Semua Bab Suami Bersama: Bab 61 - Bab 70
98 Bab
Menceraikan Naura
Aku kembali bertengkar dengan Naura. Sejak lama, memang tidak ada lagi kecocokan di antara kami berdua. Banyak perbedaan prinsip antara aku dan dia. Hal kecil saja bisa menjadi besar dan pertengkaran pasti terjadi. Naura pun sudah banyak berubah. Karena sifatnya yang susah diatur, membuatku tidak sanggup bersamanya lebih lama.  Kami sudah tidur terpisah. Bahkan aku malas untuk pulang ke rumahnya.  Setelah banyaknya perdebatan antara kami yang tiada henti-hentinya, wanita itu kini berbuat sesuka hatinya. Aku seperti tidak dihargainya lagi dan ia semakin berani padaku, bahkan aku dipermalukan saat rapat berlangsung di kantor. Secara sepihak dan tanpa memberi tahuku terlebih dahulu, ia mengambil alih jabatan direktur atas namanya kembali dan menurunkan jabatanku hanya sebagai staf biasa. Entah mengapa ia memperlakukanku seperti itu, setelah apa yang aku lakukan untuk perusahaannya? Aku tidak terima dan segera menemui Naura yang sudah berada di ruanganku lebih
Baca selengkapnya
S2 Serpihan Hati
Pernikahan adalah pengikatan janji suci dua insan yang sakral. Pernikahan juga merupakan sebuah keseriusan terhadap suatu hubungan dua manusia yang saling mencinta. Mereka disatukan dalam ikatan yang sah dengan tujuan ibadah untuk menunaikan sunah Rasul-Nya. Selain cinta, pernikahan akan kuat jika didasari dengan tujuan untuk menggapai ridho Allah SWT., sedahsyat apapun ancaman ujian terhadap pernikahan itu. Semua orang mendambakan pernikahan yang bahagia, utuh, dan selamanya. Berharap ikatan suci itu sampai pada usia senja, bahkan hingga maut menjemput. Begitupun harapan Nadhira Putri, saat seorang laki-laki yang menjadi kekasihnya, meminta dirinya pada sang ayah untuk jadi pendamping hidup dan mengarungi bahtera rumah tangga bersama. Namun, Pernikahan penuh suka cita dan kebahagiaan yang ia dambakan bersama Yusuf Pramudya, suaminya, berakhir di meja hijau. Tak tahan dengan perlakuan sang suami yang tega menduakannya sedangkan pernikahan mereka barulah seumur jagung. Di saa
Baca selengkapnya
S2 Membuka Hati
Mereka sudah pulang dari sekolah. Kini, Nadhira tengah berada di taman baca miliknya. Taman bacaan berbentuk seperti kios buku itu berdiri di lahan kosong milik sang ayah. Bangunan segiempat itu dibangun dari keuntungan penjualan buku yang telah ia dapatkan. Semua ini berkat Adrian yang menyuruh dan menyemangatinya untuk merampungkan bukunya. Ini adalah impian Nadhira sejak dahulu. Melihat  kurangnya minat baca anak-anak di kampungnya, menggerakkan hatinya untuk membangun taman bacaan tersebut. Ia juga mengajar mereka yang tidak bersekolah. Adrian dan ayahlah yang membantu mewujudkan semua ini. Ia menamai taman bacaan itu dengan nama 'Kios Baca Andra'. Selain mengelola taman bacaan, Nadhira juga kini mengajar di sekolah menengah atas di Jakarta. Akhirnya tawaran teman Adrian, ia terima. Walau ia harus bolak-balik Jakarta-Bogor. Sama seperti sekolahnya dahulu, waktu mengajar Nadhira tidaklah begitu padat, karena ia hanya mengajar satu mata pelajaran saja, sesuai
Baca selengkapnya
S2 Bertemu Calon Mertua
