Share

Part 7 Boneka Teddy Bear

Zain menyelesaikan pekerjaan kantornya lebih awal. Ia segera pergi untuk menjemput Syifa. Sesampainya ditempat Syifa. Zain menemuinya. Ia berpapasan dengan Azka di lobi.

"Hai, bukankah kamu Zain? Lama tidak bertemu." 

"Hai, kamu Azka, Bagaimana kamu bisa ada disini?"

"Aku pemilik usaha ini. Ayahku sibuk diluar negeri dan aku menggantikannya. Nenekku di desa ditemani pamanku. Jadi, aku di Jakarta sekarang. Bisakah kita berteman?"

"Tentu saja. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama." Ucap Zain dengan tulus.

"Apa kamu akan menjemput Syifa?." Tanya Azka.

"Bagaimana kau tahu?" Zain menyelidik.

"Hanya menebak saja. Di internet berita tentangmu sedang menjadi topik utama." Ucap Azka dengan prihatin.

"Iya. Aku memang menjemputnya. Media memang suka berlebihan. Aku sudah membereskannya. Berita itu sudah tidak bisa dilihat lagi di internet beberapa menit yang lalu." Kata Zain.

"Benarkah? Kau sangat hebat. Aku salut padamu." Ucap Azka.

Dalam hati Azka sangat kecewa karena Zain bisa menghentikan berita di media dengan mudahnya. Sebenarnya Azka yang memberikan foto kemesraan Zain dan Syifa ke seseorang di media itu. Orang tersebut teman baik Azka, jadi ia meminta merahasiakan identitas penyebar berita tersebut.

Azka pergi meninggalkan Zain. Zain menemukan keberadaan Syifa dan mengajaknya pulang. Dimobil, Syifa hanya diam melamun. Hari ini terasa melelahkan baginya. Zain yang melihat wajah cemberut Syifa mendapat ide untuk mengajaknya shopping. Biasanya wanita akan terhibur dengan berbelanja. Zain menghentikan mobilya di sebuah mall mewah. 

"Kenapa berhenti disini?"Tanya Syifa.

"Tentu saja mengajakmu belanja. Ayo turun." Ucap Zain.

Mereka berjalan ke toko fashion. Syifa memilih baju yang sesuai dengan keinginannya. Syifa dengan cepat memilih beberapa baju casual dan sebuah gaun. Ia memang tidak seperti kebanyakan wanita yang terlalu lama memilih. Kalau ia merasa cocok langsung diambil saja. Setelah selesai di toko fashoin. Zain mengajaknya ke tempat boneka. 

"Apa kamu suka boneka?" Tanya Zain.

"Aku belum pernah membeli boneka sejak kecil." Jawab Syifa. Syifa memang tinggal dengan ayahnya dan neneknya sewakti kecil di desa. Ia tidak pernah dibelikan boneka oleh ayahnya. Ia juga tidak tertarik dengan itu.

"Aku akan membelikan satu teddy bear untukmu." Ucap Zain.

Syifa menerima pemberian boneka dari Zain. Ia tersenyum manis. Zain yang melihat senyuman Syifa merasa lega karena dari tadi Syifa terlihat cemberut. Setelah selesai berbelanja Zain mengantarkan Syifa pulang kerumah.

"Kau mau mampir?" Tanya Syifa.

"Tidak, kamu istirahat saja. Besok malam aku akan mengajakmu makan malam dirumahku. Aku akan mengenalkanmu kepada orang tuaku." Jawab Zain.

"Zain, apa ini tidak terlalu cepat. Sepertinya aku belum siap. Bagaimana kalau orang tuamu tidak menyukaiku?"

"Aku bisa mengatasi orang tuaku. Mereka akan setuju apapun keputusanku. Kamu jangan terlalu banyak berfikir."

"Baiklah." Syifa memasuki rumahnya sambil membawa barang belanjaannya. 

Zain pulang kerumahnya. Hari ini papa Zain, Pak Surya baru pulang dari luar negeri setelah beberapa bulan menangani bisnisnya disana. Ratih, Surya dan Zain makan malam bersama. Zain membuka pembicaraan.

"Bagaimana bisnis papa di Singapura?

"Semuanya lancar" Ucap Surya.

"Besok aku akan mengenalkan calon istriku kepada kalian." Kata Zain.

"Siapa dia? Apa dia anak seorang pengusaha, pejabat atau wanita karir? Tanya Ratih.

"Ma, biarkan Zain menentukan pilihannya sendiri, mau dari keluarga kaya atau sederhana tidak masalah bagi Papa, yang penting Zain bahagia." Ucap Surya.

"Terimakasih, Pa." Sahut Zain.

"Sama-sama. Papa senang akhirnya kamu akan menikah. Menikah adalah ibadah dan hidupmu akan semakin sempurna setelah kamu menikah dan memiliki anak."

Ditempat lain, Syifa sedang meletakkan boneka teddy bear di atas lemari pakaiannya. Ia menamai bonekanya dengan nama Zeni.

"Hei, Zeni. Apa kau tahu bahwa aku sungguh menyukainya. Aku yakin dia juga menyukaiku. Tapi apakah orang tuanya bisa menerimaku? Aku wanita sederhana dan dari keluarga yang sederhana. Apakah menurutmu aku pantas bersanding dengannya?" Syifa berbicara kepada bonekanya.

"Hei. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku. Huh. Lama-lama aku bisa gila karena memikirkannya."

Hanna yang mendengar perkataan Syifa memasuki kamarnya.

"Sayang, kamu sedang bicara dengan siapa?"

"Ibu, aku hanya sedang memikirkan sesuatu dan aku sedang berbicara kepada Zeni, bonekaku."

"Kamu membeli boneka? Tidak baik berbicara sendiri. Kalau kamu butuh teman curhat, Ibu akan selalu bersedia kapan saja mendengar curhatanmu, Sayang."

"Zain yang membelikannya. Dia mengajakku makan malam besok dirumahnya sekaligus mengenalkanku pada kedua orangtuanya. Aku agak ragu, bu. Apakah mereka bisa menerimaku apa adanya?"

"Zain adalah pria yang baik. Aku yakin oeangtuanya juga baik. Mereka akan menerimamu, Sayang. Kamu harus yakin dan percaya diri. Besok setelah bekerja pergilah kesalon langganan Ibu. Berdandanlah yang cantik."

"Apa aku kurang cantik?" Syifa cemberut.

"Bukan begitu, maksud ibu itu sebagai rasa hormatmu pada calon mertuanmu, kamu harus bersikap anggun dan elegan. Ibu akan mengajarimu cara berjalan dan makan dikalangan elit." 

"Apa itu perlu?"

"Tentu saja, Sayang. Kamu perlu melihat videonya dulu. Ayo kita kebawah."

Syifa dan ibunya berada di ruang keluarga memperhatikan video cara berjalan dan makan kaum sosialita. Syifa mempraktikan apa yang dia lihat dan ibunya juga mengajarinya dengan sabar dan telaten hingga waktu menunjukkan pukul 01.00. Mereka menyudahi latihan dan beristirahat.

Bersambung

Hai para reader. Terimakasih sudah mampir dikarya pertamaku. Jangan lupa kasih vote and comment yang mendukung yaa.. Thanks a lot.. love you.. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status