Semua Bab Tuan Sutradara Dan Nona Aktris: Bab 21 - Bab 30
164 Bab
21. Survei Lokasi (Part 2)
Setelah beberapa menit berjalan, Kiara melirik Alaric yang belum menjelaskan apa-apa lagi. “Kita akan ke mana?” tanya Kiara yang mulai merasa perjalanan mereka tidak juga mencapai tujuan. “Kita berkunjung ke Istana Monaco dulu. Itu akan menjadi lokasi syuting adegan Theodore dan Almira janji bertemu untuk yang ketiga kalinya,” jawab Alaric. “Istana itu masih jauh, ya?” tanya Kiara lagi, ia mulai merasa cemas melihat pandangan di depannya tidak menunjukkan adanya bangunan berupa istana. “Ayolah, Kiara. Nikmati pemandangan sekeliling kita. Perhatikan bangunan-bangunan di sini. Resapi suasananya. Ini kesempatan bagi kamu dan Oliver untuk mencoba memahami lokasi syuting kalian nanti,” jawab Alaric tanpa menoleh kepada Kiara. Ia masih saja berjalan denga
Baca selengkapnya
22. Survei Lokasi (Part 3)
“Saat kecil dulu aku belum memikirkan pangeran tampan.” Kiara mnejawab pertnyaan Oliver. “Dan sekarang? Pasti kamu berharap di istana khayalanmu itu ada seorang pangeran tampan yang menunggumu dengan setia, kan?” Oliver bertanya lagi. “Oliver, itu semua hanya khayalanku di masa kecil. Sekarang tentu saja aku nggak pernah berkhayal lagi.” “Ohya? Serius? Kamu nggak pernah berkhayal suatu hari nanti bertemu dengan seorang lelaki tampan yang menyerupai pangeran khayalanmu?” Kiara tertegun. Sepertinya ucapan Oliver ada benarnya. Aneh, ia berharap selama ia berada di Monte Carlo, secara kebetulan ia bisa bertemu lagi dengan Bertrand LaForce, lelaki Prancis yang telah menorehkan kenangan tak terlupakan selama setengah hari di Nice dan Monte Carlo.
Baca selengkapnya
23. Drama Pun Dimulai
Syuting hari pertama dan hari kedua di kota indah ini berlangsung sukses. Tak ada kendala yang berarti. Cuaca bagus, Kiara dan Oliver menyelesaikan adegan yang harus mereka perankan dengan baik. Walau harus berulang-ulang direkam ulang untuk memenuhi hasil yang diinginkan Alaric. Dua hari kemarin, Kiara masih sabar menghadapi Alaric yang menyuruhnya berkali-kali mengulang adegan. Ada yang sampai dua puluh kali. Beberapa kali memang karena Kiara salah bicara. Alaric bukan sutradara yang mudah puas dengan akting biasa, dia menuntut lebih. Baru kali ini Kiara merasakan syuting yang sangat melelahkan. Hingga dia langsung terlelap begitu sampai di kamar hotelnya, tanpa sempat menikmati mandi aromaterapi atau memberi perawatan untuk kulitnya seperti sekadr memasang masker wajah. Kiara hanya sempat mencuci wajah dengan sabun wajah saja. Di hari ketiga ini, syuting sudah dimulai sejak pagi-pagi sekali di lobi Hotel de Paris. Saat pengunjung hotel belum banyak. Perala
Baca selengkapnya
24. Menjauh Sejenak
Kiara menjauh dari lokasi syuting entah ke mana. Ia pun tidak tahu tujuannya saat ini. Ia hanya ingin menjauh dari Alaric. Ia menghela napas berat, menyadari sikapnya sudah keterlaluan. Selama karir beraktingnya, baru kali ini Kiara menentang ucapan sutradara. “Karena dia sok tahu!” gerutu Kiara pada dirinya sendiri. Untunglah jalur pedestrian yang ia lalui sedang sepi. Warga kota ini sepertinya sibuk beristirahat siang. “Mentang-mentang sudah biasa menyutradarai film Perancis, lalu dia mengira dirinya sudah menjadi sutradara super hebat,” gumam Kiara lagi. Belum pernah ia diperlakukan sekasar itu oleh sutradara-sutradara lain yang mengarahkan film-filmnya sebelumnya. Mas Bram sutradara filmnya sebelumnya, bahkan sangat baik, terkadang membiarkan Kiara berimprovisasi sendiri, sedikit melenceng dari skenario. Tetapi selama ia bisa menghasilkan adegan yang memikat, sutradara membiarkan improvisasi akting Kiara. Si Alaric ini … ternya
