Semua Bab LOVE BROTHER: Bab 21 - Bab 30
134 Bab
Chapter 21
Malam itu akhirnya datang, setelah satu minggu pembahasan itu berlalu akhirnya acara pertunangan Arumi dan Randika pun digelar. Acara yang sederhana, itu adalah permintaan kedua pasangan yang masih belum bisa menerima itu.  Arumi terlihat cantik dengan gaun putih yang di hadiakan oleh Jenny. Dia bagaikan bidadari kecil, sangat cantik. "Lihat siapa yang datang." "Mom." Manik cokelat itu tampak berkaca-kaca, Jenny dengan lihainya mengelus dagu mungil milik Arumi  memerikan tatapan penuh cinta di manil hitamnya. "Don't cry baby it's your happy day you can't shed tears or your makeup will fade." Jenny memeluknya sesaat sebelum gadis itu melangkah masuk. "Hei, don't cry anymore honey, tidy up your dress before entering." "Thank you Mom." Arumi memasuki Aula Mansion dengan di dampingi Jenny. Tampak setelah kemunculan-nya beberapa orang yang hadir terlihat terpesona dengan kecantikan Natural yang dia miliki. Arumi memang ter
Baca selengkapnya
Ch 22
Drzz ... drzz ... drzz .... Randika merogoh benda pipih miliknya dan melihat pada layar, satu pesan dari nomor tidak dikenal muncul di sana dengan isi pesan yang membuat dahinya berkerut. 'I miss you.' Rilan yang melihat ekspresi Randika berubah langsung bertanya. "Ada apa?"  Randika segera menggeleng. "Tidak." Dia kembali mengotak-atik pengaturan ponsel miliknya dan membiarkannya masuk kembali ke dalam saku.  Randika dan Arumi pun di persilahkan menuju altar. Arumi menarik napasnya dalam sesaat sebelum Randika mendekatinya, meminta gadis berponi itu untuk ikut bersamanya. Sungguh malam ini pria pemilik mata hitam itu berbeda dari Randika yang dulu pernah dia kenal. Dia sangat Romantis, mengingatnya saja membuat Arumi tersenyum sendiri, hatinya di penuhi oleh bunga-bunga. "Kau siap?" "Yah," jawab Arumi pada pria yang akan menjadi tunangannya itu.  Seketika itu jantungnya berdetak kencang, tangan Arumi mel
Baca selengkapnya
Ch 23
Randika bangun cukup pagi hari ini, dia memang sengaja melakukannya karena ingin melihat gadis itu melakukan tugas pertamanya. Namun, sudah beberapa menit berlalu Arumi belum juga muncul. Padahal biasanya gadis itu akan nangkring bersama para pelayan di dapur, dengan kebiasaannya yang selalu memperhatikan apa saja yang mereka lakukan.   "Apa dia lupa dengan tugasnya?"   Randika memutuskan untuk membangunkan wanita itu. Namun baru saja hendak menaiki tangga, seorang pelayan menghampirinya.    "Bonjour Monsieur, avez-vous besoin de quelque chose ?"   "Ah kebetulan kau di sini, Bangunkan Arumi untukku Claudia."   "Désolé jeune maître. Nona, sudah pergi dari satu jam yang lalu."      "Apa?"   Randika begitu kaget, tenyata Nona pembangkang itu sudah bangun dan pergi tanpa seijinnnya.    "Kemana
Baca selengkapnya
Ch 24