Adrian dan Nadhira akan pergi makan siang di sebuah restoran. Sebelumnya, mereka menjemput Andra terlebih dahulu di sekolah. Saat ini, mereka sudah berada di depan gerbang sekolah Andra.Tak lama, anak kecil itu keluar dari kelasnya. Ia berlari ke arah gerbang dan menghampiri keduanya."Ayah ... Bunda!" seru Andra lalu mencium tangan ayah dan bundanya."Kita makan siang bareng kakek dan nenek, ya," ajak Adrian, seketika membuat Andra senang."Asyik ... aku mau ketemu kakek dan nenek!" ucap Andra sembari berjingkrak kegirangan. Sebelumnya Nadhira sudah memberi tahunya tentang hal ini."Ayo, masuk!" suruh Adrian sambil membukakan pintu kabin belakang mobilnya untuk Andra, kemudian membukakan pintu kabin depan untuk ibu dari anak itu. Setelah dua orang terkasih duduk sempurna di dalam mobil, lelaki itu berlari menuju kursi pengemudi. Adrian memakai seatbelt lalu menstarter mobil dan melajukannya perlahan."Bagaimana sekolahnya hari ini, Nak?" t
Baca selengkapnya
S2 Terhalang Status
Sepanjang perjalanan pulang dari restoran, Nadhira hanya diam. Andra tertidur di kursi belakang setelah kekenyangan, sementara Adrian fokus menyetir mobilnya. Selama perjalanan itu, mereka saling membisu. Tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut keduanya. Sesekali Adrian menoleh pada wanita yang duduk di sampingnya dan mencoba menebak apa yang tengah dipikirkan wanita itu. Tentu saja Nadhira tengah memikirkan dan mencerna kembali perkataan Bu Widya di restoran tadi. Ia tidak menyangka bila seperti itu sambutan dari ibunya Adrian terhadap dirinya. Ia pun tidak habis pikir, wanita paruh baya itu mempermasalahkan statusnya. Padahal sang anak tidak mempermasalahkan tentang status janda yang disandangnya sejak lima tahun lalu. Butuh keberanian bagi Nadhira untuk memulai kembali merajut asa bersama lelaki yang benar-benar bertanggung jawab seperti Adrian. Saat ia siap menerima lelaki itu, ternyata tidak berjalan mulus. Ini baru awal. Dan rintangan itu begitu nyata di h
Baca selengkapnya
S2 Meyakinkan Ibu
Sepulang dari rumah Nadhira, Adrian langsung menemui ibunya. Ia ingin meyakinkan sang ibu agar menerima Nadhira apapun statusnya. Entahlah, ia begitu yakin bahwa ibu dari Rafandra dapat memberinya kebahagiaan. Hanya dia. Hanya wanita itu yang lelaki itu inginkan. Adrian tulus mencintainya, bukan karena rasa iba pada ibu beranak satu itu. Sejak kuliah rasa cinta itu tidak pernah berkurang. Setelah Nadhira bercerai dengan suaminya, itu adalah kesempatan Adrian untuk mendapatkannya. Namun, ternyata jalan cintanya tak semudah yang ia bayangkan. Sangat sulit menaklukkan hati Nadhira karena rasa trauma yang terus menyelimuti hatinya. Sehingga Adrian harus menunggu lebih dari lima tahun untuk meyakinkan Nadhira dan mendapatkan cinta wanita itu. Kini, saat Nadhira menerimanya, halangan justru datang dari wanita yang melahirkannya. Sang ibu tidak menyetujui hubungan mereka karena status janda yang disandang Nadhira. Adrian sudah sampai di rumah orang tuanya. Ia bergeg
Baca selengkapnya
S2 Tidak Pantas
Adrian tengah di dalam kantornya. Beberapa hari kemarin ia disibukkan dengan pekerjaannya. Namun, untuk saat ini sepertinya pikirannya disibukkan tentang Nadhira. Ia belum bertemu lagi dengan Nadhira sejak terakhir pertemuan mereka ketika Adrian menjelaskan pada Nadhira bahwa ia dijodohkan. Nadhira sempat kaget. Namun, tak lama wanita itu mengulas senyum. Bahkan tidak sedikitpun menampakkan kesedihan di wajahnya. "Kenapa kamu tersenyum?" tanya Adrian heran dengan sikap Nadhira. "Lalu aku harus bagaimana? Kita ini masih tahap pendekatan, Mas, Belum ada ikatan. Kamu masih bebas menentukan dengan siapa kamu menikah. Aku yakin, ibumu pasti tidak akan salah memilihkan calon istri untukmu. Apalagi dia seorang dokter, bukan?" jawab Nadhira panjang lebar dan diakhiri pertanyaan. Ia merasa rendah diri bila dibanding dengan Carissa, wanita yang dijodohkan dengan Adrian. "Tapi, Nad .... " Kalimat Adrian terpotong. "Mas, sudahlah. Sebaiknya kamu pikirkan