Baca selengkapnya
25. Salah Paham Yang Terus Berlanjut
Sesampai di lokasi syuting yang tadi ia tinggalkan, seluruh kru sudah bergeser pindah lokasi sejauh dua ratus meter untuk mendapatkan pemandangan yang berbeda dengan adegan sebelumnya. Adegan kali ini adalah adegan antara Theodore dan Cicilia, sahabat Almira yang dalam film ini dikisahkan tinggal di Paris. Tampaknya adegan itu baru saja usai. “Kiara, dari mana kamu? Kenapa teleponku nggak kamu angkat?” tanya Livia tanpa basa-basi begitu ia melihat sosok Kiara. Kiara enggan menjawab, tetapi ia tidak tega jika harus bersikap ketus kepada Livia. “Kita bicara nanti, aku mau bicara dengan Alaric dulu,” sahut Kiara lalu melanjutkan langkahnya menuju Alaric. Alaric seolah bisa merasakan kehadiran Kiara kembali. Ia menoleh, lalu sengaja memandangi Kiara dari ujung kepala hingga kaki. “Kamu terlambat. Syuting hari ini sudah selesai,” ucap Alaric tanpa menunggu Kiara berkata-kata lebih dulu. “Aku kembali bukan untuk syuting,” sahut Kiara
Baca selengkapnya
26. Melarikan Diri Dengan Kapal Pesiar
 “Cowok itu nyebelin banget! Kaku! Sok pintar! Sok tahu! Dan segala sok yang lainnya! Keras kepala! Nggak bisa menerima masukan sedikit pun. Baru sekali menang festival film indie tingkat Eropa saja sombongnya sudah selangit!” gerutu Kiara setelah sampai di kamarnya. Ia melemparkan begitu saja tasnya ke atas meja, lalu mengempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya agar keras. Baru saja kemarin ia siap menerima kenyataan dia memang salah dan mengakui kebenaran Alaric, tetapi segala rencananya itu buyar. Ia berubah pikiran. Ia tidak sudi meminta maaf pada Alaric. Lelaki itu tidak berubah juga, tetap saja bersikap ketus dan meremehkannya. Padahal kemarin Aalric sempat menunjukkan kepeduliannya pada Kiara. “Jangan-jangan dia punya kepribadian ganda!” Kiara mendengus kesal. Ia merasa dipermainkan Alaric. Lelaki itu terkadang tampak perhatian dan peduli, kemudian dalam waktu singkat berubah menjadi keras dan dingin. Syuting hari ini kembali membuatnya
Baca selengkapnya
27. Siap Beraksi
Ia membalikkan tubuhnya, menghadapi pemuda Monte Carlo yang asyik berbaring sembari berjemur. Kiara baru menyadari, ternyata biaya sewa yacht ini tidak termasuk biaya pelayanan istimewa dari pemilik yacht ini. “Monsieur!” panggilnya dengan suara agak keras. Pemuda itu segera menegakkan tubuhnya. “Yes, Mademoiselle?” “Tolong antarkan saya kembali ke dermaga.” Pemuda Monte Carlo itu menegakkan telinganya, seolah tidak yakin dengan apa yang didengarnya barusan. “Kembali ke dermaga? Tapi kita baru saja sampai di sini,” ucapnya heran. “Ada yang harus kulakukan di darat. Tenang saja, aku tidak akan meminta kembali uang yang sudah kubayarkan.” Pemuda Monte Carlo itu hanya mengangkat bahu. Baginya, selama ia tetap dibayar penuh, tak masalah bila ia diminta membawa kembali gadis ini ke dermaga. Kiara mengembuskan napas lega saat yacht ini berbalik kembali ke dermaga. Lalu mendadak
