All Chapters of Me and Seniors: Chapter 51 - Chapter 60
85 Chapters
PELAJARAN PAK HAMDI
Hari ini jadwalnya pak Hamdi mengajar di kelas Qiya. Tepat saat bel masuk berbunyi guru itu pun langsung muncul di pintu kelas. Entah mengapa, kata telat di kamus pak Hamdi tidak pernah ada. Beliau selalu tepat waktu dalam segala hal. Itu memang contoh yang baik jika para murid berpikir positif, tapi tidak dengan otak-otak murid yang selalu menyumpahi kebiasaan tepat waktu pak Hamdi. Bukan hanya karena mereka harus datang lebih pagi ketika pelajaran pak Hamdi ada di jam pertama, tapi karena sanksi yang akan mereka terima jika telat di jam pelajaran pak Hamdi. Guru itu tidak segan-segan mencoret nama siswa dari daftar absen yang dipegangnya. Juga tidak akan mendapat nilai di rapot karena dianggap tidak ada di daftar murid pelajaan pak Hamdi. Untuk itu, bagi sebagain murid bandel sepe
Read more
HUJAN
Sejak subuh hujan turun lumayan deras. Bergelung di bawah selimut pasti terasa nikmat. Udaranya dingin membuat mata Qiya tergoda untuk kembali terpejam. Selepas sholat subuh Qiya benar-benar melaksanakan permintaan matanya dan merebahkan tubuhnya lagi di atas kasur. Ia pikir 30menit cukup untuk menikmati cuara pagi ini. Tapi ia salah, ternyata sudah satu jam berlalu. Waktu seolah mendukung Qiya untuk tidak pergi sekolah, rasanya cepat sekali. Gedoran dari pintu kamar membuat Qiya mendengus, ia sudah hafal siapa pelakunya. "Iya udah banguunn!! Lo mau sekolah emang?" Teriaknya tanpa berniat membuka pintu. "Iyalah, gue ada jadwal wali kelas! Kudu masuk. Buruan siap-siap," jawab Yasir dari luar. "Ah hujan kali.. mending tidur. Gue gak
Read more
HUJAN 2
Jam istirahat sudah habis dari beberapa menit yang lalu. Tapi guru tidak juga masuk. Mungkin para guru sama malasnya dengan murid disaat hujan seperti ini. Bukannya reda, malah semakin deras. Udaranya bahkan lebih terasa dingin daripada hujan sebelumnya. Mungkin karena hujannya sejak subuh.Qiya keluar kelas bersama Ajeng dan Rissa. Niatnya mau duduk santai menikmati hujan di bangku lorong yang mengarah ke area SMP. Di tengah-tengah antara area SMA dan SMP hanya dipisahkan oleh pagar setinggi dada dan taman yang ukurannya sedang. Hujan gini pasti sejuk memandang taman itu.Tapi niat mereka harus urung karena bangku lorong basah oleh air hujan yang terbawa angin beberapa kali ke arah lorong ini. Pantas saja bangkunya basah.Mereka tidak kembali ke kelas karena tergiur untuk main hujan s
Read more
REZEKI GAK BOLEH DI TOLAK
Qiya merasa lapar dan rasanya saat cuaca dingin di malam hari begini, enak untuk makan ayam pedas kesukaannya. Apalagi kalau bukan Rechesse. Sudah lama ia tidak memakai ayam favoritnya itu.Kebetulan, saat ini ia sedang bertelepon dengan Irham yang katanya ingin di temani ngobrol sambil main PS.Qiya berinisiatif mengkode sang pacar agar membelikan BMnya itu, semoga saja Irham termasuk ke jajaran cowok peka."Ham, udah makan belum?" Tanya Qiya."Tumbenan lo perhatian sampe nanya udah makan atau belum?"Qiya meringis ketika mendengar pertanyaan balik dari Irham. Kayaknya permulaan mengkode Irham dengan pertanyaan itu bukan hal yang bagus, kesannya malah jadi aneh ka
Read more
SUSU KOTAK
Makasih susu kotaknya :)Sebuah pesan singkat dari Qiya mampu membuat Bara overthingking sampai tidak fokus memperhatikan guru yang mengajar. Bara benar-benar tidak percaya, ini beneran Qiya atau bukan yang kirim pesan?Tumben sekali gadis itu mengiriminya pesan. Manis sekali menurut Bara. Ia seperti diberi harapan kembali, tapi Bara juga sadar Qiya sudah memilih Irham. Jalannya semakin sulit karena gadis yang di cintainya telah bersama dengan yang lain.Bara dilema, ia harus apa? Maju terus atau berhenti sejenak. Atau bahkan ia harus sepenuhnya berhenti? Mencintai Qiya kenapa harus sesulit ini? Ia takut Qiya tak nyaman jika terus didekati padahal jelas-jelas Qiya sudah punya pacar. Bara juga tidak ingin disebut perebut. Kondisinya sudah tidak seperti dulu, sekarang Qiya tidak
