All Chapters of Tuan Sutradara Dan Nona Aktris: Chapter 41 - Chapter 50
164 Chapters
41. Mengakui Perasaan
Setelah kian lama berjalan-jalan, Kiara mulai merasa lelah. “Jam berapa sih sekarang?” tanya Kiara, bermaksud mengingatkan Alaric sudah saatnya mereka beristirahat. Kebetulan ia tidak sempat memakai jam tangannya. Alaric mendongakkan wajahnya yang semula tertunduk serius memperhatikan satu tanaman kaktus berpilin-pilin yang baru kali ini ia lihat. Kemudian ia melihat jam di pergelangan tangan kirinya. “Ah, ternyata sudah hampir jam dua siang. Nggak terasa ya? Pantas saja aku mulai merasa lapar. Kamu lapar juga ya? Kita makan siang dulu yuk,” kata Alaric kemudian, ia mengalihkan pandangannya pada Kiara. “Akhirnya kamu merasa lapar juga. Aku kira hanya aku yang lapar dan haus,” sahut Kiara bernada menyindir. Kedua alis Alaric terangkat. “Kamu sudah merasalapar sejak tadi? Kenapa nggak bilang kalau kamu sudah capek dan haus? Sorry, Ra. Aku keasyikan melihat tanaman-tanaman yang bentuknya ajaib dan nggak biasa itu sampai lupa wakt
Read more
42. Jatuh Cinta Bisa Mengubah Seseorang
Jantung Kiara berdebar lebih cepat setelah mendengar pengakuan Alaric mengenai perasaannya sesungguhnya pada Kiara. "Tolong berhenti menatapku seperti itu. Kamu bikin aku jengah," tegur Kiara jujur, setelah ia menelan suapan pertamanya. Alaric tersenyum lebar. "Berasa ya, aku memandangimu terus?" tanyanya. "Berasa banget, dan itu nggak enak," jawab Kiara. "Kenapa nggak enak?" "Siapa yang suka diperhatikan terus setiap detik. Aku jadi nggak bebas mau melakukan dan berekspresi apa." "Berbuatlah sesukamu. Aku tetap suka melihatmu. Kamu enak dilihat." Alis Kiara terangkat, matanya mengernyit. Rasanya aneh, ia masih belum terbiasa mendengar Alaric memujinya. "Yang enak itu makanan, melihat wajah orang kok enak," sahut Kiara. Alaric tersenyum semakin lebar. "Menyantap ini sambil memandangimu, membuat makanan ini jadi terasa lebih lezat," katanya. Alaric menggoyangkan garpu di tangan kanannya ya
Read more
43. Good Bye Monte Carlo
Setelah mereka puas menjelajahi Monte Carlo dengan skuter, Alaric membawa Kiara ke Nice untuk mengembalikan skuter sewaan itu."Kamu capek?" tanya Alaric ketika  mereka menunggu kereta menuju Monte Carlo."Lumayan. Tapi aku senang. Jalan-jalan hari ini asyik banget," jawab Kiara."Aku tahu apa yang bikin kamu senang," kata Alaric."Apa menurutmu?" Kiara balik bertanya."Karena tempat-tempat yang tadi kamu singggahi sangat instagrammable. Aku perhatikan kamu asyik memposting fotomu di instagram," jawab Alaric."Kamu stalking instagramku?" tanya Kiara dengan mata membelalak."Aku nggak stalking. Aku follow kamu. Jadi ya kelihatan apa saja yang kamu posting. Tapi kamu nggak follow balik aku," jawab Alaric."Oh, maaf, aku nggak tahu kamu follow aku. Aku nggak pernah lihat ada like atau komen dari akun bernama Alaric Kanigara. Nama akunmu sama dengan nama aslimu, kan?" Kiara balik bertanya."Tentu saja. Aku bangga dengan
Read more
44. Gala Premiere (1)
