All Chapters of Can You See Me?: Chapter 31 - Chapter 40
92 Chapters
Bab. 30
Semuanya hancur. Bahkan disaat kita belum sempat menulis sebuah cerita *  *  *BRAK!!Suara gebrakan di pintu membuat beberapa orang yang ada warung depan sekolah berjengit kaget. Kemudian kompak menatap si pelaku dengan garang."Lo kenapa, sih?! Bikin gue keselek tau, gak?" kesal Didan yang saat itu tengah menyantap satu pentol bakso jadi tersedak karena bakso itu masuk ke kerongkongannya bulat-bulat.Nadiv, lelaki itu tidak menanggapi ocehan Didan. Tampak lelaki itu tengah menahan emosi. Kilatan amarah dimatanya terlihat dengan jelas. Nafas lelaki itu memburu. Tangannya mengepal kuat.Didan yang semula ingin memarahi Nadiv mendadak hilang nyali ketika melihat sahabatnya seperti itu.Wisnu yang berada didepan Nadiv pun menghampirinya. "Kenapa,
Read more
Bab. 31
Tidak ada yang baru. Semuanya masih tentang dirimu *** "HENGGAR!!" pekik Rallin kala lelaki itu melayangkan satu pukulan tepat di wajah Nadiv.Nadiv mengerang kesal saat ia terjatuh bersama motornya. Untung saja ia tidak tertimpa. Nadiv menatap Henggar dengan tajam kemudian bangkit.Nadiv mendorong keras bahu Henggar sampai membuat lelaki itu mundur beberapa langkah. "Maksud lo apa, Gar?!" ucap Nadiv berapi-api."Gue bilang jaga ucapan lo!" kata Henggar tak mau kalah."Gar, udah!" cegah Rallin sambil memeluk tubuh lelaki itu saat ingin kembali melayangkan pukulan kepada Nadiv.Nadiv yang melihat itu tersenyum miring. "Apa yang lo bela dari cewek modelan kayak dia, Gar?" tanyanya sambil menunjuk Rallin. Ga
Read more
Bab. 32
Untuk rasa yang kamu berikan beberapa saat ini, terimakasih.Aku mencintaimu ***Dua tahun yang lalu... Tampak seorang gadis memakai baju kebaya modern tengah berpose untuk mengambil gambar. Di sebelahnya ada seorang lelaki yang memakai jas hitam dengan tangan membawa kalung samir. Iya, hari ini adalah hari kelulusan mereka di sekolah menengah pertama."Dih, yang bener senyumnya. Jangan kek joker gitu," protes gadis itu saat lelaki disebelahnya berpose ala joker."Biar viral, anjir!" kata lelaki itu tak mau kalah."Muka lo udah jelek gak usah di jelek-jelekin lah, Re," kata gadis itu terkekeh.Dengan
Read more
Bab. 33
Bahunya di kuatin lagi, ya?Semesta semakin berlebihan bercandanya ***"Nadiv Dirgantara H. Itu ujungnya apaan, Div?" tanya Rangga yang kala itu tengah melihat badge nama Nadiv.Didan pun ikut melihatnya kemudian mengangguk. Setuju dengan pertanyaan Rangga. Sejak dulu mereka penasaran dengan ujung nama Nadiv yang disingkat itu.Nadiv mendongak. Lelaki itu tengah menyantap baksonya. "Kepo," katanya.Rangga mendecakkan lidahnya. "Padahal nanya doang. Apaan, sih? Handoko? Handaka?" tanya Rangga tetap penasaran."Hindiki, Hunduku, Hendeke, Hondoko, semua aja lo sebutin, babi," sinis Nadiv tak terima.Rangga tertawa melihat lelaki didepannya itu mulai menunjukkan kekesalannya. "Kan, gue nanya, anjir!" katanya."Kepo lo kayak dor
Read more
Bab. 34
Dipeluk oleh luka, dikuatkan oleh dewasa, dan tersenyum untuk pura-pura bahagia ***Matanya mengerjap pelan. Kemudian terbuka sempurna, lalu tertutup lagi. Berusaha menyesuaikan dengan cahaya matahari yang menembus dari balik jendela. Ia melenguh pelan, membuat orang di sekitarnya langsung mendekat."Lin? Lo udah sadar?" pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Maudi begitu mendapati sahabatnya membuka mata.Sendi yang mendengar itu berdecak pelan. "Dih! Goblok amat lo nanyanya," cibir lelaki itu sambil menaikkan selimut Rallin yang merosot turun.Maudi memutar bola matanya malas. "Gue terlalu khawatir. Sewot aja, sih," tukasnya.Rallin tersenyum tipis. Matanya berpendar mengamati tempat ia berada. Ternyata ini adalah ruangan uks. Matanya menatap jam yang tergantung di din
Read more
Bab. 35
