Share

CHAPTER 3: MENCARI INFORMASI

Syahdan POV

Ini sangat luar biasa sekali. Aku tidak menyangka bahwa mereka memiliki arena latihan yang sangat besar, disana terlihat tempat untuk latihan pedang, panah, sihir, dan lain-lain. Aku dan yang lainnya terkejut melihat sihir untuk pertama kalinya.

Memang betul kalau di dunia kami tidak ada sihir. Tapi, tampaknya di sini sangat berbeda. Bahkan untuk pasukan kavaleri, mereka menggunakan semacam burung yang sangat besar. Ya bisa dibilang itu mirip seeperti burung unta, mungkin tingginya yang mirip.

"Syahdan! Lihatlah, Razen sedang berlatih tanding dengan 6 orang sekaligus!" Ucap Nizar dengan girang dan semangat.

Aku punn mulai melihat Razen berlatih. Kami semua terkejut melihat kemampuan Razen yang hebat, dia bisa mengalahkan 6 orang tersebut hanya dalam hitungan menit saja. Kami berempat pun memberikan tepuk tangan kepada Razen, dia hanya tersenyum saja kepada kami dan berjalan menghampiri kami.

"Halo, kalian." Sapa Razen. "Apakah hanya kalian berempat saja yang kemari?" 

"Iya, yang lain pada pergi ke ibukota untuk keliling." Jawab Yukki.

"Begitu, ya." Balas Razen dengan cukup kecewa. "Padahal aku ingin mengajak kalian untuk latihan pedang."

"Serius!?" Tanyaku, Kino, dan Nizar dengan semangat.

Kemudian kami menawarkan diri untuk latihan pedang. Razen tampak sennang sekali, kemudian dia membawa kami ke sebuah bangunan. Di sana terlihat banyak sekali armor yang di pajang di dinding, semuanya tampak sama. Armor milik Razen berbeda dengan arrmor yang dipakai oleh pasukan, mungkin karena dia adalah jendral perang.

Tapi, aku tidak menyangka, bahwa disini juga ada kesatria perempuan. Walupun mereka perempuan, tapi. Mereka terlihat sangat kuat sekali. Setelah kamii memakai pengaman seperti helm, pelindung dada, pelindung lengan, dan pelindung kaki. Kami dibawa oleh Razen menuju arena latihan.

Saat ini di depan kami terlihat sebuah meja yang diatasnya ada empat pedang kayu. Kami berempat mengambil pedang kayu tersebut dan pengaman kami. Setelah selesai melakukan persiapan, kami dibawa oleh Razen menuju tengah lapangan, aku tidak tahu bagaiamana kemampuan berpedangku. Tapi, menurutku, aku harus berhati-hati dengan Kino.

Sebab, dia adalah pemain Judo terkuat di sekolah kami. Aku yakin dia juga bisa bermain pedang dengan hebat. Semoga saja aku tidak melawan dia.

Amita POV

Saat ini aku, Hanif, Kanon, Agung, Ojan, Shin, dan Lenix sedang berjalan-jalan di ibukota. Ya, walaupun awalnya kami berkelompok dengan Dayat dan yang lainnya, tapi, kami memutuskan untuk berpisah karena Hanif ingin mencari tahu tentang dunia ini.

Dunia lain. Atau yang mereka sebut adalah dunia Ataraxia, adalah dunia yang diisi dengan berbagai ras. Mereka dibagi dua bagian, yaitu ras gelap dan ras terang. Ras gelap adalah ras yang seperti orc, ogre, iblis, penyihir gelap, dan raksasa. Sedangkan untuk ras terang adalah manusia, elf, peri, demi-human, dwarf, dan pahlawan.

Tapi, walaupun begitu. Aku mendengar dari dari beberapa pedangang bahwa di kota bagian selatan ada beberapa ras gelap yang hidup bersama dengan ras terang, pedagang tersebut bilang bahwa ras gelap yang tinggal disana adalah ras gelap yang di usir dari kampung halamannya.

Itu membuatku menjadi penasaran dengan ras gelap. Soalnya, disini juga ada ras elf dan dwarf yang menjadi pasukan kerajaan ini. Mungkin, jika aku hanya mendengar dari orang. Mungkin, aku tidak akan percaya, tapi ini berbeda karena aku melihatnya secara langsung.

