All Chapters of Like a Fairy Tale: Chapter 21 - Chapter 30
88 Chapters
21’ Alkemis Berambut Putih
Aciel dan Aredel menengokkan wajah mereka ke arah sumber suara. Aredel terkejut melihat seorang pria muda, dengan rambut putih dan matanya yang berwarna hijau. Orang tersebut tidak terlihat sama sekali seperti Alkemis pada umumnya yang tua, keriput, dan beruban. Sedangkan pria di depan mereka ini terlihat seumuran dengan Aciel, tingginya sekitar 178 centimeter, berkulit putih, serta lengkap memakai jas lab berwarna putih, celana bahan, baju kaos, dan sepatu hitam.“Kau terlihat terkejut sekali melihat ku nona. Apa aku tidak sesuai dengan ekspektasimu?” tanya pria berambut putih tersebut sambil berjalan mendekati Aredel.“Kau Alkemis kan?” tanya Aciel.Pria berambut putih tersebut mengangguk, kemudian berjalan ke arah burung phoenix yang menjadi perhatiannya sejak mereka datang ke rumahnya. “Kau membawa barang bagus, jadi apapun yang kalian minta akan ku turuti.”“Maaf, tapi Felix tidak kami jual,” ucap Arede
Read more
22’ Si Jenius Rayzeul
Setelah berjam-jam Rayzeul membuatkan penawar racun untuk adiknya Aciel, akhirnya penawar racun tersebut selesai juga. Rayzeul memasukkan cairan tersebut ke dalam suntikan, dan suntikan tersebut dia masukan ke dalam koper kecil berwarna abu-abu.“Kau membuat berapa?” tanya Aciel.“Aku hanya membuat tiga, cukup susah membuatnya jadi maaf kalau lama dan hasilnya hanya sedikit,” jelas Rayzeul.“Tidak apa-apa, aku rasa tiga juga sudah lebih dari cukup,” ucap Aciel.“Kalau begitu, mari kita rombak kapsul terbang mu itu.” Rayzeul melangkahkan kakinya keluar dari lab tersebut.“Kemana?” tanya Aciel bingung.“Ada ruangan khusus untuk membuat peralatan-peralatan sains di atas rumah ku, kau terbangkan saja kapsul mu ke atas rumahku, nanti akan kubukakan atapnya,” jelas Rayzeul kemudian berjalan menaiki tangga, yang diikuti Aredel dan Felix di belakangnya.Aciel segera kelua
Read more
23’ Perasaan Aciel
Aciel menghela napasnya lega, dia menidurkan tubuhnya di lantai sambil memandangi langit malam yang berisikan banyak bintang-bintang kecil dari atap rumah Rayzeul yang terbuka. “Ini sudah jam sepuluh malam tapi si Aredel itu belum juga kembali,” ucap Rayzeul sambil meminum kopinya. “Aku akan menyusulnya nanti, aku istirahat dulu sebentar.” Aciel memejamkan matanya kemudian menggunakan kedua tangannya sebagai bantal kepalanya. “Cepat, malam hari di hutan ini sangatlah berbahaya, aku jadi khawatir padanya.” Rayzeul berbicara dengan nada yang datar lalu berjalan ke meja komputernya. “Benarkah?! Aku harus cepat menyusulnya!” panick Aciel yang langsung berdiri dari tidurnya, lalu melangkahkan kakinya ke tangga. “Kau mau mencarinya naik apa?” tanya Rayzeul yang berhasil menghentikan langkah Aciel. “Jalan kaki?” tanya Aciel sambil menggarukkan kepalanya. “Dasar bocah. Sini, aku pinjami kau sesuatu agar bisa mencari Aredel dengan cepat
Read more
24’ Kendaraan Baru
Aredel dan Aciel kini tengah berjalan santai berdampingan, dengan tangan mereka yang saling bergandengan satu sama lain. Felix terbang di atas mereka, sambil sesekali mengeluarkan suara kicauan yang sangat keras menikmati sejuknya angin malam di padang bunga.Aredel tertawa kecil, kemudian bertanya pada Aciel. “Apa kau sudah puas sekarang Aciel?”Aciel mengerutkan kedua alisnya bingung lalu bertanya balik, “Puas apa?”“Melihat banyak hal baru. Kau telah bertemu berbagai macam makhluk, dan salah satu dari mereka bahkan menjadi temanmu.” Aredel melepaskan gandengan tangan mereka, menatap manik keemasan pria bersurai merah di depannya dengan hangat.“Ya, dan salah satunya menjadi kekasihku,” goda Aciel kemudian menggandeng tangan Aredel kembali“Tapi aku minta maaf, karena perjalanan kita tidak seperti dongeng-dongeng indah pengantar tidur lainnya. Padahal baru setengah perjalanan, tapi aku sudah b
Read more
25’ Masalah Baru
Aciel, Aredel, Felix, serta penumpang baru mereka Rayzeul sedang menikmati sarapan pagi di mini jet. Aciel menyalakan mode auto pilot, agar dia bisa menikmati sarapannya dengan tenang dan nyaman.“Kau tahu kan arah jalan kita?” tanya Rayzeul lalu meletakkan mangkuknya yang sudah kosong di meja belakang, samping microfast.“Ada peta ajaib yang menunjukkan jalan, jadi aku yakin kita tidak akan tersesat kok. Rayzeul tidak perlu khawatir.” Aredel menggigit apel hijau yang ada di tangannya, kemudian mengunyah apel tersebut.“Ya, meskipun aku masih trauma dengan peta ajaib itu,” jawab Aciel lalu meletakkan mangkuk kosongnya di samping mangkuk Rayzeul.“Oh iya, apa perjalanan menuju Gunung Rinjanist itu berbahaya? Maksudnya seperti akan ada serangan dari para Orc, Troll, atau makhluk lain?” tanya Aredel.Rayzeul menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tentu saja tidak ada, kalian pasti mengalami hal ber
