Share

Bab 5 Mencari Petunjuk Baru I

”Astaga! Apa yang terjadi? Cepat bawa kemari!” seru Leo sambil menunjukan sofa besar.

”Maaf, Kak Leo atas kelalaian kami,” ujar Angellia menundukan kepala merasa bersalah.

”Maafkan kami, Kak Leo ini sebuah kesalahan besar. Ketika Jasmine mengajak kami pergi ke pusat kota, aku tidak bisa menolaknya!” timpal Arthur sambil menaruh Jasmine secara perlahan ke sofa.

”Kalian! Bisakah, berhati-hati lagi? Ini bukan waktu untuk bermain-main, kalian tau?” bentak Leo.

”Kami tau Kak, maaf tapi tidak dengan cara membentak seperti ini. Kami juga sudah berusaha keras melindungi Jasmine, walau kekuatan kami masih lemah.“ Arthur membalas bentakan Leo.

”Tolonglah! Kalian jangan jadi seperti ini. Lihat adikku!” Menarik tangan Arthur, dua orang itu bisa saja baku hantam terjadi.

Leo dan Arthur saling bertatapan dengan mengepalkan tangan menahan amarah. Leo langsung meghajar Arthur mengunakan perisai tangan menghantam perut secara keras dan bertubi-tubi. Arthur tersungkur ke belakang, keluar darah dari mulutnya. Dia tidak membalasnya karena mengerti Leo dalam kondisi tidak terkendali. Angellia berdiri di hadapan Arthur menghalangi Leo yang bisa saja menghajar kakaknya lagi.

”Sudah cukup, Kak! Aku tau tidak mau terjadi apa-apa dengan Jasmine. Kami tahu ini salah. Tapi, kalau kita bermusuhan dan berselisih akan berakibat lebih fatal lagi. Ini yang dia inginkan, supaya kita terpecah dan dengan leluasa mengambil Jasmine mengerti, Kak!” Angellia menahan tangis dan menggoyangkan bahu Leo.

”Benar, Angel. Maafkan aku, mungkin kalian mengerti bila ada diposisiku, sekali lagi maafkan aku.” Leo mengelus kepala Angellia dan menghampiri Arthur untuk membantunya bangun. 

”Kak Leo, semakin kuat saja. Aku sangat mengerti. Maka dari itu aku tidak ingin membalasnya. Kalau posisi itu ditukar, aku pun akan berbuat sama seperti sekarang,” rintih Arthur sembari memegang perutnya.

”Kemari, Kak. Aku akan menyembuhkanmu,” pinta Angellia.

Wush! Wush! Wush!

Angellia berkonsentrasi, dari tangannya memancarkan cahaya aura lembut berwarna ungu yang bisa menyembuhkan. Arthur menahan rasa sakit dan perih. Leo menghampiri Jasmine, sembari perlahan mengelus rambut berwarna silver itu. Mata sendu berwarna hitam mulai berlinang air mata lagi. Rambut hitamnya berantakan karena terus dijambak.

“Jasmine. Adikku, sayang. Maafkan kakak. Tidak bisa melindungimu dalam kondisi seperti ini, Aku berjanji akan membunuh! Siapa saja yang ingin mencelakakanmu! Maaf, untuk merahasiakan hal ini. Banyak pertimbangan yang bisa menjadi kesalahan fatal. Bila diketahui olehmu, dengan kondisi mentalmu sekarang!“ batin Leo.

Leo melihat luka bakar cukup parah kulit terkelupas sampai terlihat daging merah segar di kedua tangan Jasmine. Disekujur tubuh adiknya pun penuh luka goresan bertetesan darah yang memenuhi kemeja putih. Leo merasa sakit hati hanya bisa menunduk dan menangis menyesali semua yang terjadi pada Jasmine.

Membisikan sesuatu, “Ayah maafkan aku, aku gagal lagi!“ Sang Kakak menghela napas panjang.

”Kak, jangan seperti ini. Kalau Jasmine melihatnya pasti akan sedih juga. Aku yakin kita bisa melindungi Jasmine. Sebaiknya aku obati dulu. Sebelum lukanya semakin parah,” ujar Angellia menghampiri dan bersujud di hadapan Leo sambil menggenggam tangannya.

”Terima kasih Angel atas semuanya.” Menghapus air matanya dan menghampiri Arthur yang sedang bersandar di tembok sebelah kanan samping Jasmine.

”Sama-sama, Kak Leo. Jangan sungkan untuk meminta pertolongan pada kami, sebaiknya kita harus mempelajari cara telepati. Untuk berkomunikasi jarak jauh hehe,” canda Angellia sambil tersenyum.