Baca selengkapnya
28. The Portrait
Kiara kembali ke sini, ke tempat di mana ia pernah ditinggalkan Bertrand. Sebuah kafe yang tidak terlalu besar tapi cukup nyaman. Dinding kafe ini hampir seluruhnya dipenuhi foto orang-orang berbagai rupa, tua-muda, laki-perempuan, yang pernah berkunjung ke kafe ini. Mereka dipotret dalam keadaan alamiah sedang duduk santai di kafe ini menikmati pesanan masing-masing. Kiara ingat, setahun lalu Bertrand mengajaknya memilih tempat di bagian belakang kafe ini yang berupa teras terbuka dengan pemandangan pantai dan laut di bawahnya. Di atas pintu masuk, terpasang sebuah papan bertuliskan ‘The Portrait’, itulah nama kafe ini. Kiara melangkah masuk tanpa ragu, segera saja kenangan masa lalunya bersama Bertrand menyeruak seolah menyambut kehadirannya di kafe ini. "Bonjour, Mademoiselle." Seorang pramusaji kafe yang berdiri di depan pintu menyambutnya ramah disertai senyum, lalu menanyakan Kiara memilih tempat yang mana. Awalnya, Ki
Baca selengkapnya
29. Dijemput Tuan Sutradara
Setelah puas memperhatikan foto-foto lain di dinding kafe, Kiara berjalan perlahan menuju sebuah meja bundar dengan dua kursi tak jauh dari dinding tempat fotonya terpajang. Ia mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi, lalu menghela napas panjang, melihat lagi foto dirinya di dinding kafe itu. Ia tersenyum. Bertrand masih ingat padanya. Pemuda Perancis itu menghibahkan foto Kiara yang dipitretnya setahun lalu tentunya agar Kiara selalu terkenang. Tiap ia berkunjung ke tempat ini, ada Kiara yang tersenyum manis dengan mata berbinar dalam sebingkai foto di salah satu dinding kafe. Tak lama pramusaji yang membantunya bertemu Monsieur Pierre Talbout datang membawakan secangkir cappuccino gratis untuk Kiara. Tak mengira, ia masih mendapat tambahan seiris pie caramel untuk menemaninya menikmati cappuccino hangat itu. “Merci, Monsieur,” ucap Kiara seraya tersenyum penuh rasa terima kasih. Pemuda itu balas tersenyum. Tampaknya
Baca selengkapnya
30. Perdebatan Selanjutnya
Mulanya syuting hari ini berjalan lancar. Ketika kamera merekam adegan Kiara sendiri berjalan, berbincang dengan beberapa orang. Begitu juga saat adegan berikutnya saat Alaric mengarahkan Oliver yang berada di lokasi kedua, beberapa meter dari lokasi sebelumnya. Namun syuting mulai tersendat ketika adegan sudah sampai pada kedua pemeran utama saling bertemu, saling mendekat, saling bersentuhan. Perjanjian yang kemarin diikrarkan Kiara dan Alaric seolah menguap begitu saja. Keduanya tidak menepati janji. Alaric memerintahkan Kiara take ulang berkali-kali, sedangkan Kiara masih keras kepala membantah dengan tegas tiap kali disalahkan Alaric. “Aku salah apa lagi?” tanya Kiara menahan geram setelah dia mengulangi adegannya untuk yang keempat belas kali dan masih saja dianggap salah oleh Alaric. Ini retake adegan di depan Istana Monaco. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Untunglah Alaric berhasil mengambil adegan saat tokoh utama film ini,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status