Tapi, walaupun ini dunia lain, dan tentu saja ada banyak makanan aneh. Tapi ini sangat nikmat sekali. Contohnya seperti daging winglizard. Itu adalah daging kadal bersayap, biasanya mereka ditemukan di padang rumput dan dekat danau. Bahkan, Ojan dan Lenix sangat menyukainya.

Memang sih. Selain tempatnya yang bagus, pelayanannya yang bagus, dan makanannya yang enak. Harganya pun hanya 50 koin perunggu saja, ya bisa dibilang itu murah. Setelah makan, kami melanjutkan kembali jalan-jalan kami. Saat ini, hanya ada aku, Kanon, dan Hanif saja yang sedang jalan-jalan.

"Lihatlah! Lionting tersebut sangtlah lucu!" Ucap Kanon semangat.

Aku dan Hanif pun melihat kalung tersebut, memang betul kalau disana banyak sekali kalung yang indah dan cantik. Bahkan, mataku tidak bisa teralihkan dari lionting berbentuk bunga. Karena menurutku cantik, aku ingin bertanya kepada Hanif.

"Hanif, menurutmu-"

Aku menghentikan perkataanku karena melihat Kanon yang sedang menunjuk ke salah satu kalung sambil memeluk lengan Hanif. Mereka sangat dekat sekali, aku tahu kalau Kanon dan aku memiliki sifat yang berbeda. Kanon sangat berani untuk mendekati Hanif.

Sedangkan aku?

Itu mustahil, aku terlalu malu untuk terlalu dekat dengan Hanif. Dan karena aku tidak bergerak lebih cepat, maka hal ini yang akan terjadi. Kejadian ini sering terjadi di bumi. Walaupun aku hanya bisa mengabaikannya saja, tapi aku merasakan dadaku sakit sekali. Aku merasa bahwa Hanif akan meninggalkanku.

Aku tahu kalau masih ada yang lain, tapi. Bagiku, Hanif adalah orang yang sangat spesial untukku. Dan aku tidak ingin dia meninggalkanku.

Bintang POV

Saat ini aku, Aimi, dan Rifqi sedang mencari informasi di distrik pandai besi. Menurut informasi yang kami dapat, bahwa setiap pahlawan memiliki logonya sendiri di punggungnya. Ya, aku tidak tahu karena belum mengeceknya. Tapi, aku percaya karena aku merasakan sesuatu yang berbeda ketika sampai di dunia ini.

Karena kami sedikit lelah. Kami memutuskan untuk beristirahat di sebuah kafe.

"Jadi, apakah kita harus melanjutkan mencari informasi?" Tanya Rifqi sambil melihat menu.

"Karena informasi yang kita miliki masih sedikit semenjak kita datang. Jadi, kita harus mengumpulakn beberapa informasi lagi." Jawab Aimi yang sedang menuliskan pesanan.

"Aimi benar, Rifqi." Ucapku. "Karena raja memberikan kita 3 hari untuk bebas keliling, jadi kita manfaatkan itu untuk bermain dan mencari informasi. Dan... Kita tidak boleh terlalu percaya dengan kerajaan."

Aimi dan Rifqi menatapku dengan serius. Memang betul di dunia ini tidak ada yang kita bisa percayai selain teman-teman kami. Tapi, karena kerajaan telah memberikan fasilitas, jadi kami harus sedikit percaya dengan mereka.

Dan kami juga tidak tahu dan tidak bisa ngapa-ngapain jika kita sendirian nanti. Walaupun kami adalah pahlawan, aku tidak ingin diantara kami semua terluka. Apalagi, ada kemungkina Ariq masih hidup. Untuk sekarang, kami harus mencari informasi dulu, menjadi kuat, dan mencari Ariq.

Fauzan POV

Saat ini aku, Hasshi, Anju, Afandy, manajer haru, Arif, Zaky, dan Anton sedang berada di guild petualangan. Karena aku merasa bahwa guild petualangan adalah pusat informasi. Jadinya, kami memutuskan untuk datang.

Di dalam guild, kami menjadi pusat perhatian mereka, tapi. Kemudian beberapa dari mereka tidak peduli lagi dengan kami, tapi, entah kenapa ada beberapa tatapan dari laki-laki yang melihat kearah kami. Aku tahu kalau tatapan itu menunjukkan ke Hasshi dan Anju. Kemudian kami pun tiba di meja informasi.

"Permisi."

"Iya."

Kemudian muncul pegawai guild. Dia adalah seorang perempuan manusia, untuk wajahnya dia tidak terlalu buruk sih, melainkan cantik. Dia memiliki rambut pirang pendek seleher.

