Share

06. Persona

Anna belum mendapatkan nomornya, tetapi Jason Dane telah mengajaknya ke restoran mewah malam ini dan dia harus puas dengan pengaturan itu. Dia telah pergi sekarang, hal pekerjaan katanya. Anna tersenyum dan mengendikkan bahu untuk salam perpisahan dan melihat Jason pergi dalam diam.

"Siapa itu?"

Anna menoleh ke Genevra yang langsung mendekatinya setelah kepergian Jason. Sudah pasti dia mengawasi mereka entah untuk berapa lama. Anna melihatnya dan menyadari penampilan Genevra menjadi lebih kacau dan dia tampak seperti wanita hipsy yang suka meramal.

"Dia yang membeli lukisanku." Jawabnya.

"Ah!" Genevra berseru. "Si lima ratus juga!"

Suara kerasnya membuat beberapa orang menoleh kearah mereka. Tetapi tampaknya Genevra yang terlalu heboh tidak menyadari itu. "Dia masih muda. Siapa namanya?" Tanyanya ingin tahu.

"Aku tidak tahu. Aku tidak menanyakan." Anna berbohong. Dia ingin melepaskan diri dari Genevra. Wanita itu manis dan baik, tetapi kepribadian cerahnya yang memiliki energi berlebih tidak cocok dengan miliknya.

"Aku pergi," pamitnya.

Dengan Jason yang telah meninggalkan pameran, juga lukisannya yang telah terjual dengan harga tinggi, Anna tidak memiliki alasan lain untuk tetap berada didalamya. Dia bahkan berhasil bertukar patah kata dengan Vikas Ignazio. Itu menjadikan hari ini dengan mudah masuk dalam daftar hari keberuntungannya.

Ketika dia berjalan ke pintu keluar, dia berpapasan dengan Nathan dan pacarnya Emilia, anak sastra inggris. Emilia juga menjadi pengisi suara untuk radio kampus di hari-hari tertentu. Nathan berpura-pura tidak melihat dirinya sedangkan pacarnya menyapanya singkat. Anna membalasnya dengan anggukan singkat dan pergi.

Ini bukan akhir dari harinya.

Anna tidak memiliki kelas hari ini tetapi dia ingin mampir ke studio lukis kelasnya untuk melanjutkan tugas melukisnya. Jadi dia hanya mampir ke rumah, mengubah pakaian formalnya menjadi kaos warna putih berlogo kanker payudara di sisi kiri atas dadanya dan jeans. Anna juga mengubah tatanan rambutnya dengan kunciran kuda.  Dia tidak terlalu mengambil banyak untuk tampil lebih baik karena dia akan berhadapan dengan banyak cat.

Dia mengambil tasnya, membukanya untuk memastikan cat serta peralatan lukisnya telah didalamnya.

Anna bersenandung sepanjang perjalanan. Dia tidak sabar menanti malam tiba untuk bisa makan malam dengan Jason Dane, pria kaya tampan yang akan segera menjadi next modelnya. Dia akan merayunya malam ini, mungkin jika suasana mendukung, mungkin mereka akan berakhir di kamar hotel.

***

"Ini dia bintang kita hari ini!"

Ketika Anna melangkah masuk ke studio kelas dua A, dia segera disambut oleh kumpulan pasang mata yang melihatnya di tempat kerjanya masing-masing. Giovani, anak laki-laki berambut cokelat keriting yang paling dekat dengan pintu dan yang berseru menyambutnya segera mendatanginya dan merangkulnya.

"Bagaimana dengan makan malam kelas? Kamu yang mentraktir. Kau tahu, lima ratus juta." Giovani mencoba membuat acara makan gratis.

Anna melepaskan rangkulannya dan berdiri dalam keadaan bingung. Dia tidak membuat status apapun tentang lukisannya yang terjual dan sekarang tampaknya seluruh kelas telah mengetahui nominal lima ratus juta. Pikiran Anna langsung mengarah ke Robert, mengingat pria itu memiliki mulut yang tipis dan suka pamer.

"Bayar makananmu sendiri Gio." Balasnya. Dia langsung berjalan menuju mejanya sendiri yang berada disamping Isabel yang sejak ia datang, gadis itu telah melupakan lukisan didepannya dan menatapnya.

"Lihatlah gadis ini." Isabel berkata dalam intonasi lambat dan menyeringai. "Namamu menjadi hot topik di antara mahasiswa sekarang."

