All Chapters of Project Darah Malaikat: Chapter 31 - Chapter 40
146 Chapters
Nabit
Bisakah?Aku ingin lepas dari project Darah Malaikat ini, walaupun itu artinya aku harus mencari cara untuk men-support usaha yang baru aku rintis bersama Aaron dan teman-teman dengan cara lain.“Em ... Daffar,” celetukku mengubah nada resmi ucapanku.“Ya,” jawabnya singkat.“Em, bisakah ... em ... saya lepas dari project ini. Em ... saya lebih memilih menjadi pegawai lab biasa saja, atau-”Aku diam sejenak, mengumpulkan semua keberanian, memperkirakan semua resiko yang mungkin terjadi.“Atau saya bisa berhenti bekerja dari Omega,” lanjut ku dengan menguatkan hati.“Hah?!” seru Daffar seketika.Laki-laki itu terperanjat, tapi sesaat kemudian ia tertawa terbahak-bahak.“Anneth ... Anneth,” ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.Laki-laki ini menatapku lekat dengan ekspresi geli. Kemudian ia mencondongkan tubuhnya ke arahku.“Menurutmu, aku akan membiarkan itu?” katanya dengan penuh penekanan.Ah ...!Aku kecewa.“Anneth, bukankah sudah kubilang sebelumnya, baru kali ini aku menemu
Read more
Serpih Ingatan
Pertanyaanku terabaikan.Melihat Hirah yang panik, aku kecil kebingungan, apalagi mendengar apa yang ia ucapkan. Tapi, tak ada waktu untuk menanyakannya lebih lanjut.Wanita itu meletakkan telunjuknya di dekat bibirnya.“Sst!” pintanya, wajahnya makin tegang.“Hirah,” ucap aku kecil sambil menahan tangis.“Dengar, Nak! Apapun yang Kamu dengar dan Kamu lihat dari sini, jangan pernah membuat gerakan atau suara apapun! Mengerti?” lanjutnya dengan penuh penekanan dalam setiap kata dalam kalimatnya.Aku menatapnya dengan bingung, takut dan penasaran.Aku ingin menggeleng, tapi tatapan mata Hirah membuat kepala ini terpaksa mengangguk.Pengasuhku ini menganggukkan kepala.“Bagus, Nak! Kamu anak pintar,” pujinya seperti biasanya.“Jangan sampai mereka tahu Kamu ada di sini, oke? Akan ada orang yang membawaku dari tempat ini, setelah itu akan ada tetangga kita yang akan mengantarmu ke suatu tempat, Kamu akan banyak teman di sana, mengerti?” tegasnya kembali dengan penuh penekanan pada setiap
Read more
Next Info
Aku memejamkan mata saat otak ini tak memiliki referensi dari semua pengetahuan yang kupunya untuk menjawab pertanyaan yang bergulung-gulung di kepala ini.Hah!Mungkin selama ini, aku terfokus pada kesedihan yang meraja di hati karena kepergian Hirah dengan cara yang tak wajar itu.Tapi, kali ini, setelah mengalami banyak kejadian di luar nalar, aku baru sadar jika kepergian Hirah itu bukan semata-mata kepergian yang tak wajar, tapi ada hal lain yang tersembunyi dibalik itu.Sayang sekali, bahkan untuk menebak apa yang berada di balik semua itu saja, aku nggak bisa.Akhirnya, aku berusaha mendamaikan diriku sendiri dengan menumbuhkan harapan semoga kelak petunjuk-petunjuk, dengan rela, datang menghampiri.Kaki ini melangkah meninggalkan rumah kosong ini dengan gontai.Beberapa saat kemudian, setelah menunggu rute balik bus dari kota yang berada di sebelah daerah Nabit ini, bus yang kutumpangi masuk ke Kota Shrim dan menurunkan aku di halte dekat tempat tinggalku.“Anneth!”Suara Aaro
Read more
Kesaksian