Tak terasa waktu berlalu sejak setelah syuting di Monte Carlo. Enam bulan kemudian setelah melalui proses editing, pembuatan original soundtrack serta video music-nya, akhirnya film yang dibintangi Kiara dan Oliver itu akan segera ditayangkan. Gala Premiere Film “Theodore dan Almira” akan berlangsung malam ini tepat pukul tujuh malam. Kiara mematut dirinya di depan cermin dalam kamarnya. Ia mengenakan gaun panjang dengan potongan sederhana berwarna merah delima, dengan sedikit motif batik di bagian dada yang berpotongan ‘v-neck’. Wajahnya pun ia rias dengan sentuhan make-up ringan. Bel pintu kamarnya berdering. Livia yang juga sudah bersiap dalam balutan pakaian paduan rok lebar sepanjang lutut dan atasan bermotif batik, segera menuju pintu dan membukanya. Tampaklah di hadapannya sosok jangkung Alaric Kanigara. Lelaki itu mengenakan celana pantolan hitam dipadu kaos yang juga menampilkan separuh motif batik, dengan outwear 
Read more
45. Gala Premiere (2)
Kiara senang sekali semua undangan pemutaran perdana film terbarunya ini berkenan hadir. Semua kursi terisi penuh, termasuk deretan kursi paling depan. Ia duduk diapit Alaric di samping kanannya dan Livia di sisi kirinya. Oliver datang bersama seorang artis muda cantik yang entah kekasihnya atau bukan. Kiara tersenyum melihat rekan mainnya di film ini.  Oliver duduk satu deret dengannya, tetapi di barisan sebelah kirinya. Sebelum film diputar, para pemain dan sutradara tampil ke depan memberi sambutan, menjawab beberapa pertanyaan pembawa acara. Ini hanya berlangsung sebentar, karena tentunya para penonton yang sudah duduk di kursi masing-masing tidak sabar ingin segera menonton film ini. Tak lama, film pun mulai diputar. Awalnya Kiara merasa berdebar, dia berharap filmnya kali ini disukai penonton. Dia selalu menunggu reaksi penonton, gelak tawa saat ada adegan lucu, seruan kekaguman ketika ada adegan yang menarik. Kiara tersenyum melihat diriny
Read more
46. Gosip Yang Menyebar
"Ra, aku nggak tahu kamu bakal marah atau malah senang kalau baca berita yang beredar di banyak artikel di internet," ucap Livia yang baru saja masuk ke ruang apartemen Kiara untuk memulai kerjanya hari ini. Sejak pagi-pagi sekali dia sudah membaca berita-berita yang beredar di internet. Media-media online mempublikasi berita yang sama tentang laporan dari acara gala premiere fil, "Theodore dan Almira" semalam. Kiara yang baru terbangun pukul tujuh pagi dan langsung sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, lalu mandi, belum sempat melihat berita online apa pun di internet. "Berita apa sih? Sudah pada bermunculan hasil review dari pemutaran premiere filmku semalam?" tanya Kiara. "Kamu buka internet?" tanya Livia. Kiara menggeleng. "Bangun tidur aku langsung bikin sarapan. Laper banget. Ini baru selesai mandi. Buatku, berita buruk pun bisa jadi kabar bagus karena bisa mendongkrak ketenaran film kita," jawab Kiara. Livia me
Read more
47. Betrand LaForce Muncul Lagi
“Bonjour, Mademoiselle.” Tubuh Kiara yang sedang duduk menunggu sembari membaca sebuah majalah fashion, seolah kaku mendadak saat ia mendengar sapaan itu, samar-samar suara itu mengingatkannya dengan suara yang pernah ia dengar lebih dari setahun lalu. Logat Prancis yang sangat kentara, benar-benar melempar ingatannya langsung ke masa itu. Perlahan ia menoleh, kemudian tertegun dengan sosok yang berdiri tegap di belakangnya. Bukan Kiara yang berbalik, tetapi lelaki yang menyapanya itu yang lalu melangkah mendekat hingga kemudian berdiri tepat di hadapan Kiara. Alis Kiara terangkat tinggi. “Bertrand? Bertrand LaForce?” tanya Kiara, ragu pada penglihatannya sendiri. Ia sedang menunggu seorang teman di lobby hotel ini. Sungguh tidak mengira akan melihat sosok lelaki Prancis itu lagi di sini, di Jakarta. Kiara masih mengingat dengan jelas sosok di hadapannya ini, walau kini tampak sedikit berbeda. Tubuh lelaki yang kemudian duduk
