All Chapters of Secret Reunion: Chapter 31 - Chapter 40
50 Chapters
31. Perhatian yang Berlebih
"Kenapa sih kamu pakai kabur-kaburan segala?" tanya Yohan ingin tahu ketika mobil Kaluna mulai melaju kembali ke SMA Oasis. "Ruwet ceritanya, Yo." Kaluna menyahut sementara Estefan memasang telinganya baik-baik. "Cewek sih suka mendramatisir masalah ya?" komentar Yohan sok tahu. "Kamu nggak akan ngerti," balas Kaluna sambil membuang muka. "Lain kali kalau ada masalah, mending kamu berantem aja sama aku." Yohan memberi saran sesat. "Kayak waktu itu ...." "Yohan!" tegur Estefan dari tempat duduk depan. "Cuma bercanda, Pak Guru!" sahut Yohan dengan wajah tenang. "Itu juga kalau Luna berani baku hantam sama saya." "Siapa takut?" sambar Kaluna dengan mata sembab. "Kapan-kapan kita baku hantam di halaman sekolah ...." "Kaluna!" tegur Estefan tak bosan-bosan. "Bercanda juga, Pak Guru!" sahut Kaluna, dia dan Yohan saling pandang kemudian nyengir bersamaan. Meskipun suasana hati Kaluna sudah jauh lebih baik, tapi itu tidak mengubah keputusannya untuk tetap keluar dari SMA Oasis. "Tan
Read more
32. Visum ke Dokter
"Kamu mau ke mana, Lun?" tanya Ola ketika melewati kamar Kaluna dan melihat keponakannya sedang berdandan di depan cermin. "Mau pergi sebentar, Tante." Kaluna menjawab tanpa menolehkan wajahnya. "Ada tambahan sama guru." Ola mengernyitkan keningnya. Tambahan dari guru di hari Minggu jelas sangat mencurigakan baginya. "Kamu diantar sopir, kan?" tanya Ola memastikan ketika Kaluna menyampirkan tasnya ke bahu. "Iya," jawab Kaluna. "Aku pergi sebentar ya, Tan!"Ola mengangguk saja, sesekali dia ingin membiarkan Kaluna main di luar seperti remaja kebanyakan. Sementara keponakannya pergi, dia justru bisa mengundang teman-teman sosialitanya untuk berpesta di rumah orang tua Kaluna. "Aku bisa panggil Dewa sekalian untuk menyusun rencana selanjutnya," gumam Ola sambil menggulir layar ponsel untuk menghubungi Dewa. "Kita mau ke mana, Nona?" tanya sopir keluarga Kaluna yang bernama Ito. "Ke sekolah, Pak." Kaluna memberi tahu sembari masuk mobil. "Nanti di sana aku mau bertemu sama guru."
Read more
33. Bertemu Tante Ola
Kaluna terus terdiam bisu saat dia dan Estefan sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tua Kaluna. Sebenarnya di luar sekolah, tidak masalah bagi Estefan jika dia ingin mengenal Kaluna lebih jauh sebagai orang yang akan dijodohkan dengannya. Namun, selama Kaluna tidak tahu bahwa Estefan dan laki-laki yang dikenalkan tantenya adalah orang yang sama, dia merasa akan lebih baik kalau dia tutup mulut untuk sementara waktu. "Pak Guru minus berapa?" tanya Kaluna membuka percakapan karena dia tidak tahan jika terus tenggelam dalam kesunyian yang terjadi antara dirinya dan sang wali kelas. "Tidak terlalu tinggi," jawab Estefan sembari terus mengemudi. "Entahlah, saya sudah lama tidak periksa mata." "Oh ..." Kaluna mengangguk paham dan tidak bertanya apa-apa lagi. Estefan sendiri masih enggan jika terlalu membuka diri kepada salah seorang muridnay seperti ini, karena itu dia lebih memilih diam dan tetap fokus mengemudi. "Sepi sekali rumah kamu," komentar Estefan ketika dia menepikan mo
Read more
34. Hasil Visum
