Share

Bab 4 Wanita Peramal

”Akhirnya! Istirahat juga, siapa yang mau menitip makanan?” tanya Arthur berdiri sambil mengujungi Jasmine.

”Aku. Sekalian ikut, ya?“ sahut Angellia sembari merangkul lalu mengedipkan mata.

”Jasmine, ditinggal sendiri? Oke, kita harus cepat-cepat kembali,” ujar Arthur sambil menarik tangan Angellia.

”Tunggu! Belikan aku. Susu cokelat dan roti, oke,” pinta Jasmine dengan teriak keras.

”Angel, kamu merasakan hal yang sama dengan Kakak?” tanyanya sembari menghela napas.

”Soal Jasmine, Kak?” tanya Angellia sambil menghitung uang. 

”Iya, bagaimana ini? Kekuatannya sudah tidak bisa dikendalikan. Sebelum waktunya, terlalu awal lebih kuat. Apa tadi di UKS Jasmine menceritakan sesuatu?” 

”Iya, dan itu membuatku tercengang, Kak! Dia sudah semakin licik memasuki dunia Jasmine, sampai menakutinya secara mental. Bayangkan saja, anak buahnya sudah menguntit Jasmine, dan menampakannya di hadapan Jasmine." 

"Lebih parahnya lagi! sudah berani menyentuh Jasmine, di alam bawah sadarnya untung Ayah Jasmine selalu melindunginya. Kalau kita biarkan hal itu, ramalan yang dibicarakan Beliau itu akan terwujud. Kita harus diskusi bersama Kak Leo,” tutur Angellia sembari mengambil minuman.

”Apa! Sudah beraninya dia! Ini benar-benar membuatku muak. Masalahnya kekuatan kita belum cukup kuat Angel, ini yang menghambat,” seru Arthur mengepal tangan dengan keras.

”Benar! Kita harus cepat mencari. Seorang Cenayang yang bisa mengajarkan pertahanan dan serangan. Percuma saja kita selalu bersama Jasmine, tapi tidak bisa melindunginya dari dia."

”Benar, Angel kita tidak bisa mengulur-ngulur waktu lagi. Bagaimana besok kita bertemu Kak Leo dan langsung mencari Cenayang itu?” tanya Arthur sambil membayar jajanan dan kembali ke kelas.

”Setuju Kak, sebisa mungkin juga kita lebih ketat mengawal Jasmine! Ke mana pun dia pergi kita harus mengawasinya. Jangan sampai ketahuan okey, Kak?” 

”Itu pasti! Setidaknya kekuatanku berguna untuk melindungi kalian, dan besok menurutku waktu yang tepat. Karena libur banyak waktu." Arthur memeragakan gerakan bela diri Muai Thai.

”Ingat! Jangan sampai Jasmine tau hal ini. Jasmine pasti akan lebih kacau lagi, Kak.” 

Perjalanan mereka dari kantin sampai ke kelas. Tanpa di sadari Si Kembar, Jasmine sedikit mendengkarkan percakapan soal dirinya. Karena dia menunggu mereka di depan kelas. Di sana ada kecanggungan untuk menjelaskannya. Kakak beradik itu hanya saling bertatapan bingung. Mereka jalan mondar-mandir karena panik.

"Apa yang kalian maksud? Aku kacau?” tanya Jasmine sembari menarik tangan Arthur.

“K-Kamu salah dengar! T-tadi aku berbicara soal k-kacaunya pertandingan sepak bola tadi malam benar, kan, Angel?” gagap Arthur, dia secepat kilat menoleh pada Angellia.

”I-iya benar kata, K-Kakakku! Kamu salah dengar, kami sedang menceritakan soal pertandingan sepak bola ko,” gugup Angellia yang panik..

”Ko agak meragukan, ya? Baiklah! Aku percaya,” Jasmine melangkah dan mengambil jajanan tadi.

Pukul 3.30 PM sore hari bel pulang berbunyi, Jasmine menghampiri Si Kembar dan mempunyai rencana untuk tidak langsung pulang melainkan pergi ke Pusat Kota Nuremberg negara bagian Bavaria, Jerman untuk menghadiri “Festival Fingerhakeln” yang sering diadakan pada musim panas. Tanpa mendengarkan pendapat Si Kembar, Jasmine menarik tangan lalu pergi menaiki bus menuju pusat kota. Satu jam lebih sedikit pun berlalu, bus yang mereka tumpangi akhirnya sampai. Mereka langsung berjalan kaki melihat pasar pinggir jalan satu per satu, 

 Drrt ...! Drrt ...! 

