Zain mengubah posisinya menjadi duduk.
"Kau menamparku?"
"Iya. Aku menamparmu. Kau mencuri ciuman pertamaku. Kau puas?" Ucap Syifa dengan amarah.
"Hei. Kau yang menggodaku lebih dulu." Dalih Zain
"Aku tidak menggodamu. Kakiku terpeleset. Dan kau sudah menggunakan kesempatan itu untuk menggodaku." Ucap Syifa.
"Astaga. Aku menggodamu, yang benar saja. Baru kali ini ada wanita yang menolakku." Elak Zain.
"Kau fikir kau setampan itu, sehingga banyak wanita yang mau denganmu. Narsis sekali, tetapi sayang aku tidak suka caramu."
Syifa segera turun dari ranjang King Size milik Zain. Ia segera pergi dari kamar itu dengan amarah yang masih ada di hatinya. Ketika ia sampai di pintu keluar dia tidak sengaja menabrak seseorang.
Ketika Syifa mendorong pintu utama rumah megah itu ternyata ada seseorang yang juga akan membukanya sehingga dia terjatuh terdorong oleh pintu.
"Ahh" Teriak perempuan paruh baya itu."Maaf. Apa anda tidak apa-apa?" Tanya Syifa."Tidak apa-apa bagaimana. Tanganku sakit sekali." Jawabnya.'Kenapa aku mendorong pintu begitu kuat. Aku dalam masalah sekarang.' ujar Syifa dalam hati."Maaf nyonya. Mari saya bantu." Kata Syifa lembut.Syifa membawa Wanita paruh baya tersebut ke sofa untuk duduk."Nyonya, bolehkah saya memijat tangan anda?" Tanya Syifa."Boleh, tetapi kau harus hati-hati. Ini sakit sekali."Syifa memijat tangan Wanita itu dengan mengucapkan sesuatu yang tidak dimengerti oleh orang yang ada di dekatnya. "Kau berkata apa? Saya tidak mengerti apa yang kau ucapkan." Tanya wanita itu."Saya berdoa dengan berbahasa jawa nyonya. Semoga tangan nyonya bisa segera sembuh." Jawab Syifa.Wanita itu menggerakkan gerakkan tangannya dan merasa tangannya sudah lebih baik, tidak terasa sakit lagi."Kau pandai dalam memijat." Kata wanita itu."Terima kasih. Saya memang tukang pijat nyonya." Kata Syifa."Oh ya. Pantas saja kamu memakai pakaian seragam. Kalau begitu aku akan berlangganan padamu. Lain kali datanglah ke rumah ini lagi untuk memijatku. Siapa namamu? Tanya nyonya itu."Saya Syifa." Jawab Syifa.Zain datang dari lantai dua. "Mama, Kau sudah pulang? Kenapa tidak mengabariku. aku pasti akan menjemput mama di bandara." Ucap Zain."Mama ingin memberi kejutan padamu, Sayang.""Saya permisi dulu. Ada pekerjaan yang harus saya selesaikan." Ucap Syifa.
"Silahkan." Kata Zain.Ratih adalah ibunya Zain. Beberapa hari yang lalu ia menemani suaminya untuk menghandle bisnis di Singapura."Kau meminta seorang wanita untuk memijatmu."Tidak ada yang salah dengan itu"
"Kamu tidak pernah membawa perempuan ke rumah ini, dan kamu membiarkan wanita itu menyentuhmu?""Ayolah ma, aku lelah dan butuh pijatan. Itu saja.""Baiklah. Mama ingin menjodohkanmu dengan anak teman mama. Dia sangat cantik dan keluarganya juga baik. Mama akan senang jika kamu mau bertemu dengannya.""Ma, aku tidak mau dijodohkan.""Umurmu sudah 28 tahun, Sayang. Ini waktu yang tepat untuk menikah."
"Berikan aku waktu satu bulan. Kalau dalam waktu satu bulan aku tidak bisa membawa calon pengantinku di dahapan mama dan papa. Aku bersedia dijodohkankan dengan wanita pilihan mama. Tapi jika dalam waktu satu bulan aku bisa membawa kekasihku, aku harap mama tidak mempermasalahkan apapun tentangnya."