Baca selengkapnya
S2 Sudah Cukup
"Dira! Dira dengarkan aku dulu!" ucap Adrian sambil menggedor kaca mobil agar mobil tersebut tidak jalan. Nadhira sudah berada di dalamnya. "Jalan, Pak!" suruhnya pada sopir taksi. "Baik, Bu," ucap sopir itu seraya mengangguk dan segera melajukan mobil. Adrian mencoba mengejar, tapi sia-sia. Mobil taksi itu terus melaju meninggalkannya. Adrian tampak frustasi. Kedua tangannya berada di pinggang. Ia menghela napas berat sambil pandangan masih mengarah pada mobil taksi yang membawa Nadhira pergi. ** Nadhira sudah sampai di rumahnya. Setelah membayar ongkos taksi, ia berlari masuk ke kamarnya. Ditutupnya pintu kamar lalu bersandar di baliknya. Tubuh kurus itu melorot dan terduduk di lantai. Buliran bening kembali meluncur lurus di pipinya. "Kukira kamu benar-benar mencintaiku, Mas, tapi ternyata aku salah. Begitu cepat kamu berpaling," ucap Nadhira. Napas tersengal di sela tangisnya. "Perempuan yang bersamamu tadi, ternyat
Baca selengkapnya
S2 Tinggalkan Adrian
Wanita berseragam dinas panjang berjalan seorang diri menyusuri gang perkampungan tempat tinggalnya. Matahari tampak menyorot dari arah barat, menerpa wajahnya yang lelah. Sesekali tangan kanannya terangkat menghalau cahaya kuning itu. Hembusan angin sore menggerak ujung pashmina yang membalut kepala. Tidak lupa tas kulit berwarna hitam tersampir di pundaknya. Nadhira baru saja pulang dari tempat tugasnya. Sudah lama ia tidak mengendarai motor matic-nya dan lebih sering menaiki kendaraan umum, meskipun pagi-pagi sekali ia harus berangkat ke tempat tugasnya. Biasanya ia akan menaiki ojeg setelah turun dari angkutan umum yang berhenti di depan gang. Namun, entah mengapa sore itu, tidak ada satu pun ojeg yang mangkal di depan gang, sehingga ia harus berjalan kaki menuju rumahnya?  Di tengah perjalanan, sebuah mobil Avan*a silver yang ia kenal, berhenti di dekatnya. Itu adalah mobil lama Adrian. Nadhira menghentikan langkahnya dengan perasaan tak menentu. Namun, saa
Baca selengkapnya
S2 Ide Gila Carissa
"Kamu ... Nadhira?" tanya wanita itu. Nadhira menoleh dan melihat siapa wanita yang menanyainya. Ia terdiam dan mencoba mengingat di mana ia pernah bertemu dengan wanita itu. "Hai, aku Carissa," ucap wanita itu memperkenalkan diri. Nadhira termangu melihat ke arah Carissa yang mengulurkan tangan menunggu sambutan tangannya. Perasaannya campur aduk saat itu. Kini, ia berhadapan langsung dengan wanita pilihan ibunya Adrian. "Nadhira." Akhirnya Nadhira menyambut jabat tangan Carissa dan memperkenalkan dirinya juga. "Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Bagaimana kalau kita ngobrol dulu?" tanya Carissa meminta persetujuan. Nadhira hanya memberi jawaban lewat anggukkan. *** Adrian menghentikan mobilnya di depan rumah Nadhira. Dilihatnya rumah itu tampak sepi. Kemudian ia turun dari mobil. Tak lupa Adrian membawa serta goodie bag berisi mainan untuk Andra. "Assalamu'alaikum," ucapnya sambil mengetuk pintu. "
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status