Share

Part 5 I love you, Syifa

Sebuah lampu berwarna putih menyorot Syifa diantara kegelapan lalu sebuah lampu menyorot seorang pria didepannya yang berjarak 50 meter. Pria itu berjalan ke arah Syifa. Syifa terkejut karena melihat Zain disana. Zain berjalan ke arahnya. Ia mengambil mikrofon didepannya dan mengagetkan Syifa dengan pernyataannya.

"Syifa, sejak pertama kali kita bertemu, hatiku merasa berwarna, kau telah mengisi kekosongan yang ada pada diriku. Aku tahu ini terlalu cepat. Tetapi cinta tidak mengenal waktu, berapa lama kita bertemu atau berapa lama kita bersama. Cinta datang dari hati, dan didalam hatiku hanya ada satu namamu, Syifa. Aku mencintaimu, maukah kamu menjadi kekasihku?" Tanya Zain.

Syifa terdiam. Ia belum bisa menerima semua yang Zain katakan. Hanya saja ia tidak mau membuatnya dan Zain malu karena menolaknya. Para tamu mulai bersuara.

"Terima, terima, terima." 

Syifa yang bingung lidahnya berkata tanpa ia pikirkan apa konsekuaensinya.

"Iya. Aku menerimamu menjadi kekasihmu."

"Terima kasih, Syifa." Zain mencium tangan Syifa. 

Lampu yang mati menyala kembali. Diluar ruangan terdapat suara kembang api yang bersahutan. Para tamu melihat keluar di dekat kolam renang. Kembang api itu bertuliskan I LOVE YOU SYIFA. Para tamu sangat terhibur, acara ulang tahun menjadi acara pernyataan cinta. 

Syifa dan Zain duduk berdua. Menikmati indahnya malam dan hidangan makan malam dimeja.

"Zain, apa yang kau lakukan tadi. Kau membuatku sangat malu."

"Apakah aku tidak cukup tampan sehingga membuatmu malu?"

"Bukan begitu, ini terlalu mendadak. Aku juga belum mengenalmu."

"Lalu?"

"Aku hanya tidak mau kamu dan aku malu. Jadi aku menerimamu. Bagaimana kalau.."

"Huss.." Zain meletakkan jari telunjuknya dibibir Syifa. 

"Kamu sudah mengatakan menerimaku menjadi kekasihmu. Jadi kamu harus melakukannya sampai akhir."

"Terserah." Syifa tidak tahu harus bagaimana setelah ini. Ia tahu Zain adalah orang yang sangat berpengaruh dikota ini. Zain memang sangat sempurna. Tidak ada wanita yang bisa menolak pesonanya. 

Pesta telah usai, Syifa pulang dengan Hanna. Dimobil, Hanna bertanya tentang Zain dan Syifa hanya menjawab bahwa mereka barusaja kenal beberapa hari yang lalu. Hanna berharap semoga Zain adalah laki-laki yang baik yang dikirimkan Tuhan untuk Syifa seperti do'anya.

______

Pagi yang cerah, Syifa memasak di dapur. Hari ini hari minggu. Waktunya melepas penat setelah bekerja keras. 

"Nona, ada tamu yang mencari non." Ucap seorang pembantu.

"Siapa bi?"

"Tidak tau nyonya. Seorang pria, tinggi dan tampan, non."

"Baiklah, aku akan kesana." Syifa meletakkan celemeknya dan memcuci tangannya. Ia melangkahkan kakinya ke ruang tamu. 

"Zain. Dari mana kamu tahu rumahku?"

"Tidak ada hal yang tidak aku tahu tentangmu. Bersiaplah. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat."

"Aku akan mengganti bajuku dulu." Syifa melangkahkan kaki ke kamarnya dilantai dua.

"Sayang, Siapa tamunya." Tanya Hanna.

"Zain, ibu. Aku akan keluar"

"Ajaklah ia sarapan bersamamu dulu."

"Baiklah."

Syifa dan Zain sarapan bersama. Zain menyuapkan makanan kemulut Syifa. Syifa membuka mulutnya dan memakannya. Mereka bercanda tawa tanpa mereka sadari Hanna melihat kebersamaan mereka. Hanna sangat bahagia karena Syifa bisa tertawa kembali setelah kepergian ayahnya. 

Zain membukakan pintu mobilnya untuk Syifa. Syifa merasa dirinya seperti putri saja. Syifa duduk disebelah Zain. Zain memasangkan seatbelt Syifa.

"Zain, ini tidak perlu. Aku misa memasangkannya sendiri." Ucap Syifa.

"Diamlah." Hati syifa berdebar berada sangat dekat dengan Zain. Zain melihat mata Syifa. Mata yang indah, hidung mancung dan bibir yang menggoda. Ingin sekali Zain menciumnya tetapi ia mengurungkannya. 

"Sudah selesai." Zain mengemudikan mobilnya. Ia memutar musik romantis yang membuat Syifa berbunga-bunga seperti hatinya saat ini. 

"Kita mau kemana?" Tanya Syifa.

"Ke pantai. Aku suka pemandangan pantai. Luas dan menyejukkan." Jawab Zain.

Sesampainya dipantai. Zain menggandeng tangan Syifa, mengabadikan kebersamaan mereka dengan wajah yang bersinar. Dua orang yang saling jatuh cinta, mekangkah bersama menyusuri keindahan semesta.

"Apa kamu mau naik jetski." Tanya Zain.

"Aku belum pernah menaikinya."

"Ayo, ikut denganku."

Zain memesan jetski dan menggandeng Syifa di belakangnya. Jetski melaju dengan kencang membuat Syifa berteriak kencang.

"Aaaaaaaaa"

"I love you, Syifa." Ucap Zain dengan keras.

"I love you too, Zain." Jawab Syifa dengan lantang. Kencangnya jetski membuat Syifa mempererat pelukannya pada Zain. Zain tersenyum penuh kemenangan.

Selesai dengan bermain jetski. Syifa dan Zain makan siang, tanpa mereka sadari ada sebuah kamera yang menangkap kebersamaan mereka. 

Bersambung

Hai para readers. Terima kasih sudah membaca cerita Zain dan Syifa. Jangan lupa vote dan komentarnya ya.. thank you. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status