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Kaluna dan Estefan untuk mendapatkan hasil tes visum di rumah sakit. "Ini ... boleh dibuka sekarang, Pak?" tanya Kaluna ragu-ragu ketika dia dan Estefan baru saja pergi meninggalkan rumah sakit. Tangan cewek itu bergetar ketika menggenggam sebuah amplop berlogo rumah sakit. "Buka saja," suruh Estefan sambil menganggukkan kepalanya. Untuk sejenak Kaluna merasa ragu-ragu, bagaimana kalau dirinya ternyata sudah tidak suci lagi gara-gara guru sekolahnya sendiri? Sambil menarik napas dalam-dalam, Kaluna membuka amplop dari rumah sakit itu. Kaluna merobek perekatnya dengan hati-hati, setelah itu dia menarik selembar kertas dari dalamnya dengan hati-hati dan membacanya dengan saksama. Estefan melirik sekilas muridnya yang sedang duduk di sampingnya itu dengan datar. "Kenapa diam saja?" tanya Estefan sembari fokus menyetir lagi dan membiarkan Kaluna sibuk berperang dengan pikirannya sendiri. "Ah, itu ..." Kaluna menggantungkan kalimatnya sebentar. "Ap
Read more
35. Pengkhianatan yang Tak Terlupakan
"Kenapa harus bawa-bawa Dewangga sih, Tante?" tanya Kaluna dengan wajah mengeras. "Aku sudah putus sama dia, aku nggak mau lagi ketemu sama yang namanya Dewa." Ola merepet sedikit, dia agak terkejut dengan respons Kaluna saat mendengar nama Dewangga disebut. 'Cowok itu pasti memiliki dosa yang nggak bisa dimaafkan,' batin Ola dalam hatinya. "Lun, tante minta maaf. Tante nggak ... mungkin tante nggak tahu kamu sesakit itu sama Dewa ..." ucap Ola buru-buru. "Tante ingatnya kamu dulu sempat pacaran kan sama dia? Maaf kalau tante salah karena kamu nggak mau cerita kisah cinta kamu sama tante." Kaluna memalingkan wajahnya. "Enggak Tante, itu bukan salah Tante kok." Dia menggeleng. "Aku sudah nggak peduli soal Dewa atao Rara lagi." "Rara?" ulang Ola dengan kening berkerut. "Ah iya! Sudah lama juga Rara nggak main ke sini ...." "Tante, sudah aku bilang kalau aku nggak mau dengar nama Rara juga." Kaluna menarik napas panjang. "Lun, tante memang nggak tahu apa yang terjadi antara kamu d
Read more
36. Memilih Penyendiri
Kaluna terasa pegal-pegal selama menunggu pelajaran matematika berakhir. Sesekali Estefan melongok melewati jendela untuk melihat apakah dirinya masih berdiri di tempat semula atau tidak. "Sudah kapok?" Estefan langsung mendatangi Kaluna saat jam pelajaran matematika itu akhirnya berakhir. "Lain kali kalau kamu telat lagi, saya akan suruh kamu berdiri di tengah-tengah halaman sekolah sana." Estefan mengangkat tangannya dan menunjuk ke pusat halaman sekolah hingga Kaluna menoleh dan mengikuti arah pandangannya. "Panas, Pak!" komentar Kaluna. "Makanya jangan banyak tingkah," sahut Estefan datar. "Kamu sudah kelas tiga, bisa tidak sih kamu jangan bikin saya repot?" Kaluna hanya meringis saja dan memilih melipir perlahan meninggalkan Estefan yang masih berdiri. "Kamu hobi banget sih bikin Pak Stefan marah?" komentar Kiki ketika Kaluna muncul di dalam kelas. "Heran." "Habis gimana," sahut Kaluna sambil mengangkat bahunya. "Aku tadi sih niatnya nggak mau sekolah, tapi ... telanjur mas
Read more
37. Mendapatkan Hati Mantan
Kaluna tiba di rumah dengan wajah kusut dan lelah meskipun dia pulang sekolah dengan menumpang mobil yang menjemputnya. "Capek, Lun?" sambut Ola ketika keponakannya muncul di dapur. "Sini, makan dulu." "Iya, Tante ..." sahut Kaluna tidak bersemangat. "Aku mau cepat-cepat lulus aja deh, capek sekolah begini terus ...." "Habis itu menikah?" celetuk Ola sambil tersenyum menggoda ke arah Kaluna. "Tante, aku nggak tertarik menikah." Kaluna menggelengkan kepalanya. "Aku mau kerja aja deh, jadi wanita karir." Ola menarik napas. "Kamu lebih baik menikah sama pengusaha sukses kalau mau cara instan menjadi seorang wanita karir," sahut Ola, dengan sangat hati-hati dia tidak menyinggung nama Dewangga karena jelas dia masih anak sekolah dan juga mantan kekasih Kaluna. "Pikiran aku nggak sependek itu, Tante. Gampang deh," keluh Kaluna sementara salah satu asisten rumah tangga menyiapkan makan untuk Kaluna. "Tapi kan setidaknya kalau kamu sudah punya tunangan, kamu nggak akan kebingungan menc
