Semua Bab Diana, The Virgin Wife: Bab 11 - Bab 20
30 Bab
Bab 11. Lebih Dekat
Richard segera mengantarkan ibunya ke luar resto dan Diana menunggunya dalam diam di dalam. Tak lama kemudian, Richard kembali ke dalam Resto."Sorry ya nunggu lama, kamu uda makan?" tanya Richard."Udah kok tenang aja." Diana segera membuka tasnya dan mengeluarkan menu yang sudah disiapkannya. Dia menyerahkan kepada Richard. Richard menerimanya dan memeriksanya sekilas. Dia tersenyum memandang Diana."Thank you, Di. Ayo masuk ke dapur," ajak Richard sambil melangkahkan kakinya menuju dapur. Diana mengikutinya. Dapurnya cukup luas, bersih, dan peralatannya juga memadai. Kira-kira ada 10 orang pegawai di dapur dan mereka sedang bekerja masing-masing. Ada yang bertugas menyiapkan bahan, memasak, sampai dengan memeriksa pesanan."Masih kecil kan, Di?" tanya Richard."Ngga kok. Lumayan banyak menurutku. Kulihat kerjanya juga cekatan."Diana cukup takjub dengan anak buah Richard yang cekatan dalam bekerja. Mereka benar-benar sibuk namun
Baca selengkapnya
Bab 12. Masak di Dapur
Richard dan Diana akhirnya kembali ke Resto. Hati Diana berbunga-bunga, begitu pula Richard. Diana segera turun dari motor sementara Richard menyimpan kembali motornya di dalam toko. Sambil menunggu Richard, Diana memutuskan untuk segera memasuki resto terlebih dahulu. Situasi Resto sudah ramai. Beberapa orang menikmati makanan dan minuman sambil bercanda tawa, ada pula yang hanya membuka laptopnya sambil memakan cemilan, ada pula dudk sendirian yang sendirian menatap keluar jendela.Diana segera duduk di salah satu kursi makan sambil menunggu Richard."Ciyeee. Akhirnya posting foto mas Richard di IG," kata Aryo tiba-tiba di belakang Diana. Diana terkejut setengah mati dan segera menoleh ke belakang, "Astaga Aryo! Sejak kapan kamu disini?"Aryo langsung duduk di depan Diana."Baru aja mbak. Tadi dengerin suara motornya mas Richard. Jadi aku tahu kalian uda balik. Mba Diana jadi masak bareng kan? Tadi aku uda beliin bahan-bahannya rawon surabaya."D
Baca selengkapnya
Bab 13. Bayangan Masa Lalu
Sudah dua jam lebih Diana, Aryo, dan Heru memasak sekaligus merekam videonya. Aryo merasa sangat senang bisa memasak bersama Diana. dia merasa mendapatkan banyak ilmu dari Diana. Perasaan Diana pun juga sama dengan Aryo. Aryo sangat welcome dengan dirinya dan juga sangat cepat belajar. Tak heran Richard menjadikannya kepala chef disini. Penghargaan yang cocok untuknya.Mereka bertiga mengecek video rekaman bersama-sama. Berharap videonya dapat dimengerti banyak orang."Mba Diana emang cakep banget. Coba ini masukin ke youtube, pasti langsung viral," kata Aryo sambil melihat rekaman.Diana mengelak, "Justru kamu yang viral. Masih muda tapi jago masak kayak masterchef. Langsung tuh direkrut sama hotel-hotek terkenal.""Aku dulu juga diajarin mas Richard sama mas Bono kok mbak. Kalau ngga ada mereka, mungkin aku uda kerja di pabrik."Heru menimpali," Iya bener yang disampein Aryo mba. Baik bener merka mau kita yang kerja. Biasanya kan kayak resto nyar
Baca selengkapnya
Bab 14. Richard vs Adam
