Semua Bab SUSAN: Bab 41 - Bab 50
97 Bab
BAB 41 TAKUT DIA HILANG
Walaupun aku sudah berusaha menjalani hari-hariku tanpa mengeluh pada siapapun,tapi ternyata tetap saja aku tidak bisa pura-pura baik-baik saja. Terutama saat aku kembali sendiri seperti ini. Kulempar sepatu dan tas jinjingku di samping sofa kemudian menjatuhkan tubuhku di sana tanpa melepas blazerku yang jadi sesak di dada. Rasanya melelahkan dan sia-sia. Hidupku beberapa minggu ini memang hanya seperti mondar-mandir tanpa tujuan. Aku pergi ke kantor pagi hari, menyibukkan diriku dengan semua pekerjaan kemudian pulang dan kembali terpuruk sendiri seperti ini.Aku rindu bertengkar dengan Eric yang gemar mengkritik semua perbuatanku. Aku rindu semua omong kosong dan ocehannya di kepalaku, tapi sekarang tidak ada apa-apa di sana. Kepalaku sunyi dan semakin sunyi seperti hatiku yang di telantarkan.Sudah dua Minggu berlalu dan ternyata Eri
Baca selengkapnya
BAB 42 DEKAT
Sepertinya demamku sudah mereda dan aku justru mulai merasa kegerahan. Kudapati Sidney masih memelukku, tapi kali ini dia juga berada di dalam selimut bersamaku."Kau sudah bangun?" Sidney membelaiku dan mengecup puncak kepalaku dengan nafasnya yang hangat dan menyenangkan, sementara aku hanya berani mengangguk pelan di dadanya."Jangan sakit lagi, Susan, atau aku akan benar-benar membawamu tinggal bersamaku.""Kita tidak bisa asal tinggal bersama," kataku saat mendongak menatap Sidney, "aku memang kuno dan akan tetap kuno dalam hal seperti itu.""Apa kau tidak percaya padaku?" Aku masih diam dan hanya menatap Sidney. Aku benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa setelah semua yang dilakukan Sidney padaku."Maafkan aku, Sidney," sesalku karena marasa tidak akan bisa memberinya jawaban apa-apa meskipun Sidney sudah sangat baik padaku. "Terima kasih kau selalu baik padaku.
Baca selengkapnya
BAB 43 SUSAN DAN SIDNEY
Setelah berpakaian aku buru-buru menyusul Sidney ke pantry karena khawatir apa yang akan dia perbuat di sana. Sidney tadi memang bersikeras untuk membuat makanan untukku makanya aku agak cemas. Begitu sampai di pantry aku melihat Sidney masih berdiri di depan lemari es, membuka pintunya lebar-lebar dengan wajah bengong."Apa yang kau lakukan, Susan?" heran Sidney. "Kau memasukkan semua kantong belanjaanmu kemarin ke dalam lemari pendingin begitu saja seperti ini!"Sidney langsung membongkar dan mengeluarkan semua kantong belanjaanku, sambil terus mengkritik caraku menata barang di rumahku sendiri.Percaya atau tidak karena saat mengomel seperti itu Sidney jadi benar-benar mirip Eric Norman. Setelah mengeluarkan semua kantong belanjaanku dia langsung menumpahnya di atas meja dapur."Seharusnya kau memasukkan daging ke freezer, ini semua sudah tidak bisa dimakan." Aku diam saja tidak b
Baca selengkapnya
BAB 44 RIBUT
Belum-belum aku dan Sidney sudah sibuk berdebat, aku ingin mengunakan pesawat komersil sedangkan Sidney bersikeras untuk memakai jet pribadi. Aku hampir lupa jika harus pergi bersama Sidney Parker, tentu dia tidak mau mengantri atau berdesakan naik kedalam pesawat dengan penumpang lain. Tapi aku sudah terlanjur membeli tiket untuk kami berdua dan ternyata Sidney benar-benar tidak mau naik pesawat komersil. Terpaksa aku harus mengalah, itung-itung karena dia sudah baik padaku beberapa minggu ini. "Tapi ingat, Sidney! tidak ada hotel bintang lima di dekat tempat tinggalku jadi jika kau tidak kerasan dan ingin pulang lebih dulu, bawa saja Jet pribadimu!" tegasku, "karena aku tetap akan berlibur selama satu minggu!"Kuremas tiket yang baru ku print tadi pagi dan memasukkannya kedalam tong sampah."Tahu begini kemarin aku tidak perlu membeli tiket!" gerutuku masih kesal."Nanti akan kuganti uangmu."
Baca selengkapnya
BAB 45 KAMPUNG SUSAN
"Sidney tolong pikirkan sesuatu, karena aku tidak ingin orang tuaku melihat jejak macam ini di leherku."Wajar jika aku cemas, karena aku sudah coba menutupnya dengan pondesion dari tadi tapi tetap saja gagal."Coba kemarilah," Sidney memiringkan kepalaku sebentar untuk memeriksa jejak yang sengaja dia buat kemarin kemudian dia mengeluarkan plaster bekas luka dari dalam sisi kantong travel bag nya."Bagaiman nanti jika mereka bertanya?" tanyaku tetap khawatir."Bilang saja di gigit nyamuk.""Mungkin mereka akan lebih percaya aku di gigit vampir di banding sekor nyamuk yang sampai membuatku ditempeli dua buah plester luka seperti ini."