Anna meletakkan tasnya di kursi, kemudian berjalan ke lokernya yang terletak di sudut ruangan, dia mengambil celemek warna pastel dan memakainya.

Anna menyeringai sambil tangannya dengan sibuk menyiapkan palet dan kuasnya ke mejanya. Ia melepaskan kain putih yang ia gunakan untuk melindungi lukisannya yang dia tempatkan di easel, alat penyangga kanvasnya, itu kemudian menampilkan citra pemandangan di salah satu sudut kota Napoli di malam hari buatannya yang masih setengah jadi.

"Lima ratus juta. Kita harus merayakan ini." Ucap Isabel. Dia telah kembali mengambil kuasnya dan kembali melukis.

"Aku membuang Nathan." Anna memberitahu.

Isabel menghentikan gerakan kuasnya. Dia menoleh menatapnya. "Bagus, kita bisa ke klub malam ini, mencari pria imut lain untuk digunakan."

Klub adalah tempat favorit mereka untuk mencari pria. Ada banyak pria brengsek berwajah tampan yang bisa mereka jadikan one night stand yang mudah dilupakan. Jika Anna beruntung, dia bisa mendapatkan pria yang mau dilukis.

"Aku sudah mendapatkan potensial modelku." Jawab Anna.

Posisi mereka yang berada di sudut membuat mereka bisa leluasa mengobrol satu sama lain dengan suara pelan tanpa mengganggu yang lain. Juga, sekarang sedang tidak dilakukan kelas resmi sehingga hanya ada setengah dari total siswa di kelas mereka yang datang hari ini.

"Apa?! Begitu cepat."

"Aku belum menanyakannya. Tetapi dia mengajakku makan malam nanti."

Isabel bersiul pelan. "Jadi, dia mengajakmu makan malam di pertemuan pertama kalian?"

"Dia terlihat percaya diri dan berpengalaman. Akan mudah untuk mengajaknya." Komentar Anna. Dia menyeringai saat mengingat pembawaan Jason yang berani mengajaknya untuk makan malam meski mereka baru kenal. Hanya pria bernyali yang berani menanyakan itu.

"Aku jadi penasaran dengan potensial modelmu kali ini. Siapa dia?" Tanya brunette yang tengah menatap hasil lukisannya, mencari kecacatan dalam pekerjaannya sebelum melakukan finishing.

"Tidak ada yang spesial darinya kecuali dia yang membeli lukisanku."

Isabel menatapnya dengan keterkejutan murni. Fokus utamanya sekarang berada di temannya yang tampaknya memiliki kehidupan yang mulus. Annatasia, temannya ini memang memiliki kecantikan yang mudah untuk menggaet pria, tetapi Isabel masih tidak menyangka dia berhasil merayu pria kelas kakap. Pria yang membeli lukisannya itu jelas-jelas pria kaya, siapalagi orang yang senang memberi lukisan berharga mahal? Juga, dia pasti menarik karena Anna tidak akan memberi perhatian ke orang sekaya apapun jika mereka tidak menarik di matanya.

Seringainya muncul, "Orang kaya." Dia berkokok.

"Aku tidak akan terkejut jika dia mengajakmu makan malam di restoran mewah malam ini."

"Zi Teresa." Ungkap Anna. Dia tahu restoran itu termasuk salah satu restoran mewah dan mahal di Napoli. Anna terkadang pergi ke sana untuk sekadar makan sambil menikmati melihat yatch dan suasana laut.

"Jackpot." Isabel bersiul sambil menaik turunkan alisnya. "Kau selalu mendapat buruan terbaik."

"Ya," Anna menjawab sambil sibuk melukis realis sesuai foto yang ia potret di sudut jalan Spaccanapoli yang penuh dengan kesan bangunan tua dan bernilai historis. Meski dia tengah fokus dengan lukisannya, dia masih bisa melihat citra sempurna Jason dalam bayangannya.

"Aku beruntung menemukannya. Dia memiliki wajah yang akan membuat Apollo malu." Ucapnya setelahnya.

Apollo adalah dewa favoritnya dan itu merupakan kehormatan bagi Jason karena dia telah membuat komentar itu.

"Hermes untukku." Balas Isabel.

Mata mereka saling bertatapan dan mereka menyeringai setelahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status