Getaran dan layar ponsel yang ada di tasnya berulang kali berkedip. Jasmine tidak merasakannya, karena terhipnotis oleh serunya festival di hari Kamis. Banyak suara-suara kegembiraan yang membuat Jasmine terhanyut.

”Sial! Ke mana, ya? Gawat! Aku merasakan firasat buruk, Jasmine tolong angkatlah!” teriak Leo dengan emosi membanting ponselnya ke kasur. Dia terdiam sesaat.

”Bodohnya! Kenapa aku tidak terpikirkan dari tadi.” Sembari mengambil benda pipih itu dan menghubungi Si Kembar. 

”Halo, Kak Leo ada apa? Tenang! Jasmine bersama kami, Kak,” sahut Arthur agak berteriak karena kebisingan di Kota.

”Aku cemas tadi berkali-kali menghubungi Jasmine tapi tidak diangkat. Kalian di mana sih?” seru Leo dengan nada tinggi dan marah.

”Oh, iya? Maaf, Kak. Sekali lagi maaf mungkin Jasmine tidak merasakan getar ponsel. Karena kami sekarang ada di pusat kota Kak. Ada apa ini, Kak?” tanya Arthur menjambak rambut merah kecokelatannya. Dia mulai cemas.

”Apa! Sedang apa, kalian di sana? Dalam situasi saat ini, Jasmine rentang untuk diserang. Kamu mengerti? Aku merasakan firasat buruk akan terjadi, cepat pulang sekarang juga!” Leo menutup sambungan telepon. Dia marah besar, lalu turun dari kamar ke lantai bawah tanah untuk mengawasi Jasmine dengan kekuatan ajaibnya.

Arthur tercengang dan merasakan firasat yang sama. Dia menarik tangan Angellia. Berbisik kepadanya, bahwa harus cepat pulang Leo sudah marah besar. Tanpa disadari Jasmine sudah di ujung jalan pertigaan. Ada bazaar kecil yaitu demontrasi “Peramal" Jasmine tentu saja tertarik, langsung duduk di bangku itu dan berhadapan dengan peramal. Si Kembar terkejut sekali, berlari-lari tapi sayang karena padatnya Kota Nuremberg. Otomatis orang-orang yang berlalu lalang menghambat mereka.

”Kemarilah, Nak. Kamu ingin menanyakan sesuatu?“ tanya wanita peramal dengan suara yang serak. Berpakaian serba warna merah.

”Apakah bisa membaca masa depan, untukku?” Jasmine sedikit ragu-ragu.

”Oh, tentu saja! Aku bisa gadis cantik, kemarilah sedikit mendekat dan taruh kedua tanganmu di meja.” Sambil memegang kedua tangan Jasmine.

”Baiklah! Bagaimana, Bu? Apa aku bernasib baik?" 

”Hmm, perlu waktu sebentar, Nak!” Wanita itu menundukan kepala dan mulutnya mengeluarkan mantra-mantra.

Wush! Wush!

”Haha! Kenapa, Nak? Kamu tidak suka dengan kedatanganku? Kemarilah, Aku ingin membawamu." Sosok itu cekikikan sambil memancarkan cahaya merah dari seluruh tubuhnya.

”Aw! Tanganku dan mata ini terasa terbakar. Lepaskan penyihir!!” jeritnya meronta-ronta kesakitan mencoba melepaskan genggaman penyihir itu.

Ternyata peramal itu adalah penyihir berjubah merah. Awal wanita tadi terlihat masih muda, sekarang menjadi nenek-nenek. Dia melayang-layang di langit menyeringai membuat bulu kuduk Jasmine berdiri. Jasmine lemas jatuh terduduk. Jasmine melihat sekeliling, tidak menyangka semua berhenti, tidak ada yang bergerak sedikit pun seperti menghentikan waktu. 

Jasmine menoleh ke belakang di sana ada Angellia dan Arthur sedang berlari kemari. Mereka tidak berhenti seperti yang lain? Penyihir itu mulai menyerangnya dengan mantra pengikat. Jasmine tidak bisa berkutik tenaganya terkuras. Dia setengah sadar melihat Angellia menghampiri. Arthur mengucapkan mantra sedang membuat sesuatu lingkaran portal. Jasmine tidak sadarkan diri. Secepat kilat Arthur membawa semua masuk ke portal yang terhubung langsung ke lantai bawah tanah di rumah Jasmine. Kertas-kertas di dalam ruang bawah tanah terbang kesana kemari, benda-benda di sekitarnya pun terbang berantakan. Leo sudah menunggu dengan cemas. Datanglah sebuah cahaya aura biru menyilaukan mata Leo. Dari lingkaran portal itu keluarlah Angellia dan Arthur sambil mengendong Jasmine.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status