Dengan ekspresi menahan kesal, Sinna menepuk bahu ini.“Menurutmu aku akan membiarkanmu pergi ke sana sendiri, hah?” ujarnya geram.“Terus?” tanyaku bingung.“Anak buahku itu yang akan mengantarmu, besok ku arrange agar dia menjemputmu, minta cuti kerja aja!” saran Sinna bernada bujukan, saran dan perintah yang tak boleh ditolak.Hem ... ternyata dia ingin menyertakan salah satu cctv-nya.Aku mengangguk.“Bagus, itu lebih baik,” jawabku mengalahYa ... daripada nggak dikasih alamatnya.“Ya, udah, jangan pilu-pilu lagi! Semangat! Tuh jangan lupa di makan!” berondongnya sambil menggerakkan kepala ke arah nampan yang tergeletak di atas meja kecil.Aku mengangguk patuh.“Ya sudah, anakmu lagi digendong bapaknya di lantai bawah, nanti keburu nangis dia, aku pulang dulu,” pamit Sinna datar.Aku segera memeluknya sambil mengucapkan terima kasih sebelum dia meninggalkan rumah ini.Waktu berjalan begitu cepat.Pagi ini, setelah mengajukan cuti mendadak, aku sudah berada dalam satu mobil bersam
Read more
Ruang Praktek Barkiya
“Selamat datang di tempat yang sederhana ini, Anneth!” serunya dengan riang.“Em, aku dengar ... Kamu juga mencariku di kediamanku,” lanjutnya sambil menyertakan senyum manis.Aku mengangguk.“Seharusnya saya mencari Anda lebih cepat dari ini, Barkiya,” balasku santun.Wanita ini tersenyum penuh arti, mengangguk tanpa melepaskan pandangannya dari wajahku.“Kamu ke sini bukan untuk mengobati gejala seperti yang dirasakan oleh para tamu di acara Millian ‘kan?” tebaknya datar.Aku menggeleng.“Saya rasa, Anda lebih tahu tentang itu, Barkiya,” jawabku terus terang.“Anda bahkan bisa mengirimkan suara Anda ke telinga ini tanpa seorang pun mengetahuinya,” lanjutku lugas.Wanita cantik ini yang duduk di belakang meja kerjanya itu mengangguk-angguk.“Hem ... senang sekali jika Kamu mengetahui itu, Anneth,” jawabnya tanpa ekspresi terkejut di wajahnya.Aku berusaha menunjukkan ekspresi datar.“Jadi, apa keluhanmu?” tanyanya sambil beranjak.Aku mengikuti gerakannya yang berjalan menuju sebuah
Read more
Titik Terang
Pandangan mata ini menatap dalam-dalam tepat di manik mata Barkiya.“Jadi, asap ungu yang keluar dari tubuh gadis yang berbaring di meja itu-”Barkiya mengangguk sebelum kalimatku lengkap.“Dan Amora beserta teman-temannya ...,” lanjutku menggantung.Barkiya kembali mengangguk.“Millian dan beberapa teman-temannya berhasil menikahi wanita dari jenis manusia dari Kota Shrim ini dan itulah kenapa mereka sering mengadakan ritual-ritual yang bersembunyi dibalik acara yang kelihatannya baik-baik saja.” Barkiya berhenti, lalu mengembuskan napas dalam.“Oh ....” Aku melongo.“Jadi, semua ketidaknormalan itu memiliki efek pada manusia normal, untuk itu Kamu menjaga acara itu agar tidak memakan korban,” lanjutku tercerahkan.“Tentu saja, semua yang tak normal pasti memiliki efek. Yang bodoh adalah para tamu yang datang dengan sukarela dan tidak dapat melihat apa yang tersembunyi dibalik undangan-undangan yang memikat itu." Barkiya tersenyum penuh arti."Hem ... tapi, aku nggak menyalahkan mere
Read more
Daftar Pertama Pengujian Darah
Dua orang di laki-laki yang duduk di dekat Daffar mengembuskan napas dalam.Dari pengamatanku, sepertinya mereka juga mengalami nasib yang sama. Lalu, lalu salah satu dari mereka mengangkat pandang dan menatap Daffar.“Aku hanya bisa menemukan specimen yang ‘mencurigakan’ em ... beberapa saja. Hanya saja, aku tidak yakin karena tingkatan pengujianku masih rendah,” ucapnya kemudian menggerakkan kepala sebagai isyarat untuk pendampingnya.Melihat isyarat itu, laki-laki muda yang mungkin sebaya denganku, yang sejak tadi berdiri mematung di belakang bosnya itu, mendekat ke arah meja, lalu meletakkan tas kotak warna silver yang sejak tadi dibawanya.Aku melihat ia mengeluarkan carrier specimen dari dalam koper kotak itu. Lalu, ia mendekatkan kotak pembawa specimen yang berukuran kecil itu ke dekat Daffar.“Specimen itu diam cukup lama sebelum akhirnya terangkat ke udara,” lapornya datar.“Aku akan menguji ulang,” balas Daffar tak kalah datar.Laki-laki yang duduk di sampingnya mendesah lel