Mata Liana terbelalak,"Jadi besok Richard bakalan ketemuan sama Adam? Demi apa?!""Demikian dan terima kasih," jawab Diana datar. Liana menggerakkan bola matanya kesal. "Ih, lo ah malah bercanda. Serius dikit napa? Masalah penting nih! Gini loh maksud gue, Di. Lo harus ngomong sama Dino deh biar dia mau nemenin Richard. Jadi kalau Adam mau ngomong yang aneh-aneh, Dino bisa langsung nutup mulutnya si kecoa bassist itu. Soalnya kalau gue liat nih, Richard itu seratus persen suka sama lo dan berhubung dia emang cakep banget, jadi sayang aja kalau dilepasin gitu aja."Diana menatap Liana dengan tatapan nanar. Hatinya sangat bimbang saat ini. Dino dan Liana sampai sekarang belum mengetahui rahasia Diana. Bagaimana kalau Dino beneran besok ikut dan akhirnya rahasia Diana terbongkar di publik? Bakalan tambah malu!Liana terlihat ingin memakannya saat ini. Diana menarik nafas panjang.  Dia memberikan pengertian dan alasan," Bukan gitu, Li. Gue paham ma
Baca selengkapnya
Bab 15. Rencana Tempat Penelitian
Diana baru mengerjakan literatur skripsinya ketika hpnya berdering. Matanya sibuk memilah-milah judul jurnal yang sesuai dengan penelitiannya. Tiba-tiba hpnya berdering. Diana melihat hpnya dan mengernyitkan dahinya. Diliatnya nomor tidak dikenalnya. "Mungkin dari kampus," pikir Diana. Diana memutuskan untuk mengangkatnya."Halo, betul ini dengan mba Diana?" Tanya suara wanita di sebrang sana."Iya betul. Maaf dengan siapa?""Dengan Elsa dari Media Selebriti. Maaf saya mau bertanya mba."Diana mendengarnya kesal. Hidupnya selama ini sudah tenang dan sekarang tiba-tiba media menganggunya lagi."Maaf ya mba Elsa. Lain kali saja ya."Diana memutuskan mengakhiri telponnya namun reporter bernama Elsa itu menyelanya, "Apa mba Diana tahu mengenai Richard?"Mendengar nama Richard, Diana urung mengakhirinya. Diana berkata dengan suara tegas, "Mba, saya memang dekat dengan Richard tapi tolong jangan ganggu dia!"Diana langsung menutup te
Baca selengkapnya
Bab 16. Cinta dan Penolakan
Sesampainya di resto, Diana segera masuk dan mencari Richard. Matanya melihat kesana kemari dan mengecek bangku demi bangku, siapa tahu Richard masih ada di depan. Sosok laki-laki yang membuat pikirannya melayang-layang akhir-akhir ini ternyata sedang duduk berhadapan dengan seorang perempuan. Diana langsung menundukkan kepalanya, kecewa. Diana diam-diam keluar dari gedung dengan muka menunduk sampai dirinya bertabrakan dengan Adam."Diana," sapa Adam lembut.Diana terkejut melihat pria yang ada di depan matanya sekarang. Dia langsung membelalakkan matanya, "Buat apa kamu kesini lagi?""Aku cumen mau ngasih undangan konser ke Richard sama kamu. Kalau kamu mau dateng."Adam menyerahkan poster konsernya. Kenangan ketika Adam menembaknya sewaktu konser memenuhi benaknya lagi. Namun, itu masa lalu. Diana sudah berhasil move on. Tiba-tiba terdengar suara Richard di belakang Diana. Richard memegang tangan Diana. Diana menoleh ke arah Richa
Baca selengkapnya
Bab 17. Dia sudah pergi
Bono menggedor-gedor kamar Richard. "Ric, kowe neng njero tho? (Ric, kamu di dalam kan?)"  Namun tidak ada jawaban. Bono menggedor-gedor kamar Richard lagi beberapa kali. Dia juga menelepon Richard. Terdengar suara ringtone di dalam kamar. "Asemik! Ora dibuka-buka (Sial! Tidak dibuka-buka)," gumam Bono kesal. Bono berteriak lagi, "Isih urip ora kowe? Jan gondes tenan!. Pokmen aku wegah balek nek kowe ora metu seko kamar! (Masih hidup ngga kamu? Kampungan! Pokoknya saya ngga mau pulang kalau kamu ngga keluar dari kamar!)" Namun suasana masih hening. Richard tidak membuka pintu kamarnya. Mendengar keributan yang ditimbulkan oleh Bono, ibunya Richard segera menemui Bono dan membawa segelas minuman. "Ono opo tho le? (Ada apa nak?)"  "Ini tante. Richard ngga mau buka pintunya dari tadi. Saya sampai capek gedor-gedor pintunya." Bu Brown terlihat sedih, namun beliau be