  "Randika!" Pria berambut hitam lebat itu terkekeh. "Maaf mengagetkanmu." "Dasar pria mesum, untuk apa kau diam-diam ke sini huh? mau membuatku mati karena kaget!" "Maaf." "Memyebalkan!" "Kau terlalu serius Rumi, bahkan kau tidak menyadari ada orang di sekitarmu." Arumi menatap tidak percaya pada pria di depannya. Bukan karena ucapannya tapi, bagaimana bisa pria ini tahu dia ke bukit Gros Morne, bahkan untuk sampai ke sini butub perjalanan yang cukup jauh. Dan Pria ini, tanpa memberi kabar sekarang malah duduk di sampingnya. "Sedang apa kau di tempat menyeramkan ini, apa kau tidak talut sendirian?" "Apa kau tidak luhat d sekitarmu? banyak orang mendirikan tenda di sini. Beberapa hari lagi musim panas akn segera berlalu, jadi tempat ini akan ramai demgan pengunjung."  "Apa meraka datang sejauh ini untuk menikmati matahari?" "Tanyakan saja pada mereka." Randika tersenyum, dia
Baca selengkapnya
Ch 25
Arumi tersenyum, dia melangkah ke bawah pohon di mana itu adalah depat mereka akan menikmati bintang. Dia duduk di atas rumput tebal bersama Randika. Namun, suasana sedikit hening karena ciuman tiba-tiba Randika tadi. Entah harus bersikap seperti apa sekarang. Saat ini Arumi benar-benar sangat gugup. Harusnya dia marah karena Randika karena lagi-lagi pria itu menciumnya dengan sesuka hati tapi, yang terjadi dia malah sebaliknya. Pipi Wanita dengan manik cokelat itu bersemu menjadi pink dengan jantung yang berdebar tidak teratur.  "Jangan sampai kau menyukainya Arumi, kau harusnya sadar dia tidak akan bisa membalas cintamu. Marah ... marahlah, jangan tunjukan kepolosanmu saja Arumi," batinnya memperingati diri sendiri. "Apa kau suka gunung?"  Pertanyaan Randika membuat dia mevngerjab kaget. "Tidak! Aku membencinya sama seperti aku membencimu." Randika terkekeh. Apalagi nada suara Arumi saat mengatakan benci seakan sedang menegaskan ba
Baca selengkapnya
Ch 26
Bintang sudah menampakan dirinya dengan sangat banyak saat Arumi dan Randika memutuskan untuk kembali "Hari sudah mulai gelap sebaiknya kita kembali," ujar Arumi canggung. Randika berdecak kesal saat Arumi beranjak dan menuruni bukit tanpa menunggunya. "Apa pernyataan cintaku tadi di tolak?" "Arumi kau menolak ku?" "Aku tidak mengerti apa maksudmu Randika." "What?" Pemilik manik hitam itu menyapu rambutnya dengan kasar, dia sangat kesal juga malu karena perasannya di abaikan oleh wanita itu. Untuk mengatakannya saja dia butuh keberanian yng cukup tapi wanita itu. "Argghhh." * * * Mustang hitam itu berhenti tepat di depan Mansion yang megah. Keduanya tiba di Mansion dengan kebisuan. Pembahasan tentang menikah pun hilang begitu saja karena sepanjang perjalanan kembali, Arumi sama sekali tidak mengeluarkan sepata katapun. Dia bahkan pura-pura tertidur untuk menghindari percakapan,  padahal Rand
Baca selengkapnya
Ch 27
Pagi ini, Randika bangun lebih awal. Rasa penasaran akan siapa orang yang sudah mengusiknya membuat dia tidak bisa tidur. Dia menatap sekeliling sebelum melakukan panggilan dengan benda pipih miliknya.  "Hallo?" "Apa kau sudah tahu pemilik nomor itu?" "Maaf Monsieur, aku baru saja akan melakukannya." "What? Apa kau sedang mengurusi kekasih mu?" hardik Randika dengan kesal. "Kekasih? apa anda bercanda Tuan, bagaimana bisa aku punya kekasih, jika tiap waktu aku bersamamu." "Kau benar, dengan wajah dinginmu mana mungkin ada wanita yang berani mendekatimu." Wajah Rilan terlihat kesal. "Aku masih di sini Tuan." Randika terkekeh, rasanya senang jika berhasil menjaili sahabatnya. "Apa ada yang penting hari ini di kantor?" "Non monsieur, hanya ada beberapa berkas yang membutuhkan tanda tangan anda.  "Bawa itu ke Mansion." "Tapi Tu--" Belum sempat Rilan menyelesaikan ucapannya, Randi