Read more
MASIH SUKA
Irham tidak kembali ke kelas sejak istirahat. Qiya sudah tau kalau pacarnya itu kabur bersama Rendi. Sekarang Qiya bingung mau pulang sama siapa. Pesan yang tadi ia kirim ke Yasir tak juga mendapat balasan.Saat Qiya akan memesan grab, tiba-tiba ada motor yang berhenti di hadapannya. Kak Bara."Belum pulang?" Tanya Bara.Qiya hanya menggeleng pelan sebagai jawaban."Si Irham kabur ya? Si Acil juga tadi balik pas jam 12, ngantuk katanya."Qiya tau sekarang, kenapa pesannya tidak dibaca oleh Yasir ternyata orangnya tidur. Ah sudahlah, tidak bisa diharapkan. Ia juga malu jika harus nebeng pulang ke Bara. Masa dulu setiap Bara nawarin pasti di tolak sekarang masa harus minta anterin pula
Read more
TARUHAN KARENA MARAHAN
Qiya berjalan di samping Irham menuju kelas. Pagi ini mereka berangkat bersama tapi Irham tidak mengajaknya bicara sama sekali. Bahkan Qiya diabaikan hingga sekarang."Irham jelek kalo cuekin gue, Bye!" Ucap Qiya lalu berjalan meninggalkan Irham yang mengernyit bingung."Bukannya di rayu-rayu malah di katain," gumam Irham yang masih menatap punggung kecil Qiya.Sampai kelas, Qiya terlihat acuh dan tidak menatap Irham sama sekali. Irham tidak mau ambil pusing. Harusnya kan dia yang marah, kenapa Qiya malah ikutan?"Auranya dingin sekali pren!!!" Seru Ajeng yang menyadari interaksi Qiya dan Irham yang tidak baik."GELUD GELUUD GELUUDD" teriak Rendi.
Read more
PUTUS?
Qiya tidak menemukan Irham di dalam kelas, tapi tasnya masih ada di atas meja cowok itu. Qiya langsung sadar kalau setiap istirahat Irham akan lebih banyak menghabiskan waktunya di warung belakang.Ia bergegas pergi ke sana. Tapi di tengah jalan ia berpikir lagi, pasti di warung belakang isinya cowok doang.Qiya merogoh ponselnya di saku rok berniat menghubungi Irham, namun sudah panggilan ketiga tidak juga diangkat. Ah benar juga, pesannya semalam saja hanya di baca dan teleponnya semalam di tutup sepihak.Qiya menghembuskan nafasnya. "Ribet banget sih punya pacar!" Keluhnya.Akhirnya Qiya menelepon Yasir untuk menanyakan keberadaan Irham di warung belakang."Ada Irham gak?" Tanya Q
Read more
BEKAL
Qiya sampai rumah dengan ekspresi wajah yang kusut banget. Pokonya gak enak dipandang. Yasir memperhatikan Qiya dengan intens. Rasanya tadi siang ekspresi Qiya masih biasa saja, sekarang sudah kusut kaya nahan sesuatu."Lo mau boker ya?" Tanyanya asal.Qiya mendelik tajam kemudian melangkah ke dapur untuk meminum air dingin. Badan, tenggorokan dan otaknya panas sekali.Setelah mendinginkan tenggorokannya Qiya jalan dengan sedikit terburu-buru ke kamarnya. Ia sudah tidak mampu lagi menahan air mata yang entah sejak kapan membendung di pelupuk matanya.Setelah masuk ke kamar, Qiya menutup pintu dan langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur. Kepalanya ia tenggelamkan di atas bantal agar suara isak tangisnya sedikit teredam. Kenapa rasanya s
Read more
PELUKAN
Bel masuk berbunyi sekitar 5 menit lagi. Qiya dan teman-teman kelasnya sudah mulai kembali berkumpul di kelas walaupun masih pada ngobrol.Akhir-akhir ini guru jarang masuk karena sibuk dengan kelas 12 yang beberapa hari lagi akan melaksanakan ujian nasional. Jadi kelas Qiya pasti makin rusuh. Dan entah setan mana yang merasuki teman kelas Qiya, terutama Qiya dan Ajeng. Karena mereka tidak kabur padahal guru sering tidak masuk. Biasanya freeclass selalu dimanfaatkan oleh beberapa murid untuk pergi."Nih. Bekalnya enak, besok bawa lagi ya!" Ujar Irham sambil menyodorkan kotak bekal milik Qiya yang sudah habis ludas tanpa sisa sedikit pun."Ogah!""Galak lagii..." gumam Irham sambil melenggang pergi ke bangkunya.
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status