"Baiklah mama setuju.""Sekarang mama istirahat saja. mama pasti lelah." Ucap zain
"Iya kau benar."Ratih pergi ke kamarnya, membaringkan tubuhnya di ranjang.Syifa sudah sampai dirumahnya. Ia memarkirkan mobilnya di garasi. Hari ini sangat melelahkan baginya.
"Sayang, Kamu sudah pulang?" Tanya Hanna."Sudah bu. Aku mau mandi dulu.""Setelah mandi. Kamu makanlah. Ibu sudah menyiapkan masakan kesukaanmu." "Oke ibuku tersayang."Hanna memang suka memasak sendiri walaupun ada satu pembantu yang membantu bersih-bersih dan memasak dirumah itu.Syifa sudah selesai mandi dan ia makan bersama ibunya diruang makan.
"Sayang, Besok adalah hari ulang tahunmu yang ke 23. Ibu akan mengadakan pesta untukmu. Ibu sudah memesan hotel untuk acara besok."
"Tidak perlu ibu. Itu hanya membuang buang uang saja."
"Tidak sayang. Ibu belum pernah sekalipun merakan ulang tahunmu dari kamu kecil.. Jadi, ibu ingin sekali merakannya. Ibu sudah mengundang semua karuawan ibu dan beberapa teman."
"Baiklah. Kalau itu membuat ibu senang. Aku juga senang."
Dikamarnya Zain sedang mempelajari dokumen dokumen kantornya, tetapi otaknya tidak bisa berhenti memikirkan Syifa. Ia mengingat kekadian tadi siang ketika sifa berada di dekapannya.
"......." Handphone Zain berbunyi. Membuyarkan lamunannya. Raka sedang menelponnya.
"Tuan Muda, saya sudah mendapat informasi tentang wanita bernama Syifa."
"Bagus. Apa informasinya?"
"Dia anak tunggal dari wanita bernama Hanna. Umurnya 23 tahun. Ibunya menjalankan bisnis percetakan dan sablon yang lumayan besar. Bisnisnya masih berjalan 3 tahun ini tetapi omsetnya lumanyan banyak. Syifa tidak mau bekerja di tempat ibunya karena dia lebih suka pekerjaannya menjadi tukang pijat tradisional dan refleksi. Ayahnya sudah meninggal sekitar 1 bulan lebih. Ayahnya seorang tukang sangkal putung. Syifa lulusan SMA Negeri di kota kecil di jawa timur. Dia tidak melanjutkan ke perguruan tinggi lantaran ayahnya tidak punya banyak penghasilan. Setelah lulus SMA dia membantu ayahnya menjadi tukang sangkal putung sampai sebelum ayahnya meninggal." Raka mejelaskan dengan detail informasi yang diperolehnya.
"Bagus. Kamu akan aku beri bonus setelah ini." Ucap Zain.
"Ada satu lagi, Tuan. Besok ibunya mengadakan pesta ulang tahun Syifa di hotel kita." Ucap Raka.
"Benarkah. Ini menarik. Aku punya tugas untukmu. Besok akan kuberitahu padamu." Kata Zain dengan menyungging senyum di bibirnya.