Read more
26’ Tantangan dari Penyihir
Aciel, Aredel, dan Rayzeul sedang berada di dalam rumah tua. Rumah tua tersebut milik tiga penyihir. Rumah itu berwarna abu-abu yang di dalamnya ada beberapa kursi kayu, kuali besar berwarna hitam dengan cairan hijau di dalamnya, dan beberapa kandang yang berisikan hewan-hewan seperti ular kecil, tikus, dan katak.“Bisakah kalian mengatakan apa yang kalian inginkan? Karena jujur saja, kami tidak memiliki banyak waktu,” ucap Aredel dengan nada sinis.“Jangan terburu-buru begitu, kita bahkan belum berkenalan,” jawab salah satu penyihir berbaju hijau dengan burung hantu hitam yang bertengger di pundaknya.“Iyah aku belum kenal kalian semua kecuali Rayzeul,” ucap penyihir dengan baju berwarna kuning.“Rayzeul kau kenal dia?” tanya Aciel sambil menunjukkan jarinya ke penyihir berbaju kuning dengan burung hantu putih yang bertengger di kepalanya.“Iyah, sebenarnya aku kenal mereka karena sering lewat
Read more
27’ Tantangan dari Penyihir pt.2
Aciel menghela napasnya kasar, kemudian terbang mengelilingi goa yang lembab dan gelap itu bersama Felix. Felix terbang di depannya, mengikuti pria bersurai merah itu dari belakang.“Aku tidak merasakan ada yang aneh disini, kalau pun ada pasti Felix menyadarinya lebih dulu,” batin Aciel sambil melihat sekelilingnya.Felix tiba-tiba berhenti terbang, dia melayangkan tubuhnya di udara dengan mata yang melihat ke bawah.“Kau melihat apa?” tanya Aciel kemudian ikut melihat ke arah pandangan Felix.Kosong, Aciel tidak melihat apa-apa disana kecuali tanah yang lembab, digenangi air.“Test … test … dua menit telah berlalu, waktunya menghitung mundur.” Suara tersebut keluar dari langit-langit goa, yang membuat Aciel mendongakkan kepalanya ke atas.“Sepuluh … Sembilan … delapan … tujuh … enam … lima … empat … tiga … dua … satu. Mula
Read more
28’ Tantangan dari Penyihir pt.3
Mata hijau milik Rayzeul menajam, surai putihnya yang indah kini telah basah dan penuh dengan keringat. Tangan kanan pria bermata hijau itu, tiada hentinya menebas serat-serat akar yang mati-matian berusaha melilit tubuhnya. Rayzeul mulai lelah, kerongkongannya mulai kering dan butuh asupan air.“Kalau kalian ingin air atau makanan mintalah pada kami, nanti akan kami berikan pada kalian,” ucap salah satu penyihir dengan suara yang sedikit nyaring.“Dasar kalian ini benar-benar,” batin Rayzeul.“Aku minta air!” teriak Rayzeul  Lubang hitan dari langit muncul setelah Rayzeul meneriakan bahwa dia membutuhkan air. Dari lubang tersebut, keluarlah botol berwarna biru yang dapat memuat air satu liter di dalamnya. Rayzeul menggerakan tubuhnya gesit, sontak terbang menangkap botol tersebut ketika melihat ada sebuah lubang hitam di langit. Rayzeul membuka tutup botol tersebut, kemudian meminum air dari botol itu.&ld
Read more
29’ Tantangan dari Penyihir pt.4
Aciel menarik napasnya dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya secara perlahan. Mata emasnya memincing tajam ke arah tubuh monster berkepala ular tersebut. Pria bersurai merah seperti tomat itu menyunggingkan senyumannya, kemudian beberapa detik setelahnya tubuh yang tadinya berada di dekat langit-langit goa, kini telah berada di belakang monster berkepala ular tersebut. Monster berkepala ular tersebut menyadari kedatangan Aciel di belakangnya, kemudian dengan lincah monster itu membalikkan tubuhnya dan langsung menyerang Aciel dengan lidahnya yang panjang. Slapp Slapp Aciel terbang cepat menghindari serangan lidah beracun dari monster itu. Tubuhnya sudah mahir sekarang menggunakan jubah terbang milik Rayzeul. Aciel mengeluarkan tongkat halilintarnya, kemudian mengarahkan tongkat tersebut ke tubuh monster berkepala ular. Ctarr Ctarr Monster berkepala ular tersebut juga sudah semakin gesit menghindari serangan halilintar-halilin
Read more
30’ Tantangan dari Penyihir pt.5
Aciel menepuk-nepukkan kedua tangannya pada celana hitamnya yang kini sudah kotor, dan bahkan ada bagian yang sobek. “Baiklah aku sudah siap.”“Pada hitungan ke sepuluh, pintu berwarna merah akan muncul dihadapan mu. Setelah pintu tersebut muncul, kalian bisa langsung masuk ke dalamnya dan menolong teman kalian. Semoga beruntung!” seru Greeny, yang suaranya menggema di langit-langit goa tersebut.“Sepuluh … Sembilan … delapan … tujuh … enam … lima … empat … tiga … dua … satu.” Lucy menghentikkan hitungannya, kemudian beberapa detik sebelahnya muncullah pintu merah dihadapan Aciel dan Felix.Aciel menghembuskan napasnya pelan, tangan kanannya kini mulai memegang kenop pintu tersebut. Dengan mata emasnya yang terlihat berapi-api, dia memutar kenop pintu tersebut dan melangkah masuk ketika pintu itu terbuka.Baru saja melangkahkan kakinya masuk, wajah Aciel sud
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status