"Jadi, ada perlu apa?" Tanya pegawai guild tersebut.

"Bisakah anda memberikan informasi mengenai kerajaan ini. Maksudku, kami adalah pahlawan yang terpanggil kemarin malam." Aku sengaja berbisik ketika mengakui bahwa kami adalah pahlawan.

Pengawai tersebut hanya bisa terkejut saja sambil menutup mulutnya. Kemudian dia melihat sekitar sebentar, setelah dia merasa situasi sudah aman. Dia mulai berdiri.

"Ikutlah denganku."

Kami semua dibawa pergi ke sebuah ruangan, itu adalah ruangan yang tidak terlalu besar dan kecil. Kami pun duduk di kursi dan melihat sekitar. Disana hanya terlihat beberapa senjata yang di pajang dan beberapa buku lama yang di tata di atas sebuah laci.

"Sebelum aku memberitahu mengenai kerajaan ini. Tidak, maksudku mengenai dunia ini. Apakah kalian adalah pahlawan?"

Dia bertanya kepada kami dengan serius. Tampaknya dia masih belum percaya dengan ucapanku. Aku juga bingung harus menunjukkan bukti apa kepadanya, karena yang kami ketahui. Bahwa kami adalah pahlawan yang dipanggil dari bumi.

"Bukti dari orang tersebut adalah pahlawan apa ya?" Tanyaku sambil memasang senyum tipis.

"Setiap orang yang memiliki gelar pahlawan, mereka memiliki tanda di punggung mereka. Tanda tersebut adalah sebuah lambang." Kemudian dia menatapku. "Apakah kamu bisa menunjukkannya kepadaku?"

Aku hanya bisa menatap ke yang lain saja. Kemudian aku menganggukkan kepalaku saja, aku pun mulai berdiri dan melepaskan bajuku. Hasshi dan Anju hanya bisa terkejut sambil menutup mulutnya, ya aku juga malu sih. Kemudian aku menunjukkan punggungku kepada pegawai tersebut.

"Ta-tanda ini..." Ucap pegawai tersebut sambil tergagap.

Kemudian tangan pegawai tersebut menyentuh punggungku. Aku merasakan sedikit sengatan listrik, apa yang terjadi? Apakah ini rasanya di sentuh oleh perempuan? Ternyata dia memiliki tangan yang lembut dan halus.

Ketika aku sedang memikirkan hal tersebut. Aku merasakan sebuah hawa yang berbeda, kemudian aku melihat Hasshi yang cemberut kepadaku. Dia mengembungkan mulutnya dan menatap kesal kepadaku, eh. Apakah aku ada salah?

Setelah aku memakai bajuku lagi. Aku mulai duduk, Hasshi tampaknya mengabaikanku. Aku hanya memasang wajah bingung saja, sedangkan Zaky dan Anton hanya menyorakiku dengan pelan. Tunggu sebentar! Aku tidak mengerti. Apakah yang terjadi?

"Baiklah, sekarang aku percaya kalau kalian adalah pahlawan." Ucap pegawai tersebut sambil tersenyum. "Kalau begitu, saya akan memperkenalkan diri. Namaku adalah Nanachume. Kalian bisa memanggil saya Nana.

Dia pun mulai berdiri dan membungkuk dengan sopan. Aku dan yang lainnya hanya terkagum saja melihat perlakuan yang sopan tersebut. Nanachume? Itu nama yang cukup aneh juga. Tapi, ini membuatku ingin mengetahui tentang dunia ini. Makanan, nama orang, hewan, ras, dan yang lain-lain.

Taya POV

Saat ini aku, Kudoharu, Dayat, dan Agunk sedang berada di bukit kerajaan ini. Orang-orang menyebut bukit ini adalah bukit Saleas, konon kata warga sekitar. Bukit ini adalah tempat pertarungan dua pahlawan generasi ketiga yang melawan banyak pasukan kegelapan Saleas.

Karena kejadian itu, mereka menamai bukit ini adalah bukit Saleas. Di atas bukit juga ternyata ada kota kecil yang bernama kota Saleas. Karena kami lelah, kami memutuskan untuk duduk di alun-alun.

"Aku tidak percaya bahwa dunia lain memiliki kota yang bagus ini." Ucap Agunk sambil menghela nafas.