Angellia mengambil kedua tangan Jasmine mengeluarkan kekuatan penyembuh ajaibnya, berkonsentrasi lagi perlahan keluarlah pancaran cahaya indah nan lembut berwarna ungu. Membutuhkan waktu agak lama untuk pulih. Leo hanya melihat dari pojokan, Arthur tiba-tiba menghampirinya sambil merangkul Leo. Hanya ada senyuman lembut darinya. Para lelaki pun mulai pembicaraan serius.

”Maaf. Untuk kejadian ini, kami benar-benar lalai, Kak,” ucap Artur sambil menunduk.

”Sudahlah! Lupakan aku pun minta maaf atas kejadian tadi, harusnya aku berterima kasih kepada kalian. Sudah bersusah payah melindungi Jasmine.”

”Ahh ... sama-sama Kak, jangan sungkan-sungkan seperti itu. Ini sudah tugas kami mungkin kalau dulu kami tidak bertemu Ayah Kak Leo. Sekarang tidak akan bisa melindunginya,” kata Arthur lalu terbesit ingatan masa kecil.

"Benar, dulu Ayah menyelamatkan kalian dari panti asuhan. Memberikan keluarga baru yang lebih hangat,” sahut Leo memingat masa kecilnya.

Lalu Leo mengembalikan perisai tangannya ke semula, bibir tebalnya berkomat-kamit. Terdengar suara baja yang saling bergesekan. Keluarlah pancaran aura berwarna merah yang secara perlahan menghilang dari tato yang ada di tangan kirinya.

”Iya, Kak. Kami sangat beruntung sekali dan berterima kasih. Mungkin Ayah Kak Leo menyadari kemampuan ajaib ini. Mungkin kami juga incaran iblis terkutuk itu!”

”Ayah pernah menceritakan soal itu. Nanti kamu tidak akan berjuang sendirian untuk melindungi adikmu. Si Iblis biadap itu, mengetahuinya lalu murka kepada Ayah.” Leo mengepalkan tangan mengingat kejadian kelam.

”Pada saatnya tiba aku akan mengumpulkan, semua kekuatanku dan menghabisi iblis itu!”

”Kalau begitu, kita tidak akan mengulur-ngulur waktu lagi. Untuk berlatih, siapkan mental dan fisik kalian. Ini akan semakin menarik,” ujar Leo tersenyum dengan semangat.

“Pastinya, tapi sebelum itu kita harus mencari Cenayang yang dibicarakan Ayah Edward, kan? Sambil menunggu Jasmine pulih total. Kita harus mendapatkan kekuatan lebih dan memulai latihan dari Kak Leo,” tanya Arthur sambil berpikir dan ke dua tangan disilangkan di dada.

”Oh, iya. Aku sampai lupa hal itu. Sebentar aku mengingat sesuatu,” jawab Leo lalu menghampiri rak buku yang ada di hadapannya.

”Kak Leo, sebenarnya kami juga ada rencana besok untuk mencari Cenayang itu. Ada waktu cukup lama dan hari libur juga jadi sekolah pun tidak terganggu,” jelas Arthur lalu menghampiri Leo yang sibuk mencari buku.

”Itu ide bagus Arthur ... sebentar di mana buku itu disimpan.” Memilah-milah buku dari rak atas sampai ke tengah.

”Kak, apa yang sedang kamu cari di rak buku ini?” tanya Arthur sambil melihat-lihat buku yang sudah usang.

”Aku mencari buku yang akan menjadi petunjuk kita mencari Cenayang itu. Sebenarnya buku ini adalah bekas eksperimen Ayah selama bertahun-tahun mencarinya. Otomatis kita akan sangat kesulitan mengumpulkan petunjuk-petunjuk yang lain sampai saat ini pun nihil,” jelas Leo yang berhasil menemukan buku berukir unik seperti kotak yang dimiliki Jasmine.

”Oh, jadi selama ini Ayah Edward pun mencari Cenayang itu dan hasilnya nihil?” tanya Arthur yang terkejut membuat sedikit kecewa.

”Yah, faktanya seperti itu. Tapi setelah meninggalnya Ayah. Aku sembunyi-sembunyi dari Ibu, tetap melakukan eksperimen ini dan berhasil menemukan tiga bukti akurat. Pertama : Siapa Cenayang itu, kedua: Peta lokasi, ketiga: Kita harus mencari senjata yang bisa membunuh iblis itu,” jelas Leo sambil duduk dan membuka buku itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status