Read more
Sabotase Specimen
“Oh.” Itu saja yang mampu kuucapkan sementara ini.Aku segera memutar otak untuk mencari celah agar bisa lolos dari rencana pengecekan darah itu.Beberapa saat kemudian, mobil ini sudah sampai di Omega Lab.Dan sesuai dengan keinginan pemilik saham laboratorium ini, dia, menurutku, dengan sedikit memaksa mengantarkanku ke bagian paling depan lab ini.Aku hanya diam ketika mengekor sosoknya yang menjulang dan menarik perhatian itu.Seorang wanita petugas lab yang mengenaliku segera mempersiapkan syringe dan alat lain untuk mengambil darahku.Dan yang paling menyebalkan, Daffar benar-benar berdiri di depan ruangan ini dan mengamatiku melalui dinding kaca.Hem ... begini mungkin rasanya jadi ikan di akuarium, dilihatin, dipelototin, diawasin!“Sepertinya, Kamu jadi orang pertama yang dicek, Neth,” ucap wanita muda ini sambil mengikatkan tali karet di lengan ini.Aku menjawabnya dengan desahan lelah.“Baru saja ada pengumuman tak resmi untuk para pegawai agar melakukan pengecekan darah. P
Read more
Sabotase Sedang Berlangsung
Aku merapatkan bibir agar tidak ada teriakan keterkejutan yang muncul.“Kenapa harus berpapasan dengan Pak Badzan coba?!” keluhku kesal, rasanya ingin ngomong kasar.Hanya satu tikungan lagi.Dan setelah ruang disposal lab, beberapa meter di depan ruang di mana alat-alat medis purna pakai yang akan diangkut ke tempat pembuangan akhir itu, tujuanku tercapai, bagian paling belakang departemen khusus.“Ya. Aku akan segera memerintahkan seseorang untuk mengambil specimen Anneth. Apa pendataan specimen di sana sudah dilakukan?” Suara Pak Badzan kembali bergema.Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sesuatu jika ... mana tahu Pak Badzan lewat di lorong di mana aku berdiri ini.Aku pura-pura membuka sebuah ruangan, berakting mengecek dan mencari sesuatu ... atau seseorang.Beberapa detik kemudian, suara Pak Badzan tak terdengar.Aku menunggu.“Oke. Aku akan segera ke sana,” ucapnya kembali terdengar.Aku menajamkan pendengaran. Memperhatikan langkah Pak Badzan yang bergerak ... men ... j
Read more
Pengujian Usai
Aku mengembuskan napas panjang untuk meredakan ketegangan dalam diriku.Memang, pemilik darah malaikat itu tak ada hubungannya denganku, tapi melihat bagaimana mereka memperlakukan butiran darah dan menyaksikan sendiri bagaimana ritual mereka yang ternyata merugikan jiwa manusia, aku pribadi, sebagai seorang manusia, bahagia jika pemilik darah malaikat itu tak ditemukan.Dari tempatku berdiri, aku melihat kedua bahu dua laki-laki yang ada di dekatku menegang.Sesaat keduanya tertegun, lalu seperti dikomando, Daffar dan Pak Badzan menoleh satu sama lain dan saling pandang dengan sorot mata terkejut.Daffar melangkah mendekat ke arah meja itu, menatap dengan sedikit menundukkan kepala. Lalu, ia mundur ke tempatnya semula.Mendadak telapak tangan Daffar melakukan gerakan seolah sedang menyentak sesuatu.Dan dengan sangat pelan seperti gerakan slow motion dalam sebuah film, butiran darah itu pelan-pelan bergerak melawan gravitasi.Phuh ....!Betapa leganya.“Agh!” seru Pak Badzan kecewa.
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status