Syifa ingin memejamkan matanya, tetapi bayangan wajah Zain selalu muncul di benaknya. Ia menyentuh bibirnya, mengingat adegan ciumannya tadi siang. 'Apakah aku jatuh hati padanya. Sepertinya otakku sudah mulai tidak waras' gumamnya. Ia juga mengingat kembali peritiwa 3 tahun lalu ketika menyelamatkan Zain. 'Saat itu mobil Zain mengalami rem blong dan ia menghindari tabrakan dengan pengendara lain sehingga ia menabrakkan mobilnya ke arah pohon. Syifa yang saat itu berada dekat dengan tempat kejadian membawa Zain keluar dari mobilnya tepat sebelum mobilnya meledak. Zain sempat melihat wajah Syifa sebelum ia pingsan. Syifa membawa Zain ke rumahnya dengan bantuan Azka, tetangga Syifa. Tetapi Azka malah membawanya ke rumahnya sendiri. Azka tinggal dirumahnya bersama neneknya. Dirumah Azka, Syifa mengobati luka Zain. Ketika ia melihat tangan kanan Zain. Ia menyafari bahwa tangan Zain bengkok dan berbelok lalu Syifa mengobati Zain dengan pijatan tangannya dan mantra suci yang ia ucapkan de
Sebuah lampu berwarna putih menyorot Syifa diantara kegelapan lalu sebuah lampu menyorot seorang pria didepannya yang berjarak 50 meter. Pria itu berjalan ke arah Syifa. Syifa terkejut karena melihat Zain disana. Zain berjalan ke arahnya. Ia mengambil mikrofon didepannya dan mengagetkan Syifa dengan pernyataannya."Syifa, sejak pertama kali kita bertemu, hatiku merasa berwarna, kau telah mengisi kekosongan yang ada pada diriku. Aku tahu ini terlalu cepat. Tetapi cinta tidak mengenal waktu, berapa lama kita bertemu atau berapa lama kita bersama. Cinta datang dari hati, dan didalam hatiku hanya ada satu namamu, Syifa. Aku mencintaimu, maukah kamu menjadi kekasihku?" Tanya Zain.Syifa terdiam. Ia belum bisa menerima semua yang Zain katakan. Hanya saja ia tidak mau membuatnya dan Zain malu karena menolaknya. Para tamu mulai bersuara."Terima, terima, terima."Syifa yang bingung lidahnya berkata tanpa ia pikirkan apa konsekuaensinya."Iya. Aku men
Zain mengawali paginya dengan senyum di wajahnya. Kehadiran Syifa membuat kehidupan Zain semakin lengkap. Ia melangkahkan kakinya dengan semangat untuk memulai pekerjaannya. Tiba-tiba Ratih menghentikan langkahnya."Ada apa ma?" Tanya Zain."Lihat berita hari ini. Apa maksud isi berita itu? Apa benar kamu menyatakan cinta kepada seorang tukang pijat tradisonal. Memalukan sekali.""Memangnya kenapa kalau dia seorang tukang pijat? Aku memang mencintainya." Ucap Zain santai. Ia melihat berita di koran, majalah dan media internet. Ternyata banyak berita bermunculan tentang dirinya.'Pewaris perusahaan Sanjaya Adhitama grup, Zain haruna Sanjaya menyatakan cinta kepada seorang tukang pijat tradisional''Tukang pijat tradisional merayu pewaris perusahaan Sanjaya Adhitama grup' disertai foto mereka saat dipantai."Siapa yang berani membuat berita seperti ini." Geram Zain. Zain keluar dari rumahnya dengan amarah. Dia tidak suka ada orang yang membuat
Zain menyelesaikan pekerjaan kantornya lebih awal. Ia segera pergi untuk menjemput Syifa. Sesampainya ditempat Syifa. Zain menemuinya. Ia berpapasan dengan Azka di lobi."Hai, bukankah kamu Zain? Lama tidak bertemu.""Hai, kamu Azka, Bagaimana kamu bisa ada disini?""Aku pemilik usaha ini. Ayahku sibuk diluar negeri dan aku menggantikannya. Nenekku di desa ditemani pamanku. Jadi, aku di Jakarta sekarang. Bisakah kita berteman?""Tentu saja. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama." Ucap Zain dengan tulus."Apa kamu akan menjemput Syifa?." Tanya Azka."Bagaimana kau tahu?" Zain menyelidik."Hanya menebak saja. Di internet berita tentangmu sedang menjadi topik utama." Ucap Azka dengan prihatin."Iya. Aku memang menjemputnya. Media memang suka berlebihan. Aku sudah membereskannya. Berita itu sudah tidak bisa dilihat lagi di internet beberapa menit yang lalu." Kata Zain."Benarkah? Kau sangat h
Syifa mengawali harinya dengan berolahraga di samping rumahnya. Ia memutar musik di smartphone miliknya. Menggerakkan tangannya ke samping kanan dan kiri, menggerakkan tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang menyehatkan badan sampai keringat keluar dari tubuh eksotisnya."Syifa, kamu belum bersiap untuk kerja?" Tanya Ratih."Iya bu, sebentar lagi." Jawab Syifa.Syifa menyelesaikan olahraga paginya dan bersiap untuk mandi. Wangi sabun dan shampoo yang lembut membuat Syifa merasa tenang. Ia menyelesaikan ritual mandinya lalu sarapan bersama ibunya."Sayang, kenapa sarapannya tidak dihabiskan?""Aku bisa terlambat, Bu. Aku berangkat dulu." Syifa mencium punggung tangan ibunya.Ditempat kerjanya, seperti biasa Syifa melayani pelanggannya dengan ramah. Hari ini banyak yang datang mengantri untuk dipijat."Nona, pijatanmu sangat nyaman. Aku merasa segar kembali setelah dipijat olehmu." Kata seorang wanita paruh baya."
