Lahat ng Kabanata ng LOVE BROTHER: Kabanata 51 - Kabanata 60
134 Kabanata
Ch 51
"Dia menjadi berbeda," ujar Evanya menepuk sisi sofa yang masih kosong.Brian menggeleng, dia memilih duduk di kursi lain depan bartender. "Kau membawanya semalam.""Yah, dia tidur denganku.""Kau seperti pemangsa!"Bukannya marah Evanya malah tertawa terbahak-bahak merasa senang dengan sebutan itu. Tawa itu mengundang banyak perhatian, beberapa mata pengunjung klub tampak melihat ke arah mereka.Berbeda dengan Brian yang menggeleng pelan. Dia merasa kasihan kepada gadis yang tertawa keras tapi terdengar hambar. Sungguh pemandangan yang menyeramkan."Berhenti tertawa Evanya kau menyeramkan!"Wanita itu tidak berhenti, dia tetap tertawa sampai gelas wiski menyentuh bibir merahnya."Perempuan aneh.""Apa kau tahu dimana gadis itu tinggal?" tanya Evanya saat wiski yang di teguknya tertelan habis."Siapa?""Arumi.""Kau tidak tahu di mana dia tinggal?""Jika aku tahu, untuk apa bertanya padamu."
Magbasa pa
Ch 52
"Rumi," sapa Randika canggung."Aku akan ke dapur.""Rumi dengarkan aku." Randika menahan tangan Arumi menatap sesaat kedua sahabatnya yang terlihat pura-pura sibuk berbincang."Ada yang ingin kau katakan?""Aku minta maaf," ucapnya tulus.Arumi menatap datar meski sebenarnya dia tahu kalau Randika sudah sangat menyesal dengan kejadian tadi malam, hanya saja, adegan ciuman antara Randika dan Evanya yang ada di dalam ingatannya masih terlalu jelas. Itu alasan kenapa dia begitu marah dan memilih bersikap diam."Apa kau tidak lelah terus meminta maaf seperti ini."Randika menggelengkan kepalanya. "Tidak sampai aku mendapatkan maaf darimu.""Kalau begitu tinggalkan Evanya.""Aku tidak bisa melakukannya sekarang.""Whay?""Kau tahu, aku mencari Evanya selama beberapa tahun ini. Ada banyak hal yang harus aku pastikan dengannya. Aku janji, setelah itu selesai aku tidak akan menemuinya lagi."Randika terus m
Magbasa pa
Ch 53
Tidak ada yang bisa menghancurkan keterdiaman Randika dan tatapan tajamnya. Bahkan keberanian Arumi tidak cukup untuk sekedar menyapanya.Randia menghubungi kedua orang tuanya, menanyakan tentang kondisi ayahnya. Jenny sang ibu mwnjelaskan demgan baik hingga membuat pria itu sedikit tenang. Merasa cukup santai, Arumi lalu mendekat saat Randika menutup teleponnya. " Bagaimana keadaan Dady.""Bukankah kau lebih tahu."Raut wajah Arumi berubah sedih seketika. "Jadi lau masih marah padaku.""Kau pikirkan sendiri."Wanita itu terdiam cukup lama. Tidak terfikir olehnya Randika akan semarah ini. Dia bahkan belum memberi maaf untuk pria bermata hitam itu. Namun, kini dia yang harus meminta maaf atas kesalahannya."Maaf merahasiakan-nya, tapi aku hanya menuruti ucapan Mom. Dia hanya tidak ingin kau khawatir.""Tinggalkan aku sendiri!'"Ran?""Berhenti memanggil nama ku!"Teriakan keras Randika membuat Arumi tersentak hingg
Magbasa pa
Ch 54
"Quebec, Kanada. . . Brian yang berada di sekitar kafe miliknya memutuskan untuk melihat keadaan pria itu. Dia cukup tahu ke mana tempat yang akan di datangi sahabatnya jika sedang ada masalah. Di dalam hati dia berharap tidak menemukan-nya sedang berduaan dengan Evanya. "Ran?" Pria itu memanggil-manggil mengingat tempat ini privasi dan hanya ada dua orang bartender yang selalu berjaga. "Apa Randika kemari?" "Di sana." Brian melangkah menuju arah yang di tunjuk salah saru bartender. Dia mencari di balik kursi-kursi yang tersusun rapih, hingga matanya melihat pria yang sedang merokok di lantai dengan botol alkohol yang berhamburan di mana-mana. "Kau minum sebanyak ini?" "Sedang apa kau di sini." "Mungkin kau butuh teman." "Aku tidak but
Magbasa pa
Ch 55
"Jam berapa kau kembali.""Baru saja."Arumi terdiam jawaban singkat Randika membuatnya bertanya-tanya di dalam hati apa yang harus dia katakan lagi agar memancing pembicaraan.Melihat Arumi yang sedang berfikir, Randika mengira wanita itu salah paham karena dia terbangun dengan dirinya yang tertidur di sampingnya."Aku hanya tertidur, tidak ada yang terjadi.""Maaf, tapi pikiranku tidak sampai ke situ."Jleb ....Kini balik Randika yang salah mengira. Pria itu menelan luda kasar karena gugup. "Aku hanya menjelaskan agar kau tidak salah paham," ujarnya untuk menutupi rasa gugupnya."Apa hari ini kau akan makan malam di rumah?""Entahlah.""Jika kau kembali, aku bisa memasak makanan untuk---""Jangan menunggu ku.""Baiklah, aku mengerti." Suara Arumi mengecil sampai akhir kalimat."Aku hanya ingin sedikit menenangkan pikiranku, jadi mengertilah."Arumi langsung terdiam. Baru sehari merek