"Dan walaupun ada ras lain juga. Tampaknya mereka akur-akur saja, bahkan ada pasangan beda ras."

Dayat berkata seperti itu sambil duduk kelelahan. Kudoharu hanya tertawa kecil saja melihat kelakuan Dayat dan Agunk. Tampaknya diantara kami semua, hanya aku saja yang belum lelah. Baiklah, karena aku masih belum lelah, aku akan menggunakan kemampuanku sebagai pencari informasi.

Aku bilang kepada Kudoharu untuk menitipkan kedua laki-laki tersebut kepadanya. Baiklah, ayo kita mulai. Aku memasuki beberapa tempat seperti toko, bar, dan lain-lain. Dari yang aku tanyakan kepada mereka, kerajaan ini sudah berdiri sangat lama. Alasannya karena orang-orang dari bumi lah yang melindungi kerajaan ini.

Tapi, yang bikin aku bingung adalah. Jika kami dan Ariq telah terpanggil, jadi. Kemana pahlawan sebelumnya? Bahkan kami tidak tahu kami pahlawan generasi ke berapa. Ahh sial. Informasi yang kupunya masih sedikit, aku harap yang lainnya mendapatkan informasi.

Aku pun mulai berjalan di sekitar kota. Tapi, jika dilihat dari pemandangan, kota ini tidak terlalu berbeda dengan ibukota.

"Tolong aku!!"

Eh? Apakah aku baru saja mendengar ada suara perempuan yang meminta tolong. Kemudian aku melihat ke sebuah gang kosong dan cukup gelap, aku memandang gang tersebut dengan cermat. Apakah itu adalah halusinasiku saja?

"Tolong!!"

Sial! Ternyata itu beneran bukan halusinasi. Aku pun segera berlari memasuki gang tersebut, suara perempuan tersebut semakin jelas dan pada akhirnya aku berhenti. Disana aku melihat seorang perempuan muda dengan rambut coklat muda yang sedang dihalangi oleh dua pria, apakah mereka berdua adalah bandit?

"Hei kalian!"

"Hhh?... Siapa?" Tanya pria berambut coklat.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya pria botak.

"Lepaskan dia!!"

Aku berteriak kepada mereka berdua. Mereka berdua hanya saling memandang saja. Kemudian mereka berdua mulai menjauhi perempuan tersebut dan mendekatiku. Jika dilihat dari dekat, mereka memiliki tubuh yang besar. Jika, ini adalah bumi. Mungkin aku akan ketakutan, karena aku tidak bisa beladiri. Tapi, entah kenapa aku merasa tidak takut kepada mereka berdua, bahkan aku merasa tubuhku berbeda dari sebelumnya.

"Heeee… Memangnya kamu mau ap-"

Sebelum pria botak tersebut selesai bicara, secara reflek aku meninju pipinya dengan keras. Tubuhnya pun terpental jauh sehingga menabrak tembok. Perempuan tersebut, pria berambut coklat terkejut denganku. Mereka berdua mulai melihatku.

Eh? Aku juga ikut kaget. Aku tidak menyangka bahwa kekuatanku sangat hebat. Apakah ini adalah kekuatan dari pahlawan? 

"Ka… Kamu… A-apa yang kamu lakukan?"

"Lah? Aku juga tidak tahu kenapa bisa sampai seperti itu."

"Jangan bercanda!!" Pria tersebut mulai mengeluarkan belati dan mengarahkannya kepadaku.

Di mataku dia terlihat sangat sedikit lambat, aku pun hanya memiringkan badanku saja ke kanan. Pria tersebut akhirnya gagal menusukku, dan kepalanya aku tendang ke tanah.

BUAKK!!!

Pria tersebut langsung tidak sadarkan diri. Ya, tampaknya ini sudah selesai? Kemudian aku berjalan menuju perempuan tersebut.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

"A… Aku ba-baik-baik saja…" Ucap perempuan tersebut dengan gemetar, apakah dia masih takut?

"A-ano… Te-terima kasih karena telah menyelamatkanku…"

"Tidak apa-apa." Balasku tersenyum.

Kemudian aku membawa dia keluar dari gang tersebut. Setelah keluar dari gang tersebut, perempuan tersebut mulai berbicara kepadaku.

"Na-namaku adalah Saaya. Aku memiliki toko kerajinan… A-apakah kamu mau mampir sebentar?"

