Share

Part 3 Rencana pesta ulang tahun

Zain mengubah posisinya menjadi duduk. 

"Kau menamparku?" 

"Iya. Aku menamparmu. Kau mencuri ciuman pertamaku. Kau puas?" Ucap Syifa dengan amarah.

"Hei. Kau yang menggodaku lebih dulu." Dalih Zain

"Aku tidak menggodamu. Kakiku terpeleset. Dan kau sudah menggunakan kesempatan itu untuk menggodaku." Ucap Syifa.

"Astaga. Aku menggodamu, yang benar saja. Baru kali ini ada wanita yang menolakku." Elak Zain.

"Kau fikir kau setampan itu, sehingga banyak wanita yang mau denganmu. Narsis sekali, tetapi sayang aku tidak suka caramu."

Syifa segera turun dari ranjang King Size milik Zain.  Ia segera pergi dari kamar  itu dengan amarah yang masih ada di hatinya. Ketika ia sampai di pintu keluar dia tidak sengaja menabrak seseorang.

Ketika Syifa mendorong pintu utama rumah megah itu ternyata ada seseorang yang juga akan membukanya sehingga dia terjatuh terdorong oleh pintu.

"Ahh" Teriak perempuan paruh baya itu.

"Maaf. Apa anda tidak apa-apa?" Tanya Syifa.

"Tidak apa-apa bagaimana. Tanganku sakit sekali." Jawabnya.

'Kenapa aku mendorong pintu begitu kuat. Aku dalam masalah sekarang.' ujar Syifa dalam hati.

"Maaf nyonya. Mari saya bantu." Kata Syifa lembut.

Syifa membawa Wanita paruh baya tersebut ke sofa untuk duduk.

"Nyonya, bolehkah saya memijat tangan anda?" Tanya Syifa.

"Boleh, tetapi kau harus hati-hati. Ini sakit sekali."

Syifa memijat tangan Wanita itu dengan mengucapkan sesuatu yang tidak dimengerti oleh orang yang ada di dekatnya. 

"Kau berkata apa? Saya tidak mengerti apa yang kau ucapkan." Tanya wanita itu.

"Saya berdoa dengan berbahasa jawa nyonya. Semoga tangan nyonya bisa segera sembuh." Jawab Syifa.

Wanita itu menggerakkan gerakkan tangannya dan merasa tangannya sudah lebih baik, tidak terasa sakit lagi.

"Kau pandai dalam memijat." Kata wanita itu.

"Terima kasih. Saya memang tukang pijat nyonya." Kata Syifa.

"Oh ya. Pantas saja kamu memakai pakaian seragam. Kalau begitu aku akan berlangganan padamu. Lain kali datanglah ke rumah ini lagi untuk memijatku. Siapa namamu? Tanya nyonya itu.

"Saya Syifa." Jawab Syifa.

Zain datang dari lantai dua. "Mama, Kau sudah pulang? Kenapa tidak mengabariku. aku pasti akan menjemput mama di bandara." Ucap Zain.

"Mama ingin memberi kejutan padamu, Sayang."

"Saya permisi dulu. Ada pekerjaan yang harus saya selesaikan." Ucap Syifa.

"Silahkan." Kata Zain.

Ratih adalah ibunya Zain. Beberapa hari yang lalu ia menemani suaminya untuk menghandle bisnis di Singapura.

"Kau meminta seorang wanita untuk memijatmu.

"Tidak ada yang salah dengan itu"

"Kamu tidak pernah membawa perempuan ke rumah ini, dan kamu membiarkan wanita itu menyentuhmu?"

"Ayolah ma, aku lelah dan butuh pijatan. Itu saja."

"Baiklah. Mama ingin menjodohkanmu dengan anak teman mama. Dia sangat cantik dan keluarganya juga baik. Mama akan senang jika kamu mau bertemu dengannya."

"Ma, aku tidak mau dijodohkan."

"Umurmu sudah 28 tahun, Sayang. Ini waktu yang tepat untuk menikah."

"Berikan aku waktu satu bulan. Kalau dalam waktu satu bulan aku tidak bisa membawa calon pengantinku di dahapan mama dan papa. Aku bersedia dijodohkankan dengan wanita pilihan mama. Tapi jika dalam waktu satu bulan aku bisa membawa kekasihku, aku harap mama tidak mempermasalahkan apapun tentangnya."

"Baiklah mama setuju."

"Sekarang mama istirahat saja. mama pasti lelah." Ucap zain

"Iya kau benar."

Ratih pergi ke kamarnya, membaringkan tubuhnya di ranjang.

Syifa sudah sampai dirumahnya. Ia memarkirkan mobilnya di garasi. Hari ini sangat melelahkan baginya. 

"Sayang, Kamu sudah pulang?" Tanya Hanna.

"Sudah bu. Aku mau mandi dulu."

"Setelah mandi. Kamu makanlah. Ibu sudah menyiapkan masakan kesukaanmu." 

"Oke ibuku tersayang."

Hanna memang suka memasak sendiri walaupun ada satu pembantu yang membantu bersih-bersih dan memasak dirumah itu.

Syifa sudah selesai mandi dan ia makan bersama ibunya diruang makan. 

"Sayang, Besok adalah hari ulang tahunmu yang ke 23. Ibu akan mengadakan pesta untukmu. Ibu sudah memesan hotel untuk acara besok."

"Tidak perlu ibu. Itu hanya membuang buang uang saja."

"Tidak sayang. Ibu belum pernah sekalipun merakan ulang tahunmu dari kamu kecil.. Jadi, ibu ingin sekali merakannya. Ibu sudah mengundang semua karuawan ibu dan beberapa teman."

"Baiklah. Kalau itu membuat ibu senang. Aku juga senang."

Dikamarnya Zain sedang mempelajari dokumen dokumen kantornya, tetapi otaknya tidak bisa berhenti memikirkan Syifa. Ia mengingat kekadian tadi siang ketika sifa berada di dekapannya. 

"......." Handphone Zain berbunyi. Membuyarkan lamunannya. Raka sedang menelponnya. 

"Tuan Muda, saya sudah mendapat informasi tentang wanita bernama Syifa."

"Bagus. Apa informasinya?"

"Dia anak tunggal dari wanita bernama Hanna. Umurnya 23 tahun. Ibunya menjalankan bisnis percetakan dan sablon yang lumayan besar. Bisnisnya masih berjalan 3 tahun ini tetapi omsetnya lumanyan banyak. Syifa tidak mau bekerja di tempat ibunya karena dia lebih suka pekerjaannya menjadi tukang pijat tradisional dan refleksi. Ayahnya sudah meninggal sekitar 1 bulan lebih. Ayahnya seorang tukang sangkal putung. Syifa lulusan SMA Negeri di kota kecil di jawa timur. Dia tidak melanjutkan ke perguruan tinggi lantaran ayahnya tidak punya banyak penghasilan. Setelah lulus SMA dia membantu ayahnya menjadi tukang sangkal putung sampai sebelum ayahnya meninggal." Raka mejelaskan dengan detail informasi yang diperolehnya.

"Bagus. Kamu akan aku beri bonus setelah ini." Ucap Zain.

"Ada satu lagi, Tuan. Besok ibunya mengadakan pesta ulang tahun Syifa di hotel kita." Ucap Raka.

"Benarkah. Ini menarik. Aku punya tugas untukmu. Besok akan kuberitahu padamu." Kata Zain dengan menyungging senyum di bibirnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status