Baca selengkapnya
Bab 18. Pergi ke Bali
Diana menarik nafas panjang. Dia sedang bersantai di pinggiran kolam renang villa tante Shinta dengan hanya memakai bikini favoritnya. Cuacanya sangat mendukung, tidak panas namun juga tidak dingin. Diana mencelupkan badannya di air dan mulai berenang kesana kemari. Sekitar lima kali bolak balik sampai akhirnya dia beristirahat sambil minum gelas berisi soda yang telah disiapkannya sendiri di pinggiran kolam renang.Sambil menikmati minumannya, matanya melihat bunga-bunga kamboja putih kuning yang tumbuh di sekitar kolam renang. Villa milik tantenya ini cukup luas dan dikelilingi oleh taman bunga. Berbagai bunga tumbuh di halamannya. Maklum, tante Shinta adalah seorang Florist terkenal di Jakarta. Beliau begitu mencintai bunga. Kolam renangnya sendiri ada di belakang Villa. Selain tumbuhan bunga di samping kolam, di salah satu sisi kolam renang, terdapat kaca bening tebal yang memperlihatkan pemandangan sawah yang membentang jauh di bawahnya. Sangat menyegarkan.Diana
Baca selengkapnya
Bab 19. Clubbing
Lampu remang-remang dengan berbagai warna menyala berpendar ke seluruh penjuru ruangan. Musik EDM dengan para disk jockey sedang memutarkan lagu-lagu yang mengenakkan telinga dan mengajak tubuh untuk bergoyang. Ardi dan Diana sedang duduk bersama di meja bartender. Mereka meminum alkohol dan bersulang beberapa kali.Diana benar-benar menikmati malamnya sehingga dia pun cukup banyak meminum alkohol. Diana menganggap daya tahan tubuhnya terhadap pengaruh alkohol cukup baik karena sampai saat ini dia belum mabuk. Untungnya Ardi tipe anak baik-baik jadi dia sangat menjaga Diana. Beberapa kali Ardi memperingati Diana supaya tidak minum terlalu banyak, namun Diana mengabaikan peringatannya sambil tertawa dan terus meneguk alkohol."Diana, aku mau ke toilet sebentar ya," kata Ardi pada Diana. Diana menoleh ke arah Ardi dan mengangguk, "Iya Di. Sana gih! Nanti bocor malah berabe lho!"Ardi tertawa namun dalam hatinya dia khawatir terjadi sesuatu dengan Diana. Ar
Baca selengkapnya
Bab 20. Hangover
Diana membuka matanya. Dia melihat sekelilingnya yang tamapak tidak asing. Lalu dia mengernyitkan dahinya dan berusaha mengingat apa yang terjadi semalaman. Namun dia belum dapat mengingat apapun."Sial! Pasti aku mabuk semalaman,"gumamnya.Dia bangkit dari tempat tidur dan mengamati dirinya sendiri di depan cermin dari ujung kepala sampai kaki. Ketika dirinya tersadar bahwa ternyata dia sudah ganti baju, dia sangat terkejut. Dia langsung mundur beberapa langkah dari cermin, lalu mencoba mengintip bayangannya lagi untuk memastikan."Siapa yang mengganti bajuku? Bahaya! Bahaya!" katanya keras-keras.Diana langsung duduk di sudut tempat tidur. Kepalanya merasa sangat pusing hingga akhirnya dia mengambil obat sakit kepala dan air putih di meja kamarnya. Dia segera meneguknya dan berharap supaya sakit kepalanya segera pergi. Namun tak lama kemudian, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, Richard masuk ke dalam membawa nampan. Diana kehilangan kata-kata."Di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status