"Eh? Ta… Tapi-"

Sebelum aku selesai berbicara. Perempuan yang bernama Saaya menarik tanganku hingga aku terbawa olehnya. Kami berlari kecil cukup jauh. Dan pada akhirnya kami tiba juga di depan sebuah toko. Jika dilihat dari kondisi toko, ini adalah toko kerajinan. Bahkan ada beberapa kerajinan yang di tampilkan di balik kaca.

"Ayo, masuklah..." Ucap Saaya dengan semangat.

Kemudian aku dibawa masuk oleh Saaya. Di dalam, aku melihat banyak sekali karya seni kerajinan berupa patung, lukisan, vas, dan lain-lain. Bagiku, ini sangat indah dan menarik. Kemudian dari arah meja kasir muncul seorang perempuan. Umurnya sangat muda sekali, wajahnya mirip seperti wajah Saaya. Sepertinya itu adalah adiknya?

"selamat datang kembali Saaya." Sapa perempuan tersebut.

"Aku pulang, onee-san."

Heh? Onee-san? Tunggu sebentar, apakah ini serius? Aku kira perempuan tersebut adalah adiknya. Soalnya kelihatan umurnya sangat muda sekali, apalagi dia lebih pendek dari Saaya. Apakah ini mimpi?

Serius!?

"Ara~ Ara~ Apakah dia adalah pacar kamu?" Tanya kakak Saaya.

Pa-pacar? Seketika wajahku memerah karena mendengar hal tersebut dari kakaknya. Ini sangat tiba-tiba sekali aku disebut sebagai pacar dari seorang perempuan manis yang baru aku temui. Ketika aku melihat wajah Saaya, dia hanya terdiam memerah karena malu saja. Sepertinya tidak ada pilihan lain lagi selain aku meluruskan kesalahpahaman ini.

"A-ano... Sebenarnya aku adalah orang yang baru saja menyelamatkan Saaya dari dua bandit di kota."

"Ara~ Terima kasih karena telah menyelamatkan adikku." Kemudian dia mendekatiku dan memeluk lenganku.

Sial! Lengan kecilnya sangat hangat sekali. Bahkan, aku bisa merasakan gumpalan dadanya yang bisa dibilang lebih kecil dari ukuran Saaya. Kemudian Saaya memisahkanku dari kakak perempuannya. Hampir saja aku kehilangan kendaliku.

"Su-sudah cukup!! Onee-san jangan terlalu dekat dengan... Dengan... Hmmmm... Nama kamu siapa ya?" Tanya Saaya kepadaku.

Ups! Sepertinya aku lupa memberitahu namaku kepada mereka.

"Perkenalkan. Namaku adalah Taya."

"Taya? Nama yang cukup aneh." Balas Saaya.

Aku hanya bisa memasang senyum lemas saja. Entah kenapa aku merasakan luka yang tidak berdarah, ternyata ini sama sakitnya dengan luka di fisik jika terluka.

"I-itu karena aku adalah pahlawan."

"EEEEEEEHHHH!!!"

Sudah aku duga.

Fahri POV

Itu tadi hampir saja. Saat ini aku, Rikako, dan Athaya sedang berada di hutan di luar ibukota. Dan saat ini kami sedang melawan goblin dengan senjata kami yang di pinjamkan oleh Linda dan pasukannya. Aku memakai pedang, Athaya memakai sebuah kapak dan Rikako memakai tombak.

Walaupun kami belum pernah membunuh. Tapi, entah kenapa kami tidak ada keraguan ketika berburu goblin. Tentu saja kami berburu goblin sambil ditemani oleh Linda dan pasukannya. Kembali ke masalah ketidakraguan kami ketika berburu goblin. Apa itu karena mereka adalah makhluk lain.

"Hiiiyaaaaa!!"

Rikako pun berhasil menusuk goblin terakhir. Ternyata ini cukup melelahkan juga. Padahal kita hanya berburu 10 goblin saja, tapi itu sudah cukup menguras banyak tenaga. Tapi, kita tidak tahu kedepannya akan seperti apa. Mungkin nanti kita akan membunuh selain goblin, bahkan membunuh manusia. Apakah kami sudah siap?

"Kerja yang bagus semuanya." Puji Linda sambil bertepuk tangan pelan.

"Terima kasih, Linda." Balasku sambil menyarungkan kembali pedang.

Kemudian kami bertiga dibawa kembali ke gerbang kerajaan. Disana kami mengisi kembali dokumen kedatangan. Sebenarnya jika kita ingin masuk ke kerajaan lain, kita perlu kartu identitas. Tapi, karena kami tidak punya, jadinya kami tidak bisa ngapa-ngapain jika sudah keluar dari kerajaan ini.