Read more
38 Calon Istri Orang
"Itu siapa sih, Tante?" tanya Kaluna dengan suara berbisik ketika mereka dipersilakan masuk ke dalam rumah. "Masa kamu lupa?" balas Ola seraya ikut berbisik. "Itu Rey, yang rencananya mau Tante nikahkan sama kamu ...." "APA?!" "Shhhh!" Ola buru-buru membekap mulut Kaluna dengan telapak tangannya. "Ngomongnya jangan keras-keras kenapa sih, Lun?" Ola meringis dan segera melepas tangannya dari wajah Kaluna. "Selamat datang!" Ola berdiri anggun di depan pintu ketika Vivian dan Rey lewat. "Terima kasih," sahut Vivian. "Kamu apa kabar, Luna?"Disapa sedemikian rupa, membuat Kaluna tersentak pelan dan menoleh dengan malu-malu ke arah wanita itu."Baik, Tante ..." jawab Kaluna tersendat. Acara makan-makan itu pun berlangsung lancar dan satu minggu kemudian, acara berganti di kediaman Vivian. Entah apa tujuan pastinya, pikir Kaluna."Rey, kamu temani Luna ngobrol dulu." Vivian menoleh ke arah putranya yang berdiri mematung tidak jauh dari mereka. Kaluna ikut menoleh dan memicingkan mat
Read more
39 Siapa Bapak Sebenarnya?
Sambil mengendap-endap seperti maling, Kaluna berjalan pelan mendekati mobil wali kelasnya, setelah itu dia melongok ke jendela yang terbuka untuk membuat Estefan terkejut dan ...."Hayo, Pak Guru ... eh?"Kaluna menutup mulutnya dengan tangan ketika tatapan matanya tertumbuk kepada cowok paling tampan yang pernah dia lihat seumur hidupnya.Bahkan lebih tampan daripada Dewangga, mantan terindahnya."Kok ...?" Kaluna tergeragap, matanya menyipit memandang Estefan yang balas menatapnya dengan ekspresi malas dan dingin yang bercampur menjadi satu.Paling tidak, Kaluna pikir cowok itu adalah Estefan."Apa?" balas cowok itu menantang.Kaluna terdiam dengan mulut terkatup rapat, bahkan suaranya pun terdengar persis sama."Kamu ... eh ... kamu Rey kan?" tunjuk Kaluna, refleks jarinya terangkat dan nyaris menyentuh wajah rupawan yang ada di hadapannya. "Anaknya Tante Vivian?""Jangan tunjuk-tunjuk, yang sopan sedikit." Cowok itu menepis jari Kalu
Read more
40 Orang yang Sama
Yohan tersenyum sinis.“Halah, ngaku aja deh. Aku nggak heran kalau kamu begitu,” katanya sembari menutup botol air mineralnya, kemudian memandang Kaluna lurus-lurus. “Kamu bukan murid cewek pertama yang mengalaminya kok.”Kaluna buru-buru menoleh ke arah Yohan.“Mengalami apa?” tanyanya penasaran, otak Kaluna seketika bertualang ke arah yang tidak semestinya. “Mengalami fase jatuh cinta sama Pak Stefan,” jawab Yohan datar. “Ya itu wajar, karena dia memang dikagumi banyak murid.”Kaluna mengangguk lagi.“Kamu ... tahu banyak tentang wali kelas aku rupanya,” komentar Kaluna pelan dengan tatapan menerawang.“Kan sudah aku bilang kalau aku itu murid lama di sekolah ini, gimana sih?” sergah Yohan sambil melirik Kaluna. “Nggak dengar, ya?”Kaluna hanya cengengesan.“Tapi ... aku curiga deh sama dia,” katanya lagi sambil memperhatikan sebagian murid yang baru saja muncul dengan aneka jajanan di tangannya. “Pak Stefan itu guru asli di sini bukan, sih?”Yohan mendengus pelan.“Kam
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status