Magbasa pa
Ch 56
"Bagaimana, kau berhasil?""Biarkan aku mengambil napas."Keduanya pun terdiam. Pria bermanik biru itu  menyalakan mesin mobil dan melaju sebelum Randika menemukan mereka."Kau berkeringat Nona.""Aku sangat gugup tadi" Arumi menarik napas panjang dan mengembuskan-nya kembali. "Apa pakaian ku pantas?"Pria yang sedang menyetir itu terkekeh "Kau terlihat sangat seksi."Arumi menatap tajam sesaat "Dasar pria mesum.""Hei, santai. Jangan terlalu marah, itu akan membuatmu semakin seksi."Bugh ...  plak ... bugh ...."Auh, sakit Arumi. Hentikan!"Bugh ...  plak ... bugh ...."Hentikan, atau kita akan menabrak.""Baiklah." Arumi kembali menghembuskan napas panjang, menetralkan detak jantungnya yang berpacu cepat sebelum lanjut berkata."Antar aku ke tempat di mana aku bisa mengganti pakaian ku, ini sangat tidak nyaman.""Bisakah kau gunakan itu sebentar lagi, kau terlihat sanga
Magbasa pa
Ch 57
Mobil yang di tumpangi Arumi dan Brian sudah melaju berjam-jam namun Arumi masih belum mengatakan berhenti."Rumi, apa kita tidak salah jalan?""Tidak jalurnya benar.""Bukankah di sekitar sini tidak ada bukit?.""Jalan saja. Sebentar lagi kita akan sampai""Sebenarnya kita akan ke bukit mana?""Gros morne.""What?"Apa kau gila. butuh 1 hari perjalanan untuk sampai di sana Arumi. Aku tidak mau kita terlambat kembali. Randika dan Rilan bisa membunuhku.""Kau cukup mengantar, kedua pria itu biar aku yang urus.""Wanita keras kepala. memangnya untuk apa kita ke sana," teriaknya dengan wajah kesal.Arumi memilih diam sejenak, lalu menarik dalam-dalam napasnya dan mulai berkata."Itu adalah tempat di mana kedua orang tuaku mengalami kecelakaan. aku tidak tahu persis di jalanan mana mereka meregang nyawa. Jalanan Gros morne cukup panjang jadi aku memilih bukit untuk melepaskan rasa rinduku.Brian h
Magbasa pa
Ch 58
"Kau menyukai bukit?" "Tidak." "Lalu kenapa Kau memilih bukit sebagai tempatmu melepas Rindu?" "Biar aku selalu ingat, seberapa benci aku terhadapnya." Arumi menghapus air matanya yang jatuh. Kehilangan kedua orang tua membuatnya hampa, tidak ada lagi seseorang yang akan meneriakinya ketika telat bangun, tidak ada lagi pria tampan yang selalu membela saat omelan ibu menggema. Mereka pergi begitu saja tanpa berkata apapun. "Jangan menatap ku seperti itu Brian." "Owh, kau melihatnya," ujarnya terkekeh. "Apa kau punya kekasih?" "Semua wanita yang mendekati ku hanya menginginkan kekayaan. Dan kau tahu bukan, aku tidak se-kaya kekasih mu." "Bolehkah aku mencium mu? Uhuk ... uhuk .... Mendadak Pria yang sedang menatap matahari terbenam itu terbatuk, mendapati te
Magbasa pa
Ch 59
"Maaf nona bisakah anda bergeser?" tanya seorang pria dengan setelan jas rapih namun wajahnya terlihat frustasi. "Randika?" Wanita berambut pirang itu bergeser pindah ke kursi yang lain dan membiarkan pria yang di rindukannya itu duduk di sampingnya. "Bukankah aku sudah melarangmu untuk masuk ke bar ini?" "Ada apa denganmu Sayang, kau terlihat tidak baik." "Berhenti memanggilku seperti itu." "Bukankah kau suka?" Wanita itu lalu mengusap pelan pada jemari pria yang memiliki manik hitam itu, mengecup pipi Randika tanpa menyentuh tubuhnya. Randika terlihat sedikit tidak nyaman. Namun, dia membiarkan Evanya melakukannya karena sedang tidak fokus. Rasa khawatirannya untuk Arumi membuat pikirannya melayang entah kemana. Dan Evanya, dia tidak menyianyiakan kesempatan emas ini. Wanita dengan warna rambut pirang itu terus mela
Magbasa pa
Ch 60
Mansion di penuhi teriakan keras Claudia saat melihat Tuan mudanya kembali dengan tangan berlumuran darah. Sedangkan pria yang terluka itu terlihat tenang dengan satu tangan menggenggam tangan yang terluka. "Apa Arumi sudah kembali?" "Anda sedang terluka Tuan, sebaiknya obati dulu." Arumi yang baru saja selesai mandi berlari keluar dengan menggunakan kimono saat mendengar teriakan Claudia. Dia menuruni tangga tanpa takut akan terjatuh. "Ada apa Clau, kenapa kau berteriak." Arumi terkejut saat maniknya menangkap sosok pria berdiri dengan tangan berlumuran darah. "Ra-Randika?" Tubuh Randika hampir jatuh saat wanita itu berlari menghampirinya. "Kau sudah kembali?" "Apa yang terjadi, tanganmu berdarah." Gadis berambut panjang itu mengisyaratkan kekasihnya agar duduk. "Ambilkan kotak obat Claudia, cepat!" 
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status