Tapi, bersyukur karena kami bertemu dengan Linda dan pasukannya yang ingin berburu goblin. Atas izin Linda, kami bisa keluar masuk ke kerajaan ini dengan mengisi dokumen kedatangan.

"Baiklah, apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?" Tanya Linda kepada kami bertiga.

"Mungkin kami akan berkeliling." Jawab Athaya.

"Kalau begitu, terima kasih karena telah mengajari kami dan meminjamkan kami senjata." Ucap Rikako sambil memberikan tombaknya kepada Linda.

"Ambil saja itu. Anggap saja itu sebagai hadiah kalian karena telah berhasil memburu goblin."

"Terima kasih!!"

Kami bertiga sangat senang sekali karena diberi senjata oleh Linda. Baiklah, karena kita tidak bisa memegang terus senjata kami, jadi kami memutuskan untuk pergi ke toko peralatan tempur. Selama di jalan, kami terkagum dengan situasi ibu kota ini. Aku juga sempat melihat Bintang, Aimi, dan Rifqi memasuki sebuah toko.

"Selamat datang."

Kami pun disapa oleh sang pemilik toko. Kami semua terkagum melihat semua peralatan tempur yang lengkap di pajang di dalam toko ini. Memang luar biasa Linda, selain memberikan senjata kami dan menemani kami berburu goblin. Dia juga merekomendasikan toko peralatan terbaik di kerajaan ini. Baiklah, kalau begitu ayo kita belanja dulu. Setelah itu, mari kita kumpulkan informasi.

Ken POV

Woaaahhh!! Ini sangat menarik sekali. Walaupun ini buku sejarah, tetapi ini sangat menarik sekali. Dahulu kala, pernah ada perang besar antara ras gelap dengan ras terang. Karena di pihak ras gelap ada raja iblis dan pasukannya, jadinya ras terang kewalahan melawan pasukan raja iblis yang sangat banyak tersebut.

Kemudian pemimpin ras terang, raja Afridu meminta tolong kepada dewa untuk mengirimkan bantuan. Sang dewa pun dengan baik hati mengabulkan permintaan raja Afridu dan mengirimkan 8 orang, mereka adalah orang-orang yang di sebut prajurit topeng.

Prajurit topeng adalah prajurit ras malaikat yang memiliki kekuatan khusus dari topeng yang mereka pakai. Konon, katanya mereka bisa berubah menjadi makhluk yang sangat hebat dan membantai seluruh pasukan raja iblis dan menyegel raja iblis.

Setelah perang selesai. Semua ras terang pun berterima kasih kepada 8 prajurit tersebut hingga mentuhankan mereka. Dewa terlihat kesal sekali karena para ras terang tidak berterimakasih kepadanya, padahal 8 prajurit topeng tersebut adalah utusan dari dewa tersebut.

Akhirnya 8 prajurit tersebut tidak boleh kembali lagi ke tempatnya karena menerima hukuman dari amarah sang dewa. Beberapa dari mereka ada yang kesal sehingga sebagian dari mereka menjadi jahat dan menyerang ras terang.

"Huffftt."

Menurutku ini adalah sejarah yang sangat menarik. Tapi, di buku ini tidak tertulis berapa tahun yang lalu perang ini terjadi. Tapi, menurutku kejadian ini sudah sangat lama sekali, karena di catatan sejarah ini tidak ada pahlawan.

"Apakah kalian menemukan sesuatu?" Tanyaku kepada Vicent dan Amanesu.

"Hmmm Tidak juga." Jawab Vicent.

"I-ini sangat membingungkan sekali." Lanjut Amane.

Hmmmm.... Jika aku pikir lagi. Tampaknya mereka tidak terlalu paham beda denganku yang langsung paham. Tapi, ini sangat aneh. Jika di cerita sejarah ini tidak ada pahlawan, bagaimana seorang dari bumi bisa dipanggil?

Mungkin sihir bisa. Tapi, sihirnya butuh sihir tingkat tinggi pada zamannya. Apakah mereka dibantu oleh pahlawan topeng atau dewa lain? Apakah kami bisa kembali lagi ke bumi? Aaaaahhhh! Dunia ini penuh dengan teka-teki menurutku.

Apa yang harus kita lakukan kedepannya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status