Kadang menangis adalah pilihan yang cocok ketika kamu tidak pandai mengungkapkannya lewat kata-kata *** Rallin memegang pipinya. Rasa panas mulai menjalar di pipinya. Air mata mulai berjatuhan. Sedangkan tangan yang satunya masih mengapit dua bungkus kembang gula pemberian Nadiv."Darimana aja kamu?!" bentak Ranti. Raut muka wanita itu tampak emosi. Mukanya memerah sampai ke telinga. Urat lehernya terlihat. Tangannya mengepal."Aku sekolah, ma," jawab Rallin. Sialnya suara gadis itu tampak bergetar. Takut akan kemarahan wanita didepannya."Sekolah mana yang memulangkan muridnya hampir malam seperti ini, hah?!" lagi, wanita itu berbicara dengan sangat keras. Membuat bulu kuduk Rallin berdiri."Kenapa mama peduli? Bukannya
Read more
Bab. 36
Kadang kita perlu dihadapkan dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat *  *  *"Apa sayang, nyariin gue?" sahut seseorang dari pintu kelas membuat Rallin menoleh dengan cepat.Setelahnya gadis itu memutar bola matanya malas. Bibirnya mencebik."Gue nyari Nadiv, bukan lo Rangga," kata gadis itu sambil berjalan ke ambang pintu. Memilih pergi ke kelasnya karena bel sebentar lagi akan berbunyi.Rangga yang baru saja tiba dengan Didan hanya cekikikan melihat ekspresi kesal Rallin. Jarang sekali gadis itu menunjukkannya. Gadis itu selalu tampil dengan senyum menawannya.Sementara itu, Nadiv sedang berjalan santai di koridor kelas. Ia tidak peduli dengan bel yang baru saja berbunyi. Menggema ke seluruh penjuru Grand Nusa.Lelaki
Read more
Bab. 37
Terimakasih telah memilihku meski aku bukan yang terbaik - Nadiv Dirgantara ***Nadiv menyesap jus mangga nya dengan santai. Tidak peduli dengan keadaan kantin yang sudah kosong karena jam pelajaran sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu.Sebenarnya ia tidak berniat ingin membolos. Hanya saja perutnya tadi sangat sakit. Membuatnya merubah haluan yang awalnya ingin melangkah ke kelas menjadi ke kantin.Tak apa lah. Untuk kali ini saja. Besok-besok Nadiv akan rajin masuk meskipun ia tidak pernah fokus mengikuti pelajaran.Setelah menghabiskan sepiring nasi goreng dan segelas jus mangga, perutnya sudah tidak sakit lagi. Lelaki itu meringis. Baru ingat kalau terakhir ia makan itu kemarin sore. Pantas saja rasa
Read more
Bab. 38
Pernah gak?Kepengen menghilang dari dunia tapi gak meninggal *  *  *Sesuai isi pesan Rallin tadi, saat bel pulang berbunyi, Nadiv bergegas mengemasi barangnya. Suatu hal langka dimana Nadiv memilih pulang lebih awal. Biasanya lelaki itu akan duduk santai dibangkunya sambil bermain game. Menunggu suasana sekolah sepi, barulah ia pulang.Dan hal itu cukup menarik perhatian beberapa temannya."Kesambet apaan lo? Gak biasanya pulang cepet," celetuk Trisna, si ketua kelas yang sikapnya sebelas dua belas dengan Nadiv.Pertanyaan Trisna mampu membuat Didan dan Rangga yang duduk di depan Nadiv kompak menolehkan kepala."Eh, iya. Tumben lo, biasanya ngadem dulu di kelas," kata Didan sambil menaikkan sebelah alisnya.Nadiv menghela nafas
Read more
Bab. 39
Kita gak tau sampai kapan, tapi pasti, rencana Tuhan itu indah *  *  *Suasana ramai tergambar jelas di dalam salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Banyak pengunjung yang berlalu lalang sambil menenteng beberapa paper bag berisi belanjaan.Banyak juga para remaja yang sedang duduk santai di kafe-kafe bertema out door. Entah itu bergerombol atau berdua, lebih tepatnya berkencan.Seorang wanita dengan pakaian mahalnya berjalan dengan anggun memasuki pusat perbelanjaan itu. Tangannya menenteng tas keluaran luar negeri itu dengan apik. Begitu pun dengan sepatu bermodel high heels merk luar negeri itu terpasang dengan cantik di kaki jenjangnya. Di lehernya terlingkar sebuah liontin berbandulkan berlian.Benar-benar menggambarkan kalau ia adal
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status