Baca selengkapnya
BAB 46 LIBURAN
Kupikir aku sudah bangun lebih pagi dari Sidney, ternyata aku malah menemukanya sudah berkeliaran di pekarangan rumahku. Kenapa tiba-tiba aku merasa sebenarnya dia yang sangat butuh liburan bukannya aku.Kulihat Sidney entah sedang melakukan apa bersama ayahku, tapi sepertinya dia hanya coba menyimak apa yang dikatakan ayahku baru mengikutinya. Aku melambai dari teras begitu dia melihatku, Sidney  langsung berdiri dan berjalan mendatangiku. Tadinya aku sama sekali tidak memperhatikan jika dia tidak memakai alas kaki sampai saat dia mau naik ke tangga teras aku baru sadar jika kakinya penuh tanah dan aku langsung melarangnya untuk naik menghampiriku."Cuci dulu kakakmu!" tegasku sementara Sidney hanya menoleh ke kanan dan ke kiri terlihat bingung."Kenapa kau tidak memakai alas kak
Baca selengkapnya
BAB 47 BUNGA
Mengunakan jet pribadi memang lebih menghemat waktu dan kami bisa pulang sewaktu-waktu mengingat rute penerbangan langsung di bandara lokal hanya ada seminggu tiga kali."Kita pulang saja ke tempat tinggalku," kata Sidney setelah dari tadi cuma diam.Aku hanya menggeleng mengabaikannya seperti biasa dan sama sekali tidak mengganggap serius ajakannya, karena aku tahu apa sebenarnya kemauan Sidney. Kami memang belum membahas perkara kemarin, selain karena kami belum lagi memiliki waktu untuk benar-benar berdua, aku juga coba menghindarinya. Sepertinya kami juga butuh waktu untuk memikirkannya dulu baik-baik. Jika sekarang aku menuruti keinginan Sidney untuk ikut pulang ketempat tinggalnya aku yakin kami sudah tidak akan bisa lagi mengunakan otak, karena pasti tinggal insting kamilah yang akan menyelesaikannya.
Baca selengkapnya
BAB 48 BAYANGAN
Aku sedang tidur ketika tiba-tiba terbangun di tengah malam dan seperti melihat sekelebat bayangan yang bergerak. Awalnya aku takut tapi saat ingat tidak mungkin ada orang yang bisa masuk ke apartemenku, akupun coba berpikir lebih tenang. Sistem keamanan tempat tinggalku termasuk yang sangat tinggi karena itu cukup aman bagi seorang wanita sepertiku meskipun harus tinggal seorang diri.Seharusnya hanya aku dan Eric yang tahu sandi pintu apartemenku, memang aku pernah memberi sandi tersebut pada Sidney tapi rasanya tidak mungkin dia jadi begitu pengangguran hingga datang malam-malam begini. Jadi kemungkinan hanya Eric ! Meski aku tidak berani berpikir terlalu jauh tapi aku memang sempat berharap jika itu benar-benar Eric. Karena jika memang dia masih mengingatku dan ingin kembali dia pasti akan langsung kemari. Aku memang sudah terlajur sangat berharap belakangan ini, berharap jika Eric akan kembali dalam
Baca selengkapnya
49 SIDNEY SAKIT
"Kenapa kau tidak memberitahuku?" protesku begitu Sidney membukakan pintu dengan wajah lesu."Kau bilang aku tidak boleh mengganggumu."Ya aku memang mengatakan hal itu kemarin. "Tapi kau sakit, Sidney!"Sidney berjalan kembali ke kamarnya dan mengabaikanku."Apa kau sudah memanggil dokter?"Sidney hanya menggeleng lemah dan malas."Kau bisa sangat cerewet saat aku sakit tapi kenapa ternyata kau malah mengabaikan dirimu sendiri seperti ini.""Beri aku nomor Dokter Anton!"Sidney hanya melirik ponsel di atas meja di sebelah tempat tidurnya, kemudian kembali menenggelamkan wajahnya di bawah bantal. Aku segera mengambil phonsel Sidney dan mencari nomor Dokter Anton.Aku sempat membongkar isi laci di meja tersebut berharap bisa menemukan termometer untuk mengukur suhu badan Sidney yang menurutku sangat panas. Tapi aku tidak menemuka apa-apa dan
Baca selengkapnya
BAB 50 BERSAMA SIDNEY
Sepertinya Sidney jadi ikut terbangun saat aku bergerak untuk meregangkan pinggangku yang terasa kaku.Kuperiksa Sidney sudah jauh lebih baik karena sudah tidak demam lagi."Apa kau masih merasa ingin muntah?" tanyaku sekedar memastikan dan dia menggeleng."Aku lega kau tidak jadi mati karena alergi," candaku meski senyum Sidney masih terlihat lemah untuk menangapi leluconku. Tentu setelah terus menerus muntah dan tidak bisa menelan makanan siapapun pasti akan lemas."Akan kubuatkan sarapan untukmu sebelum aku pulang." Aku sudah bangkit dari tempat tidur ketika Sidney kembali menarikku."Jangan, Susan! aku takut jika kau masak untukku.""Kau benar-benar meremehkanku!"Aku cuma heran bagaiman di saat seperti ini pun dia masih bisa membuatku kesal. "Sudah jangan keras kepala, naiklah kembali ke tempat tidur karena sebentar lagi juga ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status