"Kakak tidak akan pernah meninggalkanmu." Azka mengikatkan gelang berwarna pink dan biru laut di pergelangan tangan Syifa."Janji?" Syifa melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Azka."Janji." Tanpa sadar Azka sudah membuat janji yang sulit baginya. Saat Ia berusia dua puluh tahun. Ibunya memintanya untuk ke Jakarta karena ayahnya sedang sakit. Waktu itu Azka juga berjanji untuk mengantar Syifa makan malam pada acara kelulusan SMA nya bersama teman-temannya. Azka tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan kepada Syifa karena asisten ayahnya memaksa membawanya ke bandara. Pak Roni membawa dua bodyguard yang membawa paksa Azka menuju mobil. Azka yang sudah siap menjemput Syifa akhirnya ikut dengan asisten ayahnya. Karena ia memberontak dan pikirannya kacau, ia tidak sengaja menjatuhkan ponselnya di kolam ikan hias yang ada di depan rumahnya. Azka sangat menyesal tidak bisa menghubungi Syifa. Ia merasa bersalah padanya. Setelah hari itu, Azka tidak diperboleh
Zain mengantarkan Syifa pulang kekediamannya. Ia tidak ikut masuk kedalam rumah karena sudah terlalu larut. "Selamat malam, Honey. Mimpikan aku dalam tidurmu." "Your wish." "Honey!" "Ada apa?" Syifa yang akan membuka pintu rumah berbalik menatap wajah rupawan Zain. "Maafkan perkataan Mama, dia hanya belum mengenalmu. Kalau ia bisa lebih dekat denganmu. Aku yakin dia akan menyukaimu." "Kau tidak perlu menghawarirkanku. Mamamu hanya ingin yang terbaik untukmu, dan mungkin ia tidak melihat itu pada diriku." Nada suara Syifa melemah. Ia sangat sedih dengan ucapan Ratih yang masih tetekam diotaknya. "Kenapa kamu berbicara begitu, Honey. Kamu yang terbaik bagiku." Zain memeluk Syifa erat-erat. Ia tidak ingin membuat Syifa merasa rendah diri. Syifa tidak bisa menahan air matanya yang menetes tanpa ia minta. Zain menghapus air mata Syifa dengan jari-jarinya yang kokoh. "Pulanglah Zain. Aku sangat lelah hari ini dan
"Fa, Bagaimana menurutmu tas ini? Cantik tidak?" Erliana memperlihatkan tas yang ia beli kepada Syifa namun Syifa diam saja. Ia melamunkan apa yang baru saja terjadi."FA. Kamu kenapa sih? Ditanya malah diam saja.""Kamu tadi tanya apa Er?" Kata Syifa tersadar dari lamunannya." Tuh, kan kamu dari tadi melamun terus. Ada apa sih. Cerita dong sama aku?""Nggak ada apa-apa kok Er. Cuma masalah kecil." Jawab Syifa.Erliana terlihat tidak puas dengan jawaban Syifa. Ia merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan. Mungkin Syifa belum ingin bercerita apa masalahnya. Erliana hanya berharap Syifa memang baik-baik saja."Baiklah. Kita pulang sekarang.""Oke."Hari semakin senja. Tampak banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalanan ibu kota yang padat. Erliana mengantar Syifa kerumahnya. Ia melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan mereka.Syifa baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Ia mengganti pakainnya dengan pakaian