Read more
48. Penjelasan Bertrand
Selama pergi bersama temannya untuk membeicarakan proyek sosial yang disponsori sebuah produk minuman, pikiran Kiara masih dipenuhi dengan pertemuan singkatnya dengan Bertrand tadi. Aneh sekali rasanya. Bertemu Bertrand LaForce lagi. Padahal Kiara sudah mulai melupakannya. Sosok Bertrand mulai digantikan Alaric. Namun saat Bertrand muncul lagi, rasa penasaran itu kembali menelusup. Kiara tidak menyangka, melalui koneksinya di Indonesia, dia bisa mendapatkan nomor handphone manajer Kiara yang tak lain adalah Livia. Awalnya Livia enggan menyampaikan pesan Bertrand kepada Kiara. Namun karena dia tak ingin berbohong pada Kiara, akhirnya dia sampakian pesan Bertrand itu kepada Kiara. Kiara meminta nomor handphone Bertrand pada Livia. Dengan enggan Livia memberikannya. Kiara bergegas menghubungi Bertrand, langsung menanyakan keperluan fotografer Prancis itu. Bertrand merasa sennag sekali Kiara menghubunginya. Itu artinya Kiara tidak membencinya, Kiara masih mau ber
Read more
49. Dia Tinggal Kenangan
Kiara tertegun melihat Bertrand sudah lebih dahulu memulai makan malamnya bersama seorang gadis berambut pirang bermata biru gelap yang lumayan menarik. Ini pertemuan ketiga Kiara dengan Bertrand di Jakarta dalam satu minggu ini. Bertrand memang sedang ditugaskan di Jakarta dan sekitarnya selama dua minggu lamanya. Lagi-lagi Bertrand mengajaknya bertemu di kafe yang sama dengan pertemuan kedua mereka tiga hari lalu. Kiara berjalan mendekat agak ragu.  Apa itu pacarnya? batin Kiara bertanya-tanya. Bukan berarti Kiara cemburu. Sama sekali dia tak punya perasaan apa-apa. Dia justru tak ingin mengganggu keasyikan Bertrand dan wanita pirang itu jika ternyata wanita itu adalah pacar Bertrand.  Setelah Kiara hampir dekat, barulah Bertrand menyadari kehadirannya. dia menghentikan ucapannya pada wanita di hadapannya itu, lalu beralih memandang Kiara dan melambaikan tangan. “Hai, Kiara. Silakan duduk," sapa Bertrand. Dia berdiri dan m
Read more
50. Ini Bukan Double Date
Kiara menepati janjinya. Mengajak Celin dan Bertrand menjajal bersepeda gunung di Hutan UI, di jalur yang biasa dilalui Kiara dan Tristan. Tentunya Tristan pun ikut serta. Kiara meminta Tristan membantu menyewakan sepeda gunung untuk Celine dan Bertrand. Celine tampak sangat antusias. Ia tak keberatan pukul setengah tujuh pagi sudah siap di lokasi trek berbatu-batu, sempit, di kelilingi pepohonan, sementara di sebelah kanan trek ini, tepat di sisi jalan sempit adalah tepian danau buatan yang jika sepeda mereka salah berbelok, maka sepeda berikut pengemudinya akan terjerembab ke dalam danau. Sementara Bertrand beberapa kali tampak menguap. Ia masih setengah mengantuk saat Kiara menjemputnya di hotel tempatnya menginap sejak pukul enam pagi tadi. “Kalian siap? Celine, kamu yakin bisa mengendarai sepeda, kan?” tanya Kiara menegaskan sekali lagi kesiapan semuanya untuk memulai perjalanan penuh tantangan ini. “Saat kau berkunjung ke Bali, aku juga berseped
Read more
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status