalik. “Aku rasa, sebaiknya kita urus pembatalan pernikahan.” Rangga mengernyit. “Pembatalan pernikahan?” Kakinya melangkah cepat menghampiri Maura. “Apa maksud perkataanmu, coba jelaskan padaku.” Maura menata hatinya sebelum membuka mulutnya. Tapi, bibirnya hanya sedikit terbuka, tanpa bisa mengeluarkan kata. “APA?” emosi Rangga mulai meningkat. “Sudah tidak ada alasan bagi kita untuk terus bersama.” Desahan napas dan mata yang terpejam, sudah cukup memberi tanda bahwa Maura menyesali kalimatnya. “Jangan keterlaluan. Aku sudah cukup bersabar menghadapimu. Kalau keputusanku menyetujui kuret membuatmu marah, aku bisa mengerti. Marah saja, luapkan emosimu.” Rangga menyugar rambutnya dengan kesal. “Dengar, aku sudah pernah katakan padamu. Ini bukan pernikahan kontrak seperti dalam drama atau perjanjian bisnis yang biasa kita tangani. Ini pernikahan, hanya pernikahan. Jadi, apapun yang akan t
Read more
Bab 26-2
“Bawa dia ke Rumah Sakit. Awasi dengan ketat, jangan sampai dia melarikan diri!” Rangga membanting gagang telepon di tangannya.“Ada apa, Bos?”“Kamu hubungi Potter, tanyakan ke mana mereka membawa Amelia. Wanita gila itu, nekat menggigit lidahnya sendiri.”“Baik.” Reno melangkah cepat melintasi ruangan.“Sial!”Ponsel Rangga berdering.[Maura calling ….]“Halo.”Tidak ada jawaban dari seberang, hanya terdengar tarikan dan embusan napas.“Ra, are you okay?”[I’m okay. Hanya saja, aku tidak bisa menyalakan lampunya. Aku tidak bisa menemukan saklar dan tepuk tanganku tidak berhasil membuat lampunya menyala.]“Oke, tunggu. Aku pulang sekarang.” Rangga tersenyum melihat celah untuk mendebat keputusan Maura.Lima menit kemudian, Rangga sudah duduk di sofa kamarnya, berhad
Read more
Bab 27 Wanita Berbahaya
“Tan, bagaimana kondisi Maura?”“Dia baik-baik saja. Hanya saja, dia mengalami guncangan emosi yang berlebihan. Kalian bertengkar lagi?” Siska memicingkan mata ke arah Rangga.“Tidak, dia marah bukan padaku.”“Sudah Tante pesan berulang kali, kamu harus lebih bersabar menghadapinya. Dia baru saja kehilangan calon bayinya, itu sangat berat untuknya.”“Ya, aku ngerti.”“Mengerti saja tidak cukup, Ranggapati. Dia butuh rasa aman dan nyaman. Temani dia, jangan berani beranjak dari kursimu.”Rangga hanya mengangguk mendengar perintah Siska. Tangannya merogoh saku celana, mengambil ponsel dan menghubungi Reno.“Bagaimana kondisinya?”[Sudah sadar, Bos. Dan ternyata bukan lidahnya yang dia gigit, tapi bagian dalam mulutnya.]“Dasar wanita licik!” Rangga mengumpat marah. “Tunggu Maura sadar, aku akan menemuimu. Jangan lupa, samp
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status