Baca selengkapnya
Ch 28
"Apa aku harus menjadi seperti Rilan untuk membuatmu memanggilku dengan lembut. Atau Aku harus berpura-pura menjadi kakak yang baik agar bisa mendengarmu memanggil ku kakak." Randika mempertahankan kontak matanya dengan Arumi, hari ini dia benar-benar meluapkan isi hatinya tanpa di tutup-tutupi. "A-aku tidak mengerti, apa yang kau bicarakan," jawab Arumi gugup. Dia memainkan cicin yang baru di pasangkan Pria di depannya dengan bola mata yang bergerak cepat untuk menghindari tatapan Randika. "Luar biasa Randika, luar biasa. Kau membuat Arumi bingung dengan perasaanmu yang tidak seberapa ini," ujar Randika mengalihkan pandangan kemudian melangkah pergi meninggalkan segala keluh kesah yang baru saja dia ungkapkan kepada gadis polos keras kepala itu. "Ran, Kau mau kemana." Arumi menarik lengan Randika agar berhenti. "Apa lagi," desah Randika dengan napas menggebu-gebu. "Kenapa kau jadi seperti ini! bukankah beberapa hari ini kita baik-baik saja. L
Baca selengkapnya
Ch 29
"Katakan!" pinta Arumi dengan menahan napas. Dia terlihat sangat gugup karena baru kali ini berani menghampiri Randika. "Apanya," ujar Randika menekuk dahi. "Katakan semua perasaanmu padaku. Aku ingin mendengarnya," desak Arumi. "Bukankah Aku sudah mengatakanya waktu kita di bukit." Arumi melongo. Dia tidak mengira semua yang di katakan Randika waktu di bukit adalah benar. Meski sebenarnya waktu itu, dia sempat berfikir keras hingga membuat kepalanya pusing. "Aku pikir kau hanya bercanda waktu itu. Karena kau menimbang-nimbang saat mengatakan akan menikahiku, makanya tidak aku perdulikan," ujar Arumi dengan nada suara yang semakin turun. "Apa! kau bilang aku bercanda!" teriaknya tidak percaya. Randika benar-benar merasa malu. Ternyata ungkapan perasaanya di anggap candaan oleh Arumi. "Itu karena kau yang selalu berbuat sesuka hatimu." "Kenapa kau selalu salah paham dengan kata-kataku." "Memang apalagi yang harus
Baca selengkapnya
Ch 30
"Hallo Tampan." "Evanya!" "Kau mengenali suaraku." "Tentu saja. Siapa yang tidak hafal dengan suara merdu Pianis cantik sepertimu, semua orang pasti langsung tahu saat mendengarnya." Evanya terkekeh, tentu saja yang di katakan Brian itu tidak benar, dia pasti akan tau karena satu-satunya orang yang memanggilnya tampan hanya Evanh.ya. "Tapi dia tidak mengenaliku," ujarnya sendu. "Apa kau menghubungi Randika?" "Aku menghubunginya berkali-kali. Bahkan mengirimkan pesan mesra untuknya." "Apa!" "Kau tahu, dia tidak merespon semua panggilan dan pesanku. Apa dia sudah melupakanku?" "Untuk apa kau bertanya seperti itu padaku, bukankah kau yang telah meninggalkannya," decak Brian. "Aku menyesal Tampan, tidak ada yang bisa meluluhkan ku seperti pria dingin itu. Dia bisa membuat ku melayang hanya dengan sekali sentuhan." Pipi Evanya bersemu saat mengatakan kata-kata itu. Dia membayangkan, bagaimana Randika memperla
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status